Wisata Melaka - Kuala Lumpur yang lain :
Dari Bandung ke Melaka, Sungai Melaka, Porta de Santiago, Jonker dan Masjid Kampung Kling, Masjid Jamek dan Central Market, Petronas Tower dan Bukit Bintang
Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik, Wisata Padang Sumatra Barat, Umroh Makkah Madinah, Wisata Singapore, Wisata Phuket Thailand, Wisata Karimunjawa, Wisata Malang Bromo, Wisata Ende Flores, Wisata Tidung Kepulauan Seribu, Wisata Pangandaran, Wisata Bandung, Wisata Malang Batu, Wisata Melaka Kuala Lumpur Wisata Bogor
Awal tahun 2017 ini kami punya target atau sasaran untuk mengunjungi dua
buah kota warisan dunia yang ada di Malaysia, yaitu Penang dan Melaka. Awalnya kami
mempertimbangkan untuk mengunjungi Melaka dan Penang sekaligus dengan sekali
perjalanan panjang, yaitu berkunjung ke Melaka dan langsung disambung dengan
kunjungan ke Penang. Sehingga biayanya lebih efektif. Tetapi mengingat lamanya
perjalanan perjalanan untuk menempuh dua kota yang terpisah jauh di Malaysia
tersebut, maka kami mengunjungi kota-kota tersebut dalam dua tahap. Tahap
pertama kami ke Penang pada tanggal 28 Februari sampai tanggal 3 Maret 2017.
Sedangkan tahap kedua kami mengunjungi Melaka dan sekalian berwisata di Kuala
Lumpur pada tanggal 25 sampai 29 Juli 2017.
Dari Bandung ke Melaka, Sungai Melaka, Porta de Santiago, Jonker dan Masjid Kampung Kling, Masjid Jamek dan Central Market, Petronas Tower dan Bukit Bintang
Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik, Wisata Padang Sumatra Barat, Umroh Makkah Madinah, Wisata Singapore, Wisata Phuket Thailand, Wisata Karimunjawa, Wisata Malang Bromo, Wisata Ende Flores, Wisata Tidung Kepulauan Seribu, Wisata Pangandaran, Wisata Bandung, Wisata Malang Batu, Wisata Melaka Kuala Lumpur Wisata Bogor
Yang menjadi daya tarik bagi Melaka (bersama kota Georgetown Pulau Penang)
adalah karena kota ini telah ditetapkan sebagai kota warisan dunia oleh UNESCO
World Heritage Committee sejak tahun 2008. Negeri Melaka atau juga dikenal
sebagai Melaka Bandaraya terletak di pantai Barat semenanjung Malaysia. Rangkaian
tulisan ini merupakan pengalaman wisata kami ke Melaka dan Kuala Lumpur antara
tanggal 25 sampai 29 Juli 2017.
Rute menuju Melaka
Singkat cerita, maka pada pagi hari tanggal 25 Juli 2017 kamipun
berangkat dari bandara Husein Sastranegara Bandung. Perjalanan dari bandung
pukul 10.10 dan mendarat di KLIA pada pukul 13.20. Di KLIA kami turun dari
pesawat dan antri untuk keluar imigrasi dengan antrian yang sangat panjang dan
lama, sehingga baru selesai setelah satu jam.
Sekitar pukul 14.20 selesai proses di imigrasi, kami keluar gedung
terminal mencari lokasi stasiun bus yang akan membawa kami menuju Melaka.
Pengalaman yang berharga juga, karena ternyata tidak semua info yang diberikan
tepat. Saat itu kami menanyakan kepada seseorang yang berseragam. Tapi orang tersebut
malah kasih info yang “salah”, katanya karena hari sudah sore maka sudah tidak
ada bus yang ke Melaka. Paling adanya ke Seremban (Negeri Sembilan). Dalam hati
bertanya-tanya juga “masa sih busnya sudah tidak ada, kan belum jam 15.00 ?”. Eh
ujung-ujungnya orang itu malah nawarin supaya naik taksi saja dengan tarip 200
RM (sekitar Rp 640.000,-).
Tambah yakin bahwa info tersebut “ngaco”, kamipun balik lagi masuk ke
dalam gedung terminal dan bertanya pada petugas bandara yang resmi, dan
ditunjukkan jalan yang benar menuju terminal atau stasiun bus bandara.
Sebenarnya saat kami turun ke lantai 1 dan melewati counter untuk memesan taksi
tersebut arahnya sudah benar, karena pada jarak sekitar 150 meter dari tempat
taksi tersebut terletak stasiun bus. Pelajaran yang dapat dipetik dari
pengalaman kami ini adalah kita perlu kritis atas info yang kita dapat serta
melakukan cross check atas info yang meragukan.
Di terminal bus terdapat banyak loket penjualan karcis bis, yang
sebagiannya tutup. Untuk rute keberangkatan ke Melaka terdapat bus Starmart Express
keberangkatan berikutnya pada pukul 16.00. Dengan harga tiket 35 RM (Rp
112.000,-) per orang. Jadi untuk berdua kami membayar sebesar 70 RM. Busnya
cukup bagus dengan tiga tempat duduk per baris. Saat kami beli tiket itu waktu
sekitar pukul 14.50. Jadi bus yang sebelumnya baru saja berangkat (jadualnya
pukul 14.45). Dan memang saat itu cukup ramai penumpang, sedang bus yang menuju
Melaka sore itu hanya Starmart Express.
Counter tiket |
Pukul 16.00 kurang sepuluh menit bus Starmart yang akan ke Melaka
memasuki lajur pemberangkatan, dan para penumpang naik ke dalamnya. Tepat pada
pukul 16.00 bus pun berangkat meninggalkan terminal. Perjalanan dari Bandara
KLIA menuju Melaka memerlukan waktu selama 2 jam, dimana sekitar 1 jam 40 menit
lewat tol dan sekitar 20 menit dari pintu tol ke Melaka Sentral atau terminal
bus utama di kota Melaka. Sampai di Melaka sentral sudah pukul 18.00 namun cuacanya
masih terang. Kami pun mencari makan dulu. Di tempat itu banyak
restoran-restoran untuk makan. Kamipun masuk ke salah satu rumah makan, yaitu
Restoran Maju Enterprise yang merupakan rumah makan ala India atau Pakistan ,
disana kami memesan makanan Nasi Briyani
daging rendang, nasi lemak, air mineral, soft drink. Porsi nasi biryani dan
daging rendangnya cukup besar. Untuk pesanan tersebut kami membayar sebesar 18
RM (Rp 57.600,-).
Selesai makan. Selanjutnya mencari bus yang menuju bangunan merah atau
stadhuys. Yaitu bus Panorama nomor 17. Untuk naik bus kota tersebut penumpang tidak
perlu membeli tiket terlebih dahulu, namun langsung naik dan membayar tiketnya kepada
supir, karena pada bus kota seperti itu tidak ada kondekturnya. Untuk itu sebaiknya
kita siapkan uang pas karena supir tidak punya uang kembali. Uang tersebut oleh
supir langsung dimasukkan ke dalam kotaknya dan kita diberi tiket. Kami bilang
ke supir bahwa tujuan kami ke bangunan merah dan supir langsung ngasih tahu
besar ongkosnya dan kasih tiket, yaitu seharga 3 RM untuk 2 orang.
Bangunan merah |
Setelah perjalanan sekitar setengah jam, maka kamipun sampai di lokasi
bangunan merah dengan cirinya bangunan-bangunan berwarna merah. Saat ini
sekitar pukul 19.00 dan mulai magrib. Namun di lokasi bangunan merah tersebut
masih ramai dengan turis-turis dan pengunjung. Kami ber tanya kepada seorang
petugas keamanan yang ada di lokasi tersebut dimana arah ke hotel Quayside. Eh
ternyata tidak jauh, kami hanya perlu menyeberang jalan dan berjalan sekitar
100 meter untuk sampai di hotel.
Hotel Quayside |
Interior hotel |
Sampai di hotel, kami tunjukkan voucher hotel serta paspor dan dicek oleh
resepsionis, dan diminta untuk membayar
deposit. Depositnya ternyata murah, yaitu sebesar 50 RM (sekitar Rp 160.000,-).
Dibandingkan deposit waktu kami di Singapura, besarnya 100 Dolar Singapura
(sekitar 1 juta rupiah), atau di Thailand 1000 bath (sekitar 350 ribu rupiah).
Deposit sebesar 50 RM tersebut nantinya akan dikembalikan saat check out.
Disamping itu kami juga diminta donasi untuk Heritage sebesar 4 RM ( 2 RM per
malam).
Hotel yang kami pilih untuk menginap adalah Quayside Hotel yang terletak
di pinggir sungai Melaka. Kami memilih kamar yang memiliki balkon dengan
pemandangan yang indah sungai Melaka. Jadi begitu masuk, dari balkon kamar kami
dapat menikmati pemandangan sungai yang indah tersebut. Apalagi saat ini sudah
sekitar pukul 08.00 malam, dengan cahaya lampu yang gemerlapan pada kedua sisi
sungai, serta ramainya perahu-perahu yang membawa wisatawan hilir mudik. bisa
melihat perahu-perahu wisata lalu lalang di sungai Melaka. Di seberang sungai
terlihat hotel Casa del Rio yang bertaburan cahaya lampu warna warni.
Mulai menjelajah Melaka
Sungai Melaka dari Balkon |
Setelah istirahat dan membersihkan badan sekitar 1 jam di hotel, kamipun
siap-siap untuk keluar jalan-jalan sekitar Hotel. Tujuan utama tentunya melihat
kota warisan dunia tersebut. Karena hari
sudah malam, yaitu sekitar pukul 20.30, serta sudah mengalami perjalanan
panjang dari Bandung sejak pagi hari, maka tujuan kami keluar hotel juga
sekedar “orientasi medan” untuk mengenal kota Melaka.
Hotel tempat kami menginap terletak di jalan Merdeka nomor 1. Jalan
Merdeka merupakan salah satu jalan yang berpangkal pada Dutch Square atau sering
disebut bangunan merah karena di sekitar lokasi tersebut banyak
bangunan-bangunan bersejarah yang berwarna merah. Karena jarak hotel ke lokasi
bangunan merah tersebut hanya sekitar 100 meter, maka dengan berjalan sebentar
kami sudah sampai di pusat kota Melaka. Pada bundaran yang merupakan pusat kota
Melaka tersebut masih cukup ramai dengan salah satu ciri khas kota ini yaitu
adanya becak-becak yang dihiasi dengan lampu warna warni serta suara music yang
cukup keras.
Tak jauh dari bundaran terdapat salah satu icon kota ini yaitu
moniatur kincir angin yang cukup menarik perhatian. Kincir angin tersebut
terletak di sisi jembatan kota Melaka, yaitu jembatan Tan Kim Seng yang
melintasi sungai Melaka menuju daerah Pecinan kota Melaka yaitu kawasan Jonker.
Becak hias |
Bangunan kincir |
Kami berjalan menyeberangi jembatan yang mengubungkan dutch square dengan
dareah pecinan Jonker. Di bawah jembatan tersebut perahu-perahu wisata lalu
lalang. Namun karena menjelang pukul 21.00 lewat, maka mulai sepi dan hanya
sisa-sisa perahu saja yang lewat. Karena jadual terakhir perahu sekitar pukul
21.00.
Jembatan Tan Kim Seng |
Alhamdulillah kami sudah sampai di Melaka. Perjalanan hari ini cukup
melelahkan. Pagi-pagi kami sudah
berangkat dari rumah ke Bandara Husen Sastranegara Bandung, dilanjutkan naik
pesawat ke Kuala Lumpur (KLIA). Dari KLIA perjalanan dilanjutkan dengan bus
Starmart Express ke Melaka Sentral. Disambung bus panorama nomor 17. Sampai di Dutch
Square, lalu ke hotel. Istirahat sebentar dilanjutkan dengan survey awal
sekitar hotel dan pusat kota Melaka. Tinggal sekarang beristirahat dan besok
pagi bersiap-siap untuk penjelajahan keliling kota Melaka.
--------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.