wisata hobby dan lingkungan hidup

Kamis, 30 April 2015

PESONA LEMBAH HARAU DAN KELOK SEMBILAN

Sekarang lokasi wisata lembah Harau mulai menjadi terkenal. Jadi mumpung kami sudah di Bukittinggi, sekalianlah mengunjungi lembah Harau. Oh iya, lembah Harau terletak di kabupaten lima puluh kota. Rute untuk mencapai Lembah Harau sebagai berikut : dari Bandara Minangkabau ,perjalanan darat ke Bukittinggi berjarak 65 sampai 70 km ke kota Bukittinggi. Dari kota Bukittinggi perjalanan arah ke Timur dan sampai di Payakumbuh (Ibukota kabupaten Limapuluh Kota) berjarak 33 km. Selanjutnya menuju lembah Harau berjarak 18 km. Jadi dari Bukittinggi ke lembah Harau jaraknya 50 km.
Jadi pada 20 Maret 2015 pagi kamipun memulai perjalanan menuju Lembah Harau. Untuk itu kami menyewa mobil Toyota Inova untuk perjalanan sehari penuh (ke lembah Harau dan tempat-tempat lainnya), dengan tarip sebesar Rp 650.000,- , termasuk biaya sopir dan bahan bakar.  Lembah Harau merupakan lembah yang subur terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota.


Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama 1,5 jam, pada pukul 09.30 sampailah kami di lokasi Lembah Harau. Lembah harau adalah suatu daerah yang diapit oleh tebing batu yang sangat curam. Kamipun berhenti di lokasi yang paling terkenal, yaitu Air Terjun Harau. Air terjun, yang mengalir dari dinding batu sangat indah dengan ketinggian sekitar 100 meter, sama dengan ketinggian dinding batu yang panjang tersebut.

Air terjun Lembah Harau
Di depan cucuran air
Pemandangan di air terjun tersebut benar-benar indah. Air mengalir dari dinding batu yang sangat terjal dan tinggi, nyaris bersudut 90 derajat. Sebagian dinding batu ditumbuhi oleh tumbuhan yang indah menghijau dan memberi warna memantul seperti pelangi diterpa cahaya matahari pagi. Di bawah air terjun telah dibangun suatu kolam renang yang dapat dinikmati oleh para wisatawan. Jadi kalau mau dan membawa pakaian ganti, bisa saja kita berenang menikmati sejuknya air pegunungan cadas. Di sekitar kolam renang telah ada beberapa ruang untuk ganti pakaian serta warung-warung penjual makanan dan oleh-oleh.

Deretan penjual makanan
Spot berikutnya yang tak kalah indah dari lembah Harau adalah di pinggir jalan dengan pemandangan arah dataran yang diapit oleh kedua dinding batu yang sangat menarik. Pada lokasi tersebut para wisatawan biasa bergaya dan difoto dengan latar belakang dataran sawah yang dapit dinding batu yang tinggi. Silahkan bergaya , satu dua tiga !!! Lompat !! dan klik.
Satu, dua , tiga !!!  Klik !
Sawah hijau diapit dinding cadas
Wisata Sumatra Barat lainnya : Tempat Wisata di Bukittinggi , Lembah Anai Padang Bukittinggi ,  Ngarai Sianok dan Lobang Jepang , Istana Pagaruyung dan Danau Singkarak


Kelok Sembilan yang Mempesona
Puas menikmati pesona alam yang indah di lembah Harau, kamipun kembali lagi naik ke mobil menuju objek wisata berikutnya.  Kali ini objek yang kami kunjungi adalah kelok Sembilan. Berbicara tentang kelok, artinya adalah belokan. Di Sumatra Barat ini terdapat 2 daerah yang sangat terkenal dengan keloknya. Yang pertama adalah Kelok Ampek Ampek, sedang yang lainnya adalah Kelok Sembilan. Kelok Ampek Ampek adalah empat puluh empat belokan pada jalan antara Maninjau dan Bukittinggi, dimana jika kita dari Bukittinggi menuju danau Maninjau, terdapat jalan menurun dengan empat puluh empat belokan yang curam dan sambung menyambung pada jalan sepanjang 10 km. Kelok ampek Puluah ampek ini sangat terkenal dan menuntut keterampilan pengemudi untuk melaluinya. Sehingga sangat berbahaya jika pengemudi kendaraan kurang terampil. Bayangkan betapa beratnya 10 km melalui 44 tikungan yang tajam dan curam.
Tidak kalah hebatnya dari Kelok Ampek Puluah Ampek, adalah Kelok Sembilan. Kelok ini terdiri dari Sembilan tikungan zigzag yang jauh lebih berbahaya dan curam. Kelok Sembilan merupakan jalur  jalan terjal lintas Sumatra yang menghubungkan Propinsi Sumatra Barat dan Riau. Jalur kelok Sembilan ini dibangun pada zaman Belanda antara tahun 1908 sampai 1914 dan merupakan jalur yang sangat penting, karena merupakan jalur terdekat menghubungkan 2 buah propinsi Riau dan Sumatra Barat. Lewat jalur kelok Sembilan ini maka jarak antara Padang dan Pakan Baru sekitar 300 km. Dari Pakan Baru jaraknya sekitar 180 km dan dari Bukittinggi jaraknya 30 km. Dengan demikian jarak total Bukittinggi – Pakan Baru 210 km, atau dapat ditempuh sekitar 4 sampai 5 jam perjalanan.
Namun jalur kelok Sembilan yang sangat penting tersebut  menjadi sumber kemacetan pada saat lalu lintas padat, yaitu dengan curam dan tajamnya tikungan pada jalur tersebut, maka kendaraan berat seperti truk dan bus yang memang ramai melewati jalur tersebut hanya dapat melaju dengan sangat pelan dan menjadi sumber kemacetan hebat. Lebih-lebih lalulintas padat, misalnya akhir pekan atau saat menjelang dan sesudah hari raya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pemerintah membangun jalan layang di atas jalur kelok Sembilan lama yang dinamai Jembatan Kelok Sembilan. 
Jembatan Kelok Sembilan
Jembatan penghubung Kelok Sembilan tersebut memiliki panjang 2.535 m yang terdiri dari 6 jembatan dengan panjang total 959 m dan jalan penghubung sepanjang 1.537 m. Jalan laying Kelok Sembilan tersebut meliuk menyusuri dinding 2 buah bukit terjal dengan ditopang tiang beton yang tinggi, dengan enam buah jembatan, maka terhitung enam kali jalur tersebut bolak balik mengelilingi bukit, sehingga tidak ada lagi jalur yang sangat tajam dan curam. Jembatan Kelok Sembilan tersebut mulai dibangun pada tahun 2003 dan diresmikan oleh Presiden SBY pada bulan Oktober 2013, atau 99 tahun sejak jalur kelok Sembilan dibangun pada zaman penjajahan. Dengan adanya jalan layang kelok Sembilan maka tidak ada lagi kemacetan pada jalur tersebut sehingga sangat memperlancar transportasi antara 2 propinsi tersebut.
Dan yang sangat luar biasa, jembatan laying Kelok Sembilan tersebut merupakan karya yang sangat monumental dan sangat indah. Apalagi dengan latar belakang alam kabupaten limapuluh kota yang indah, sangat sayang jika dilewatkan keindahannya. Beruntung pada jalur tersebut tersedia bagian jalan yang cukup luas menjadi tempat parkir untuk menikmati keindahan alamnya. Jadi kalau teman-teman mengunjungi kota Bukittinggi kami rekomendasikan untuk mengunjungi juga Jembatan Kelok Sembilan. Syukur-syukur kalau kemudian diteruskan ke kota Pakan Baru.
Pesona Kelok Sembilan 
Wisata Sumatra Barat lainnya : Tempat Wisata di Bukittinggi , Lembah Anai Padang Bukittinggi ,  Ngarai Sianok dan Lobang Jepang , Istana Pagaruyung dan Danau Singkarak

“PANORAMA NGARAI SIANOK DAN LOBANG JEPANG”

Wisata Sumatra Barat lainnya : Lembah Anai Padang Bukittinggi , Lembah Harau dan Kelok Sembilan , Istana Pagaruyung dan Danau Singkarak


Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Hari pertama di Bukittinggi kami sudah melihat-lihat secara sepintas kota Bukittinggi. Istilahnya sudah lakukan “orientasi medan”. Karena kami menginap di sebuah hotel di jalan Sudirman yang persis di tengah kota, maka dengan berjalan kaki sebentar kami sudah lihat yang namanya pusat kota Bukittinggi, yaitu lokasi jam gadang atau jam besar. Di sekeliling taman jam gadang tersebut terletak pasar atas kota Bukittinggi, tempat penjualan berbagai barang, mulai dari keperluan sehari-hari sampai souvenir khas Bukittinggi atau Sumatra Barat.
Yang paling banyak dijual adalah pakaian dengan bordir khas Sumatra Barat. Sangat menarik. Pasar atas tersebut merupakan pusat wisata belanja disini. Pengunjungnya banyak para wisatawan nusantara dari berbagai daerah. Biasanya pada akhir pekan para wisatawan ramai mengunjungi pasar tersebut.  Dari Padang serta berbagai daerah berbondong memenuhi jalan raya Padang Bukittinggi, karena jarak Padang ke Bukittinggi adalah 91 km, malah dari Bandara Minangkabau lebih dekat lagi yaitu sekitar 70 km.
Pengunjung yang juga rutin dan banyak mengunjungi Bukittinggi adalah dari Pakan Baru. Jarak Pakan Baru Bukittinggi sekitar 200 km dan dapat ditempuh dengan mobil dalam waktu 5 jam, jadi relative dekat dari ibukota propinsi Riau tersebut. Apalagi seluruh daerah di Riau merupakan dataran rendah, jadi Bukittinggi yang terletak di pegunungan sejuk menjadi favorit warga Riau untuk berwisata pada akhir pekan. 
Sementara dari Mancanegara banyak berkunjung wisatawan Malaysia. Jadi tidak aneh kalau di pasar atas itu para pedagang sering menyapa dan menawarkan dengan logat Malaysia. Mungkin dikiranya kami orang Malaysia. Hal yang kami alami juga di Pasar Baru Bandung. Rupanya wisatawan Malaysia menjadi target yang potensial dalam memasarkan berbagai pernik pernik busana muslim.
Suasana pagi di Jam Gadang
Jadi pagi itu, kamis 19 Maret 2015, dalam suasana kota yang masih sepi kami keluar hotel dengan pakaian olah raga dan T-shirt, judulnya kan wisata olahraga pagi di Bukittinggi. Kami memakai t-shirt yang bergambarkan jam gadang yang kemarin kami beli di pasar atas Bukittinggi. Rute pertama, ya, ke jam gadang lagi yang jaraknya hanya sekitar 700 meter dari hotel, lalu kami nanya-nanya dimana arah ke Ngarai Sianok, kan informasinya jaraknya hanya sekitar 1 km dari pusat kota.  Kamipun jalan mengikuti petunjuk dari seorang bapak yang kami tanya di jalan.

Eh jalannya kok makin jauh dan menurun dan berbelok, rupanya ada kesalah pahaman. Beberapa tahun yang lalu kami sudah pernah melihat Ngarai Sianok yang terkenal tersebut, kok tidak seperti yang dulu. Rupanya yang dimaksud Bapak tadi adalah jalan menuju ngarai , atau ke bawah lembah. Sedang yang kami maksud adalah tempat melihat ngarai yang belakangan kami sadar bahwa namanya “Panorama”. Sedangkan Ngarai Sianok adalah Ngarai atau Lembah yang cukup luas dengan perkampungan, sungai dan hutan-hutan di dalamnya.
Jalan menurun menuju ngarai
Tapi jadi suatu kebetulan juga,  kami jadi tahu bahwa ada jalan ke Ngarai dan Ngarai tersebut merupakan daerah yang cukup luas. Dan setelah sekitar satu kilometer menyusuri jalan menurun, tiba-tiba di sisi kiri jalan kami melihat Lobang Jepang. Suatu objek wisata yang terkenal di Bukittinggi. Lobang Jepang, atau terowongan (bunker) perlindungan tentara Jepang, dibangun oleh Jepang pada tahun 1942 untuk keperluan pertahanan tentara Jepang pada Perang Dunia II. Menurut informasi, lobang atau terowongan tersebut memiliki ukuran diameter sekitar 2 meter dan panjang 1.470 meter. Dengan dua mulut terowongan, yang satu mengarah ke ngarai Sianok, yang kami temui pagi itu. Mulut terowongan yang satu lagi mengarah ke tengah kota Bukittinggi. Fungsinya selain tempat perlindungan dari serangan bom tentara sekutu, juga berfungsi untuk mengawasi pergerakan di luar
Gerbang Lobang Jepang
Pagi hari objek wisata lobang Jepang belum lagi dibuka, namun pada pos masuk kami bisa membaca  harga tiket masuk pada hari biasa sebesar Rp 5.000,- per orang, sedang hari libur tidak terbaca, hanya ada angka 0,000,- . Kira-kira taripnya Rp 6.000,- atau Rp 8.000,-.  Ternyata, di sisi gerbang lobang Jepang tersebut, berjarak sekitar 20 meter, terdapat anak tangga menuju ke atas. Kamipun mencoba menaiki anak tangga tersebut. Dengan hati-hati dan takut-takut, bukan karena anak tangganya sempit atau curam sekali. Tetapi di sekitar anak tangga dan pepohonan disamping tangga banyak “saudara jauh” atau monyet-monyet berkeliaran. Namanya juga monyet, kan binatang liar, biarpun kelihatan jinak, namun bisa saja tiba-tiba menyerbu.  Jadi penyusuran lewat tangga tersebut cukup memacu adrenalin dan keringat. Berkeringat panas karena jalan menanjak, ditambah berkeringat “dingin” karena takut tiba-tiba diserbu monyet. Alhamdulillah kami baik-baik, monyetnya juga baik-baik. Sesama “saudara” kan tidak boleh saling mengganggu.
Setelah sekitar 150 meter kami menaiki anak tangga, sampailah pada daerah yang datar yang merupakan rumah atau perkampungan penduduk, ternyata jalan tersebut menuju Panorama, yaitu lokasi wisata yang terletak pada bibir Ngarai Sianok. Dari panorama tersebutlah dapat melihat pemandangan Ngarai Sianok secara lepas. Pada lokasi tersebut juga dibangun menara pandang setinggi kira-kira 30 meter. Jadi dari atas menara pandang tersebut wisatawan dapat melihat lebih luas lagi pemandangan Ngarai dan kota Bukittinggi.
Melihat ngarai Sianok dari Panorama sungguh memberikan sensasi pemandangan yang sangat menakjubkan. Ngarai tersebut merupakan suatu lembah yang sangat indah, hijau dan mempesona. Suatu jurang sedalam 100 meter, lebar 200 meter dan membentang sepanjang 15 kilometer dengan liku-liku sungai batang Sianok mengalir dibawahnya. Pemandangan juga sangat indah dengan latar belakang Gunung Merapi dan Singgalang. Satu inspirasi yang menjadi nama grup band di tahun 1970- an, “Diamers” yang merupakan singkatan “diantara Merapi dan Singgalang”
Ngarai Sianok yang indah
Dari sisi atau pandangan geologi, Ngarai atau jurang  Sianok terbentuk akibat patahan yang memisahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian (Patahan Semangko). Patahan Semangko tersebut secara menakjubkan membentuk dinding dan jurang yang sangat curam, bahkan tegak lurus , yang indah, subur dan hijau. Pada dasar lembah tersebut mengalir Sungai (batang) Sianok yang airnya sangat jernih serta menjadi sumber penghidupan bagi penduduk di sepanjang perbatasan kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam yang bermukim di dalamnya.


Monyet-monyet berkeliaran di Panorama
Acara pagi itu kami akhiri kembali dengan berjalan kembali menuju hotel. Waktu menunjukkan pukul delapan pagi lumayan, bisa olahraga pagi di kota Wisata serta sekalian mengunjungi objek wisata panorama Ngarai Sianok. Keluar dari lokasi Panorama kami melewati jalan panorama dimana terdapat Istana Bung Hatta atau Gedung Triarga yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia. 
Istana Bung Hatta atau Gedung Triarga

Rabu, 29 April 2015

“ AIR TERJUN LEMBAH ANAI : KEINDAHAN JALUR PADANG – BUKITTINGGI “

Wisata Padang Bukittinggi Sumatra Barat lainnya : Ngarai Sianok dan Lobang Jepang , Lembah Harau dan Kelok Sembilan , Istana Pagaruyung dan Danau Singkarak

Silahkan Klik Topik Lainnya :

Anai Valley Waterfall located at the edge of the road between Padang and Bukittinggi in West Sumatra . Location Anai Valley is located 60 kilometers from Padang and 20 kilometers from Bukittinggi , or just about 40 km from Minangkabau International Airport . Anai Valley famous for its beautiful waterfalls and river Batang Anai . This waterfall is very special because it is located on the edge of the road between the two largest cities in West Sumatra. To see the waterfall, we could just stop briefly and was able to enjoy its beauty . From the waterfall we can see the beauty of the landscape that spans the railway bridge just above the road . It is a railway line linking Padang , Padang Panjang , Bukittinggi , up to Sawahlunto

Air terjun Lembah Anai terletak di tepi jalan antara Padang dan Bukittinggi Sumatra Barat.  Lokasi Lembah Anai terletak 60 kilometer dari Padang dan 20 kilometer dari Bukittinggi, atau hanya sekitar 40 km dari Bandara Internasional Minangkabau.  Lembah Anai terkenal dengan keindahan air terjun dan sungai Batang Anai. Air terjun ini sangat istimewa karena terletak di tepi jalan antara 2 kota terbesar di Sumatra Barat. Untuk melihatnya cukup berhenti sebentar  dan sudah bisa menikmati keindahannya. Dari lokasi air terjun kita  dapat melihat keindahan landscape jembatan kereta api yang membentang tepat di  atas jalan. Jembatan tersebut merupakan jalur kereta api yang menghubungkan Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, sampai ke Sawahlunto


Pada bulan Maret 2015 , antara tanggal 18 sampai 21 kami berdua berkesempatan mengunjungi Bukittinggi, serta melakukan wisata di kota dan daerah sekitarnya. Ini adalah tulisan pertama dari  perjalanan tersebut. Kami berangkat dari Bandara Cengkareng pada Rabu 18 maret 2015  sekitar pukul 09.00 dan mendarat di Bandara Internasional Minangkabau di Padang pukul  10.40.  Sebenarnya Bandara tersebut terletak di Kabupaten Padang Pariaman, yang berjarak sekitar 20 km dari kota Padang arah ke Bukittinggi. Bandara tersebut beroperasi sekitar 10 tahun yang lalu menggantikan Bandara Tabing yang terletak di Kota Padang. Jarak antara kota Padang dan Bukittinggi sekitar 90 km, jadi kalau dari Bandara Minangkabau ke Bukittinggi berjarak sekitar 70 km, dan dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam dalam kondisi lalulintas lancar.
Alhamdulillah, begitu kami mendarat di Padang, sudah ditunggu oleh Fandi,  yang menjemput di Bandara Minangkabau dan akan mengantar kami ke Bukittinggi. Jadi kami langsung berangkat menuju Bukittinggi. Hari itu hari rabu dan sudah menjelang tengah hari, jadi perjalanan cukup lancar.  Sebab pada pagi hari atau saat akhir pekan, kondisinya bisa berbeda atau lebih ramai dan macet. Pagi dan sore saatnya orang berangkat dan pulang kerja atau sekolah. Sedang pada akhir pekan, karena Bukittinggi merupakan daerah tujuan wisata dari Padang, jadi suasananya cukup ramai.


Air terjun Lembah Anai
Kondisi jalan dari Bandara menuju Bukittinggi cukup baik dan mulus, sepanjang jalan mata dimanjakan oleh pemandangan yang indah. Sejak dari Bandara kami dapat melihat perbukitan dan gunung-gunung yang masih rimbun dengan alam dan hutan yang terjaga dan tidak gundul. Kami melewati kota kecamatan Lubuk Alung yang terletak pada kilometer 35 rute Padang Bukit Tinggi. Lubuk Alung sering juga disingkat sebagai LA, sebagai pelesetan lah, jadi singkatan LA bukan hanya berarti Los Angeles seperti di Amerika. Jakarta kan punya LA atau Lenteng Agung, maka LA di Sumatra Barat berarti Lubuak Aluang !!!.
Nah, setelah perjalanan sekitar 1 jam, sampailah kami di lokasi Lembah Anai yang kira-kira terletak pada km 60 Padang – Bukittinggi.  Lembah Anai sangat terkenal dengan air terjun yang indah serta sungai Batang Anai. Air terjun lembah Anai ini sangat istimewa karena benar-benar terletak di pinggir jalan antara 2 kota terbesar di Sumatra Barat tersebut. Suatu hal yang hampir tidak pernah ada. Karena biasanya lokasi air terjun jauh dari jalan raya, bahkan kadang-kadang untuk melihatnya harus berjalan cukup jauh.  Jadi disini orang tidak perlu jauh-jauh kalau mau lihat air terjun. Bahkan tidak perlu berwisata secara khusus, setiap orang yang mau ke Bukittinggi cukup berhenti sebentar dan sudah bisa menikmati keindahan alamnya.
Lembah Anai yang sejuk
Menurut informasi sebenarnya di lembah Anai tersebut terdapat 3 buah air terjun, namun yang terletak di pinggir jalan hanya satu. Yang dua lainnya terletak di sebelah dalam, tertutup oleh lebatnya hutan cagar alam lembah anai, untuk melihatnya diperlukan waktu berjalan kaki sekitar 20 menit.
Jadi kami juga , seperti kebanyakan wisatawan lainnya, hanya mengunjungi satu lokasi air terjun yang indah tersebut.  Yang menarik, dari sisi air terjun tersebut , kita bisa melihat rel kereta api kereta api yang membentang tepat di  atas jalan. Jembatan kereta api tersebut adalah rel kereta api yang menghubungkan Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, sampai ke Sawahlunto.  Sangat indah landscape yang terlihat dengan adanyanya jalan kereta api, atau jembatan kereta api yang menyeberangi sungai yang indah di sekitar Lembah Anai atau sungai-sungai lainnya. Dahulu pemandangan jembatan kereta api dengan latar belakang lembah Anai sering menjadi hiasan pada kalender.
Jembatan kereta api
Tapi sayang rute kereta api tersebut sekarang sudah tidak berfungsi sebagai jalur transportasi yang murah dan efektif. Mungkin kereta api sudah tidak beroperasi sejak 40 tahun yang lalu pada rute tersebut. Meskipun landscape nya masih bagus dan beberapa jembatan kereta api dicat yang bagus, namun fungsinya hanya sebagai latar belakang untuk foto-foto. Sayang, sayang seribu sayang, yang ada tinggal sisa-sisa jalan dan jembatan kereta api. Sepanjang perjalanan, terlihat bekas jalur kereta api antara Padang Panjang - Bukittinggi yang berjarak sekitar 20 km, banyak bekas-bekas rel kereta api yang terletak berjajar dengan jalan raya sudah menjadi halaman rumah penduduk, bahkan banyak juga yang telah dibangun rumah-rumah di atas jalan kereta api tersebut.  Sekarang kereta api di Sumatra Barat hanya melayani rute Padang – Padang Pariaman. Mudah-mudahanlah dengan berkembangnya sektor pariwisata dan ekonomi, jalur-jalur kereta api yang lama dapat diaktifkan kembali.
Setelah sekitar setengah jam kami menikmati pemandangan di sekitar air terjun lembah Anai, kamipun melanjutkan perjalanan.  Hanya beberapa kilometer kamipun sampai di kota Padang Panjang yang terletak di sekitar kilometer 73. Disini terdapat tempat makan yang sangat terkenal, yaitu sate Mak syukur. Jadi karena sudah lewat jam satu, dan memang kami tadi sengaja tidak makan di tempat lain, maka kamipun singggah dan menikmati kelezatan sate di kota Padang Panjang tersebut.
Akhirnya sekitar pukul 14.00 kamipun sampai di kota Bukittinggi, ditandai dengan adanya jam gadang yang terletak di tengah-tengah kota. Tiba saatnya mencari hotel dan beristirahat sejenak sebelum menjelajahi suasana kota Bukittinggi pada sore dan malam hari.
Jam gadang