wisata hobby dan lingkungan hidup

Minggu, 03 September 2017

WISATA MELAKA 1 : PERJALANAN PANJANG DARI BANDUNG

Wisata Melaka - Kuala Lumpur yang lain :
Dari Bandung ke MelakaSungai Melaka, Porta de SantiagoJonker dan Masjid Kampung KlingMasjid Jamek dan Central Market,  Petronas Tower dan Bukit Bintang

Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur  Wisata Bogor

Awal tahun 2017 ini kami punya target atau sasaran untuk mengunjungi dua buah kota warisan dunia yang ada di Malaysia, yaitu Penang dan Melaka. Awalnya kami mempertimbangkan untuk mengunjungi Melaka dan Penang sekaligus dengan sekali perjalanan panjang, yaitu berkunjung ke Melaka dan langsung disambung dengan kunjungan ke Penang. Sehingga biayanya lebih efektif. Tetapi mengingat lamanya perjalanan perjalanan untuk menempuh dua kota yang terpisah jauh di Malaysia tersebut, maka kami mengunjungi kota-kota tersebut dalam dua tahap. Tahap pertama kami ke Penang pada tanggal 28 Februari sampai tanggal 3 Maret 2017. Sedangkan tahap kedua kami mengunjungi Melaka dan sekalian berwisata di Kuala Lumpur pada tanggal 25 sampai 29 Juli 2017.




Yang menjadi daya tarik bagi Melaka (bersama kota Georgetown Pulau Penang) adalah karena kota ini telah ditetapkan sebagai kota warisan dunia oleh UNESCO World Heritage Committee sejak tahun 2008. Negeri Melaka atau juga dikenal sebagai Melaka Bandaraya terletak di pantai Barat semenanjung Malaysia. Rangkaian tulisan ini merupakan pengalaman wisata kami ke Melaka dan Kuala Lumpur antara tanggal 25 sampai 29 Juli 2017.
Rute menuju Melaka
Singkat cerita, maka pada pagi hari tanggal 25 Juli 2017 kamipun berangkat dari bandara Husein Sastranegara Bandung. Perjalanan dari bandung pukul 10.10 dan mendarat di KLIA pada pukul 13.20. Di KLIA kami turun dari pesawat dan antri untuk keluar imigrasi dengan antrian yang sangat panjang dan lama, sehingga baru selesai setelah satu jam.
Sekitar pukul 14.20 selesai proses di imigrasi, kami keluar gedung terminal mencari lokasi stasiun bus yang akan membawa kami menuju Melaka. Pengalaman yang berharga juga, karena ternyata tidak semua info yang diberikan tepat. Saat itu kami menanyakan kepada seseorang yang berseragam. Tapi orang tersebut malah kasih info yang “salah”, katanya karena hari sudah sore maka sudah tidak ada bus yang ke Melaka. Paling adanya ke Seremban (Negeri Sembilan). Dalam hati bertanya-tanya juga “masa sih busnya sudah tidak ada, kan belum jam 15.00 ?”. Eh ujung-ujungnya orang itu malah nawarin supaya naik taksi saja dengan tarip 200 RM (sekitar Rp 640.000,-).
Tambah yakin bahwa info tersebut “ngaco”, kamipun balik lagi masuk ke dalam gedung terminal dan bertanya pada petugas bandara yang resmi, dan ditunjukkan jalan yang benar menuju terminal atau stasiun bus bandara. Sebenarnya saat kami turun ke lantai 1 dan melewati counter untuk memesan taksi tersebut arahnya sudah benar, karena pada jarak sekitar 150 meter dari tempat taksi tersebut terletak stasiun bus. Pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman kami ini adalah kita perlu kritis atas info yang kita dapat serta melakukan cross check atas info yang meragukan.
Di terminal bus terdapat banyak loket penjualan karcis bis, yang sebagiannya tutup. Untuk rute keberangkatan ke Melaka terdapat bus Starmart Express keberangkatan berikutnya pada pukul 16.00. Dengan harga tiket 35 RM (Rp 112.000,-) per orang. Jadi untuk berdua kami membayar sebesar 70 RM. Busnya cukup bagus dengan tiga tempat duduk per baris. Saat kami beli tiket itu waktu sekitar pukul 14.50. Jadi bus yang sebelumnya baru saja berangkat (jadualnya pukul 14.45). Dan memang saat itu cukup ramai penumpang, sedang bus yang menuju Melaka sore itu hanya Starmart Express.


Counter tiket
Pukul 16.00 kurang sepuluh menit bus Starmart yang akan ke Melaka memasuki lajur pemberangkatan, dan para penumpang naik ke dalamnya. Tepat pada pukul 16.00 bus pun berangkat meninggalkan terminal. Perjalanan dari Bandara KLIA menuju Melaka memerlukan waktu selama 2 jam, dimana sekitar 1 jam 40 menit lewat tol dan sekitar 20 menit dari pintu tol ke Melaka Sentral atau terminal bus utama di kota Melaka. Sampai di Melaka sentral sudah pukul 18.00 namun cuacanya masih terang. Kami pun mencari makan dulu. Di tempat itu banyak restoran-restoran untuk makan. Kamipun masuk ke salah satu rumah makan, yaitu Restoran Maju Enterprise yang merupakan rumah makan ala India atau Pakistan , disana kami memesan makanan  Nasi Briyani daging rendang, nasi lemak, air mineral, soft drink. Porsi nasi biryani dan daging rendangnya cukup besar. Untuk pesanan tersebut kami membayar sebesar 18 RM (Rp 57.600,-).
Terminal Melaka Sentral
Selesai makan. Selanjutnya mencari bus yang menuju bangunan merah atau stadhuys. Yaitu bus Panorama nomor 17. Untuk naik bus kota tersebut penumpang tidak perlu membeli tiket terlebih dahulu, namun  langsung naik dan membayar tiketnya kepada supir, karena pada bus kota seperti itu tidak ada kondekturnya. Untuk itu sebaiknya kita siapkan uang pas karena supir tidak punya uang kembali. Uang tersebut oleh supir langsung dimasukkan ke dalam kotaknya dan kita diberi tiket. Kami bilang ke supir bahwa tujuan kami ke bangunan merah dan supir langsung ngasih tahu besar ongkosnya dan kasih tiket, yaitu seharga 3 RM untuk 2 orang.


Bangunan merah
Setelah perjalanan sekitar setengah jam, maka kamipun sampai di lokasi bangunan merah dengan cirinya bangunan-bangunan berwarna merah. Saat ini sekitar pukul 19.00 dan mulai magrib. Namun di lokasi bangunan merah tersebut masih ramai dengan turis-turis dan pengunjung. Kami ber tanya kepada seorang petugas keamanan yang ada di lokasi tersebut dimana arah ke hotel Quayside. Eh ternyata tidak jauh, kami hanya perlu menyeberang jalan dan berjalan sekitar 100 meter untuk sampai di hotel.
Hotel Quayside


Interior hotel
Sampai di hotel, kami tunjukkan voucher hotel serta paspor dan dicek oleh resepsionis, dan  diminta untuk membayar deposit. Depositnya ternyata murah, yaitu sebesar 50 RM (sekitar Rp 160.000,-). Dibandingkan deposit waktu kami di Singapura, besarnya 100 Dolar Singapura (sekitar 1 juta rupiah), atau di Thailand 1000 bath (sekitar 350 ribu rupiah). Deposit sebesar 50 RM tersebut nantinya akan dikembalikan saat check out. Disamping itu kami juga diminta donasi untuk Heritage sebesar 4 RM ( 2 RM per malam).
Hotel yang kami pilih untuk menginap adalah Quayside Hotel yang terletak di pinggir sungai Melaka. Kami memilih kamar yang memiliki balkon dengan pemandangan yang indah sungai Melaka. Jadi begitu masuk, dari balkon kamar kami dapat menikmati pemandangan sungai yang indah tersebut. Apalagi saat ini sudah sekitar pukul 08.00 malam, dengan cahaya lampu yang gemerlapan pada kedua sisi sungai, serta ramainya perahu-perahu yang membawa wisatawan hilir mudik. bisa melihat perahu-perahu wisata lalu lalang di sungai Melaka. Di seberang sungai terlihat hotel Casa del Rio yang bertaburan cahaya lampu warna warni.
Sungai Melaka dari Balkon
Mulai menjelajah Melaka
Setelah istirahat dan membersihkan badan sekitar 1 jam di hotel, kamipun siap-siap untuk keluar jalan-jalan sekitar Hotel. Tujuan utama tentunya melihat kota warisan dunia tersebut.  Karena hari sudah malam, yaitu sekitar pukul 20.30, serta sudah mengalami perjalanan panjang dari Bandung sejak pagi hari, maka tujuan kami keluar hotel juga sekedar “orientasi medan” untuk mengenal kota Melaka.
Hotel tempat kami menginap terletak di jalan Merdeka nomor 1. Jalan Merdeka merupakan salah satu jalan yang berpangkal pada Dutch Square atau sering disebut bangunan merah karena di sekitar lokasi tersebut banyak bangunan-bangunan bersejarah yang berwarna merah. Karena jarak hotel ke lokasi bangunan merah tersebut hanya sekitar 100 meter, maka dengan berjalan sebentar kami sudah sampai di pusat kota Melaka. Pada bundaran yang merupakan pusat kota Melaka tersebut masih cukup ramai dengan salah satu ciri khas kota ini yaitu adanya becak-becak yang dihiasi dengan lampu warna warni serta suara music yang cukup keras.
Tak jauh dari bundaran terdapat salah satu icon kota ini yaitu moniatur kincir angin yang cukup menarik perhatian. Kincir angin tersebut terletak di sisi jembatan kota Melaka, yaitu jembatan Tan Kim Seng yang melintasi sungai Melaka menuju daerah Pecinan kota Melaka yaitu kawasan Jonker.
Becak hias
Bangunan kincir
Kami berjalan menyeberangi jembatan yang mengubungkan dutch square dengan dareah pecinan Jonker. Di bawah jembatan tersebut perahu-perahu wisata lalu lalang. Namun karena menjelang pukul 21.00 lewat, maka mulai sepi dan hanya sisa-sisa perahu saja yang lewat. Karena jadual terakhir perahu sekitar pukul 21.00.
Jembatan Tan Kim Seng
Daerah Jonker juga sudah mulai sepi karena hari itu selasa, bukan akhir pekan jumat sampai minggu dimana ada pasar malam. Juga karena kami sudah cukup lelah maka kamipun balik ke hotel untuk beristirahat. Mau mencari makanan yang menarik juga tidak terlihat. Disamping itu juga karena kami sudah makan cukup kenyang di Melaka Sentral, maka kamipun kembali ke Hotel. Di hotel kami kembali duduk-duduk di balkon menikmati pemandangan malam sungai Melaka, sembari menikmati minuman kopi hangat dan makanan ringan yang kami bawa dari Bandung.
Alhamdulillah kami sudah sampai di Melaka. Perjalanan hari ini cukup melelahkan.  Pagi-pagi kami sudah berangkat dari rumah ke Bandara Husen Sastranegara Bandung, dilanjutkan naik pesawat ke Kuala Lumpur (KLIA). Dari KLIA perjalanan dilanjutkan dengan bus Starmart Express ke Melaka Sentral. Disambung bus panorama nomor 17. Sampai di Dutch Square, lalu ke hotel. Istirahat sebentar dilanjutkan dengan survey awal sekitar hotel dan pusat kota Melaka. Tinggal sekarang beristirahat dan besok pagi bersiap-siap untuk penjelajahan keliling kota Melaka.

--------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.