wisata hobby dan lingkungan hidup

Rabu, 14 Desember 2016

WISATA KE GRAFIKA CAMPING GROUND CIKOLE LEMBANG


Silahkan Klik Topik Lainnya :

Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Ceritanya kami mau “survey” lokasi untuk jalan-jalan ke Lembang. Survey pake tanda petik maksudnya karena beberapa kali kami pake judul survey, kenyataannya ya rekreasi. Tapi rekreasinya singkat. Ada juga sih yang lama, misalnya waktu kami ke Pangandaran sepuluh tahun yang lalu, kami bilang ke anak-anak, mau survey tempat wisata, tapi lamanya dua hari dan kenyataannya memang wisata.
Kali ini kami perjalanan survey untuk melihat tempat wisata di Lembang, tujuan utama yang kami kunjungi adalah Grafika Camping Ground Lembang yang terletak di Cikole Lembang , kabupaten Bandung Barat. Tepatnya kami mengunjungi lokasi wisata tersebut pada tanggal 3 Oktober 2016. Perjalanan menuju Lembang, normal saja, artinya meskipun bukan hari libur, lalu lintas dari Bandung ke Lembang cukup rame dan macet di beberapa tempat. Akhirnya sekitar pukul sepuluh pagi kami sampai di Lembang dan perjalanan dilanjutkan menuju arah Tangkuban Parahu. Setelah menempuh jarak sekitar 7 km dari Lembang, sampailah kami di lokasi Grafika Camping Ground Cikole yang terletak di sebelah kiri jalan.

Penunjuk arah

Sesuai namanya, wisata yang ditawarkan oleh Grafika Camping Ground adalah wisata berkemah. Tentunya dengan berbagai fasilitas yang memudahkan para pengunjung untuk “berkemah”. Para pengunjung bisa memilih apakah akan bermalam di kemah benaran, di pondok wisata atau di hotel. Sebagai informasi awal, saat kita masuk ke lokasi wisata ini, tersedia tempat parker yang lumayan luas dapat menampung bus-bus wisata dan mobil pribadi. Selanjutnya kita bisa lihat display peta lokasi dimana kita dapat mengetahui spot-spot yang ada dan lokasinya. Antara lain area camping keluarga, pondok wisata, rumah pohon, saung lesehan, jembatan Burma, rumah Hobbit, kebun strawberry dan flying fox.


Peta situasi

Untuk dapat masuk ke lokasi wisata ini, terlebih dahulu kami membeli tiket masuk yang selain dapat dipakai masuk ke lokasi, juga harga tiket tersebut sudah termasuk kupon untuk minum teh atau kopi dan snack berupa pisang goreng keju, bala-bala atau tempe mendoan di café atau pendopo. Namun belum termasuk tiket untuk permainan seperti flying fox, mengunjungi kebun strawberry atau memesan makanan lain yang juga banyak tersedia baik di pendopo, restoran maupun saung-saung lesehan.


Rumah pohon
Suasana alam dengan udara yang sejuk dan segar menyambut kami saat menjelajahi area wisata ini, udara terasa sejuk meskipun matahari jam sepuluh pagi mulai meninggi. Selain terletak di ketinggian Lembang, suasana yang sejuk juga karena banyaknya pohon-pohon cemara yang telah berumur belasan atau puluhan tahun. Setelah melewati area saung-saung lesehan, kamipun menanjak melewati jalan setapak berupa paving block sehingga terlihat asri. Di beberapa tempat dilengkapi tempat duduk atau istirahat yang terbuat dari balok-balok kayu. Daerah ini adalah lokasi Camping Ground nya, berupa pondok-pondok wisata dengan bentuk unik dan menarik. Pada tempat yang sama juga didirikan tenda-tenda untuk pengunjung yang memilih menginap di tenda. 

Balok kayu untuk duduk


Tenda perkemahan
Salah satu lokasi yang menjadi tempat favorit pengunjung untuk berfoto-foto adalah spot “Rumah Hobbit”. Rumah Hobbit adalah dekorasi tiruan pada dinding bukit yang dibentuk menyerupai rumah Hobbit. Hobbit adalah karakter yang menggambarkan masyarakat yang bertubuh pendek yang ada serial filem terkenal “Lord of the Ring”. Rumah dan perkampungan masyarakat Hobbit yang lucu dan artistic banyak menjadi inspirasi dan dijadikan dekorasi yang menarik untuk diabadikan. Di Grafika sendiri, rumah Hobit dengan ciri khas pintu dan jendela yang berbentuk lingkaran, dipadu dengan menghadirkan karakter orang cebol dari cerita “putri tidur”.

Rumah Hobbit

Foto di rumah Hobbit

Rumah kayu
Puas berkeliling lokasi Grafika, kamipun mengarahkan langkah menuju Pendopo yang tidak lain merupakan tempat makan semacam Café. Di pendopo tersebut kami dapat menukarkan kupon yang kami dapat saat membeli tiket masuk dan disuguhi dengan minuman hangat dan snack, yaitu berupa pisang goreng dilapis keju, serta tempe mendoan. Di Pendopo tersebut kami memilih tempat duduk dengan pemandangan lepas ke lembah dan deretan pohon Pinus di ujung lembah. Dataran dengan pohon pinus tersebut merupakan lokasi rombongan Outbound berkumpul  dan “bermain” lengkap dengan suara pengeras suara yang riuh rendah.

Menunggu makanan
Waktu menunjukkan hampir pukul 12.00 siang, makanan ringan dan minuman hangat yang sudah kami nikmati, cukup lumayan untuk mengisi perut, meskipun belum cukup membuat kenyang. Karena memang sudah waktunya untuk makan siang. Pilihannya adalah memesan makanan yang ada di Grafika atau makan siang di tempat lain. Putri kami Citra mengusulkan untuk makan siang di tempat lain, mumpung kita sedang di kawasan rekreasi Lembang, kita bisa mengunjungi tempat lain yang cukup menarik untuk menikmati wisata kuliner. Lagipula kalau langsung makan nasi bisa-bisa kekenyangan. Kita keliling-keliling lagi di Lembang dan sekitar satu jam lagi baru makan siang. 
Dengan melewati tracking yang menanjak kamipun kembali menuju ke tempat parker untuk keliling kota Lembang. Di ketinggian terlihat pengunjung yang sedang menikmati permainan “flying fox” ,lengkap dengan suara teriakan riuh rendah saat meluncur pada seutas kawat di ketinggian dengan kecepatan tinggi.

Flying fox

Sampai jumpa

---------------------------------------------------------

Sabtu, 10 Desember 2016

WISATA PANTAI BATU KARAS PANGANDARAN


Silahkan Klik Topik Lainnya :

Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Pangandaran adalah daerah wisata terkenal di Selatan Jawa barat. Kawasan wisata tersebut berjarak sekitar 210 kilometer dari kota Bandung, dapat dicapai lewat darat dengan waktu sekitar 5 sampai 6 jam dari Bandung. Pemandangan pantai yang indah dengan ombaknya, serta adanya lokasi untuk melihat matahari terbit (sunrise) dan matahari tenggelam (sunset) menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung.
Salah satu lokasi wisata yang masih terletak di kabupaten Pangandaran serta berjarak tidak jauh dari Pangandaran adalah Pantai Batu Karas. Setelah beberapa kali mengunjungi pantai Pangandaran, khususnya pantai barat dan pantai Timur, maka pada kesempatan kunjungan kami ke Pangandaran pada tanggal 19 sampai 22 Juli 2016, kami fokuskan untuk menikmati keindahan pantai Batukaras. Serta tak lupa kami mengunjungi Green Canyon yang letaknya tidak jauh dari Batu Karas, yaitu sekitar 30 sampai 40 km arah ke Barat pantai Pangandaran.
Dari rumah kami di Cileunyi Bandung, kami berempat (yaitu saya, istri, putri kami Citra dan suaminya Tyas) berangkat ke Pangandaran pada hari Selasa tanggal 19 Juli 2016 sekitar pukul 06.30 pagi. Untuk menuju ke lokasi wisata Pantai Batu Karas, dari arah kota Banjar perjalanan dilanjutkan ke Selatan arah Pangandaran, menjelang masuk ke pantai Pangandaran berbelok ke kanan atau arah Barat menuju Parigi yang merupakan ibukota kabupaten Pangandaran. Perjalanan lalu dilanjutkan menempuh jarak sekitar 30 km menuju kecamatan Cijulang. 
Kami sampai di Pangandaran pada pukul 12.00 dan dilanjutkan ke Cijulang dan sampai di sana sekitar pukul 13.00. Dari terminal Cijulang kami melewati lokasi wisata Green Canyon yang berjarak hanya sekitar 2 km saja. Kami langsung menuju ke kawasan Batu karas, yang berjarak sekitar 8 km dari Green Canyon, melewati jalan lebih kecil dan sebagiannya kondisi berlubang. Akhirnya setelah sekitar setengah jam menempuh perjalanan dari Cijulang, sekitar pukul 13.30 sampailah kami di pantai Batu karas.
Pusat keramaian Batu Karas
Sampai di Batu Karas, hal pertama yang kami lakukan adalah check in hotel dan dilanjutkan makan siang di sebuah rumah makan yang berlokasi di pantai utama Batu Karas, yaitu pantai Legok Pari. Di lokasi Legok pari yang merupakan pusat keramaian di Batu Karas, terdapat  pantai yang ramai dengan pengunjung yang berenang serta bermain air di pantai. Di tempat itu juga terdapat area parkir yang cukup luas, restoran dan rumah makan, hotel serta tempat penyewaan peralatan berenang, papan selancar. Juga terdapat berbagai permainan air seperti berenang, berselancar, banana boat, serta berlayar dengan perahu bermotor.
Lapangan parkir


Pantai Legok Pari
Selesai makan siang, waktu masih menunjukkan pukul 14.15, maka acara kami lanjutkan dengan mengunjungi lokasi wisata Green Canyon yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit dari Batukaras. Cuaca cukup cerah dan kami dapat dengan puas menikmati keindahan objek wisata tersebut, dan sekitar pukul 16.30 sudah kembali ke hotel.
Di Batu karas, kami memilih Bale karang Cottage sebagai tempat menginap selama dua hari. Hotel tersebut terletak di jalan Sang Hyang Kala yang berjarak hanya sekitar 1 km arah Timur pantai utama yang menjadi pusat keramaian Batu Karas. Untuk mencapainya hanya perlu waktu 5 menit dengan mobil atau sekitar 20 – 30 menit dengan berjalan santai. Cottage  yang hanya terdiri dari 8 kamar tersebut mempunyai nuansa bangunan yang tradisional seperti atap yang mempergunakan jerami, namun saat masuk ke dalam kamarnya, maka fasilitasnya seperti hotel yang modern lengkap dengan AC dan televisi layar datar. Dan yang cukup menyenangkan, di depan hotel tersebut (di seberang jalan) terdapat terdapat taman dengan tempat duduk dari batu dan tembok dimana kita dapat bersantai menikmati pemandangan Pantai Batu Karas yang indah.


Bale Karang Cottage
Pantai di depan Cottage
Setelah sejak pagi harinya kami melakukan perjalanan panjang dari Bandung ke Batu Karas, makan siang dan berjalan-jalan di pantai Legok Pari, dilanjutkan dengan kunjungan ke Green Canyon, maka malamnya saya dan istri hanya di hotel, beristirahat dan menikmati pemandangan sore hari serta melihat deburan ombak di yang bersahut-sahutan. Untuk makan malam anak kami Citra dan suaminya Tyas keluar ke Legok Pari dan membeli makanan nasi dan lauknya di restoran tempat kami makan pada siang harinya.

Jalan di pagi hari :

Pagi hari merupakan saat yang tepat untuk menyambut hadirnya matahari pagi di ufuk timur pantai Batu Karas. Karena Batu Karas terletak di sebuah tanjung yang memanjang dari arah Utara ke Selatan, serta menghadap arah ke Timur, sehingga menjadi tempat yang tepat untuk melihat matahari terbit (sunset). Selesai sholat subuh, saya dan istri bersiap-siap untuk berjalan menjelajah pantai Batu Karas. Suasana pagi masih sepi dan agak gelap, kami berjalan kaki menuju lokasi pantai Legok Pari. Mulai terlihat satu dua orang yang juga sama-sama berjalan menuju arah yang sama atau berpapasan dengan rombongan yang berlawanan arah. Matahari mulai terlihat saat kami sampai di pantai tersebut. Di pantai terlihat beberapa wisatawan yang mulai bermain, sedangkan penginapan-penginapan dan restoran di sepanjang pantai masih terlihat sepi.
Sunrise di pagi hari
Setelah ikut bermain dan memandangi ombak di Legok Pari, kami pun kembali menuju hotel. Suasana di jalan terlihat tambah ramai, matahari juga sudah muncul seluruhnya menerangi bumi. Kami tidak langsung masuk ke penginapan, namun duduk-duduk di taman yang terletak di seberang jalan di depan hotel melihat ombak yang berkejar-kejaran, beberapa orang yang berjalan di pinggir pantai, serta rombongan yang mulai berselancar.

Pembuatan Video dengan Flare
Hari Rabu 19 Juli 2016 sekitar pukul 10.00 pagi,  selesai breakfast, beristirahat, dan merapikan diri, acara kami adalah mengabadikan kegiatan dalam foto atau video dengan latar belakang keindahan pantai Batu Karas. Cita dan Tyas sudah menyiapkan flare yang akan dinyalakan saat pengambilan gambar. Jadi ceritanya kami harus menari-nari dan mengayun-ayun flare agar asap flare tersebut menyebar dan foto serta videonya diambil. Cuaca sangat cerah di pantai batu karas, angin sepoi sepoi dan ombak cukup bersahabat. Ditambah air laut yang membiru sangat indah untuk diabadikan.
Suasana jadi sangat menggembirakan dan lucu sekali saat kami berputar-putar, berteriak dan menari dengan gaya bebas. Sambil berteriak-teriak histeris juga karena takut tidak terekam atau cahaya flarenya habis. Alhasil nafas sampai terengah-engah dan ditonton oleh orang-orang yang ada di sekitar. Mereka tertarik karena tanpa sadar kami berteriak-teriak, tertawa-tawa cukup keras. Pokoknya seru, dan Alhamdulillah foto dan video yang dihasilkan cukup bagus dan seru.
Bermain Flare
Tim Kreatif Foto dan Video
Manjat pohon kelapa
Di Batu karas suasananya relative masih sepi dibandingkan pantai pangandaran. Jadi bagi yang senang menikmati suasana pantai kondisi seperti ini menjadi pilihan yang menyenangkan sebagai alternative menginap di “kota” pangandaran. Banyak juga turis bule yang kelihatannya khusus menginap atau lebih tepatnya tinggal di Batu Karas untuk belajar berselancar.
Cerita tentang pohon kelapa, di pinggir pantai di depan hotel banyak pohon kelapa, jadi senang sekali melihatnya. Kan kalau di pantai pangandaran pohon kelapa sudah jarang, maka di batu karas masih banyak. Satu hal lagi pohon kelapa di daerah pangandaran yang menjadi ciri khasnya, banyak yang bukan untuk dipanen buahnya. Tetapi untuk dipanen air dari tangkai bunga kelapa untuk dibuat menjadi gula kelapa. Jadi tiap pagi termasuk di depan hotel kami menonton para pemanjat kelapa yang naik turun pohon kelapa. Menaikkkan ember kecil untuk menggantikan ember yang telah penuh air dari tangkai bunga kelapa. Yang sudah penuh diambil sedang yang kosong digantungkan utnuk diambil nantinya setelah penuh.
Ayo ! Semangat !!!
Saya juga coba-coba naik pohon kelapa, ternyata susah juga naiknya. Jadi untuk difoto aja cari-cari pohon kelapa yang agak pendek, berusaha dan berjuang keras agar dapat naik naik, action dan difoto. Lalu langsung merosot lagi. Badan berkeringat …..waduh ….seru juga. Tapi akhirnya sampai juga di bagian pohon kelapa yang lumayan tinggi. Alhamdulillah.
Horee !!! Akhirnya berhasil 
-------------------------------


Minggu, 13 November 2016

STUDI LAPANGAN FAKULTAS TEKNIK UNWIM 2014

Kunjungan ke Insan Sandang Internusa dan Coca-Cola Amatil Indonesia

Kegiatan FT Unwim yang lain : Prodi Teknik Lingkungan ke Dirgantara Indonesia
Oktober 2014, Prodi Teknik Lingkungan bersama Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Winaya Mukti melaksanakan studi lapangan. Peserta studi lapangan yang terdiri dari mahasiswa dan dosen, melakukan studi lapangan ke PT. Insan Sandang  Internusa dan  PT Coca-Cola Amatil Indonesia yang berlokasi di Rancaekek Bandung.
PT. Insan Sandang  Internusa yang  didirikan tanggal  20 Juni 1988 ini  memiliki areal seluas 81.689,85 m2 merupakan pabrik tekstil yang mampu melaksanakan kegiatan produksi untuk pertenunan, pencelupan dan finishing. Hasil produksi perusahaan ini telah mendapatkan pengakuan luas baik didalam maupun diluar negeri dan semuanya tidak lepas dari program pengendalian mutu yang ketat dan dukungan manajemen untuk menjawab tantangan global sejak dasawarsa yang lalu. Kami dibawa melihat Instalasi Pengolahan Limbah  ( IPAL )  yang mengolah limbah semua kegiatan produksi sebelum dibuang ke badan air penerima dan penerapan K3 . Selama  di lapangan, kami mendapat pelayanan yang sangat baik, semua pertanyaaan dari mahasiswa dan dosen dilayani dengan baik.

Foto bersama di Insan Sandang Internusa

Instalasi Pengolah Air Limbah
Setelah selesai dari PT. Insan Sandang  Internusa, perjalanan kami lanjutkan ke PT.Coca-Cola Amatil Indonesia .yang merupakan salah satu pabrik pembotolan yang tersebar di Indonesia, selain di Rancaekek, pabrik serupa berada di Cibitung-Bekasi, Medan, Padang, Lampung, Semarang,Surabaya dan Denpasar.Semua produk yang dijual dan didistribusikan oleh Coca-Cola Amatil Indonesia, diproduksi langsung di Indonesia.Berasal dari bahan baku pilihan berkualitas tinggi , diproses melalui beberapa tahap , dimulai penyiapan bahan, pencampuran, pencucian, pengisian dan penutupan, pengkodean , pemeriksaan, pengemasan dan pengangkutan.

Foto bersama di Cocacola Amatil Indonesia

Di depant Giant Can
Selain memproduksi dan menjual beragam minuman ringan, Coca-Cola juga memiliki program “ Water For Life “, yaitu program yang  bertujuan untuk mengatasi krisis air dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Timur Laut Bali.Program ini telah membantu lebih dari 1500 rumah tangga didaerah tersebut. Di Rancaekek - Bandung, Coca-Cola Amatil Indonesia, memberikan air bersih untuk penduduk sekitar pabrik berupa air bersih dan air bersih siap minum pada jam-jam tertentu setiap harinya. Selain dibawa berkeliling pabrik dan melhat proses produksi , melihat langsung penerapan K3 dilapangan,  kami juga menikmati Coca - Cola  dingin sambil melihat tayangan film mengenai bagaimana Coca-Cola dan minuman lainnya diproduksi dan disiapkan untuk diantar ke pelanggan.
Hari beranjak siang, kami pamit untuk melanjutkan perjalanan ke rumah makan “Asep Strawberry “.Terima kasih pada PT. PT. INSAN SANDANG  INTERNUSA dan PT.Coca-Cola Amatil Indonesia Bandung yang telah bersedia menerimakami. Terima kasih juga pada Pak Ohan ( alumni Teknik Lingkungan  94 ) yang telah banyak membantu hingga acara ini bisa terselenggara dengan baik.




------------------------------------------------------------------

Minggu, 30 Oktober 2016

KUNJUNGAN PRODI TEKNIK LINGKUNGAN UNWIM KE PT DIRGANTARA INDONESIA

Kegiatan FT Unwim lainnya : Studi Lapangan tahun 2014

Senin, 24 Oktober 2016, kami dari Prodi Teknik Lingkungan Universitas Winaya Mukti dalam rangka kunjungan industri, berkesempatan mengujungi PT. Dirgantara Indonesia yang merupakan salah satu BUMN industri aviasi nasional. PT DI  yang berada di kawasan Husein Sastranegara, Bandung. menempati wilayah yang luas sekitar 40 Ha , saat ini memiliki dengan sekitar 4000 karyawan. PT DI didirikan pada bulan April 1976 dengan nama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, dipimpin oleh Prof. Dr. Ing. B.J.Habibie.  Pada bulan April 1986, nama perusahaan diganti menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dan tanggal 24 Agustus 2000, nama perusahaan secara resmi diubah oleh Presiden Republik Indonesia saat itu menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI).


Selfi sebelum berangkat 
PT DI mempunyai Misi sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara terutama dalam rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk kepentingan komersial dan militer dan juga aplikasi di luar industri dirgantara. Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersial dan dapat menghasilkan produk jasa yang memiliki keunggulan biaya. Kegiatan usaha utama PT.DI adalah memproduksi, memasarkan, menjual dan mendistribusikan hasil produksi industri kedirgantaraan dan pertahanan & keamanan berupa pesawat terbang dan helikopter, komponen pesawat terbang, pemeliharaan dan modifikasi pesawat terbang, sistem persenjataan dan jasa teknologi.
Setelah menyimpan HP dan kamera di resepsionist, kami diterima oleh ibu Rahayu Gelar Purnama , Pak Edi Sukmana dan ibu Diva di ruang pertemuannya yang nyaman untuk melihat beberapa video yang diantaranya berupa  Company profile dan  penerapan K3.   Selanjutnya dilakukan kunjungan tur keliling pabrik untuk  melihat secara langsung  pembuatan pesawat dari pembuatan komponen dan berbagai material hingga perakitan menjadi satu pesawat. Ruang pertama yang kami kunjungi adalah ruang Receiving yang merupakan lokasi penerimaan bahan baku, baik berupa logam maupun bahan baku non logam . Pemeriksaan meliputi jumlah, kualitas dll. Setelah itu masuk ke ruang Precutting yang merupakan ruang pemotongan bahan baku, dilanjutkan mengunjungi Metal Forming Shop, Surface Treatment Shop, Bonding Composite, Painting Inspection dan  IPAL Electroplating.
Tidak terasa hari semakin siang disertai dengan hujan lebat, setelah menyusuri beberapa ruang dan hanggar, selesai sudah acara tur dan kami kembali keruang pertemuan untuk sesi tanya jawab. Setelah selesai acara ini, diharapkan mahasiswa  dapat lebih memahami proses produksi, pengelolaan limbah dan penerapan K3 di PT.DI.

Foto bersama di Conference Room
Penyerahan plakat dari Prodi Teknik Lingkungan FT UNWIM


Setelah berbagai acara kunjungan dan penjelasan yang cukup padat dari PT DI , maka pada pukul 14.00 kamipun mengakhiri kunjungan dengan perasaan puas karena mendapat tambahan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi proses pembelajaran di teknik lingkungan UNWIM. Terima kasih yang sebesarnya kami ucapkan kepada  ibu Rahayu Gelar Purnama , Pak Edi Sukmana dan ibu Diva dari PT Dirgantara Indonesia atas keramahan dan bantuan selama kami melaksanakan kunjungan tersebut.
 -------------------------------------------

Selasa, 26 Juli 2016

WISATA GREEN CANYON, CIJULANG PANGANDARAN


Silahkan Klik Topik Lainnya :

Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Nama asli lokasi wisata ini adalah Cukang Taneuh, namun sangat dikenal secara luas sebagai Green Canyon yang asalnya dipopulerkan oleh seorang wisatawan berkebangsaan Perancis pada tahun 1993. Green Canyon terletak di desa Kertajaya, kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran. Tertarik dengan nama tempat wisata Green Canyon yang dikenal luas oleh wisatawan dalam negeri dan mancanegara, maka pada tanggal 19 Juli 2016 pukul 06.30 pagi hari, kami berempat, yaitu saya, istri beserta anak dan menantu meluncur dari rumah kami di Cileunyi ke Pangandaran.

Melaju di sungai yang indah
Untuk menuju ke wisata Green Canyon, setelah perjalanan Cileunyi melewati Nagrek, Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Ciamis dan masuk kota Banjar, perjalanan dilanjutkan menuju Pangandaran. Saat menjelang masuk ke pantai Pangandaran berbelok ke kanan atau arah Barat menuju Parigi yang merupakan ibukota kabupaten Pangandaran. Perjalanan dilanjutkan sekitar 30 km menuju kecamatan Cijulang.

Tulisan terkait : Dari Bandung ke Pangandaran , Melihat Sunset dan Sunrise di Pangandaran  Tempat Wisata Pangandaran  Cagar Alam Pangandaran  Wisata Green Canyon

Kami sampai di Pangandaran pada pukul 12.00 dan dilanjutkan ke Cijulang dan sampai di sana sekitar pukul 13.00. Dari terminal Cijulang lokasi Green Canyon hanya sekitar 2 km saja. Namun kami tidak langsung singgah di Green Canyon, namun melewatinya dan menuju ke kawasan Batu karas, karena kami merencanakan menginap di pantai Batu Karas tersebut. Jarak antara Green Canyon dengan batu karas sekitar 8 km, namun jalannya lebih kecil dan sebagiannya kondisi berlubang, jadi memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk menempuhnya.
Jadi kami check in dulu di hotel dan dilanjutkan makan siang di sebuah rumah makan yang berlokasi di tempat wisata tersebut. Selesai makan kami kembali ke lokasi wisata Green Canyon.


Gerbang Green Canyon
Cuaca cukup cerah ketika pukul 14.30 kami sampai di pintu gerbang Green Canyon. Memang karena cuaca siang tersebut cukup cerah (setelah pagi sampai siang cuaca bervariasi diselingi oleh mendung dan hujan ringan) kami memutuskan untuk segera ke tempat itu dan tidak menunggu esok hari. Karena memang menurut informasi serta saran dari pihak hotel tempat kami menginap, lebih baik sore ini berkunjung ke Green Canyon, mumpung cuaca sedang cerah. Karena kalau hari hujan, air di sungai Cijulang dan Green Canyon sering terlihat keruh dan tidak jernih, bahkan kalau hujan besar  kadang-kadang tempat wisata itu ditutup karena air sungainya selain deras juga berwarna kecoklatan dan tidak menarik.

Dermaga perahu
Lokasi dermaga untuk wisata tersebut terletak di pinggir sungai Cijulang serta juga dipinggir jalan raya. Di seberang jalan terdapat lapangan parkir yang luas yang dikelilingi oleh kios-kios penjual makanan dan cenderamata. Kamipun masuk dan membeli karcis naik perahu untuk menyusuri sungai Cijulang menuju lokasi Green Canyon. Karcis perahu motor adalah sebesar Rp 150.000, dan setiap perahu dapat dinaiki oleh maksimal 5 orang penumpang (selain awak perahu). Kalau di perjalanan menyusuri sungai atau di lokasi Green Canyon penumpang ingin berenang, maka dikenakan biaya tambahan untuk berenang sebesar Rp 100.000,-.
Kamipun naik perahu dan perahu mulai bergerak. Di perjalanan saya baru sadar bahwa kami tidak memakai baju pelampung, setelah melihat perahu lain melintas dan penumpangnya memakai baju pelampung. Kelihatannya di perahu kami juga terdapat baju pelampung, tetapi karena tidak ada SOP yang ketat, awak perahu tidak memberikan baju pelampung untuk dipakai. Mau menegur bagaimana, takut kalau ditegur malah akan ngadat. Apalagi perahu sedang melaju kencang, dengan sedikit ketar ketir sayapun diam-diam saja mengikuti perjalanan.
Sangat disayangkan, harusnya merupakan kewajiban pengelola tempat wisata untuk selalu mengawasi dan memastikan seluruh penumpang memakai baju pelampung. Saran saya kepada pengelola agar selalu memastikan setiap perahu berlayar mengikuti aturan keselamatan karena itu tanggungjawab mereka. Lucu kalau para pengunjung yang harus menegur , suasana wisata bisa jadi rusak karena orang ditegur kan biasanya kesal.

Air sungai yang jernih
Tulisan terkait : Dari Bandung ke Pangandaran , Melihat Sunset dan Sunrise di Pangandaran  Tempat Wisata Pangandaran  Cagar Alam Pangandaran  Wisata Green Canyon

Perahupun yang kami naiki melaju menyusuri sungai Cijulang menuju lokasi Green Canyon yang jaraknya sekitar 4 kilometer. Pemandangan di kiri kanan sangat indah dengan pepohonan yang rindang, serta air sungai yang jernih dan kehijauan. Sesekali kami berpapasan dengan perahu yang baru balik dari lokasi air terjun. Karena memang setiap perahu bertujuan menuju hulu sungai Cijulang yang merupakan lokasi air terjun. Di tempat itulah yang menjadi spot utama wisata Green Canyon.
Setelah berlayar sekitar 20 menit sampailah kami di lokasi tersebut. Menjelang lokasi tersebut pemandangan menjadi gelap karena kami melewati bagian sungai yang sempit dan terowongan dimana cahaya tidak dapat masuk. Selanjutnya sampailah di lokasi air terjun dengan cahaya yang muncul dari ketinggian air terjun.
Perahu parkir di tepi air terjun yang hanya setinggi sekitar 2-3 meter. Disitu pengunjung bisa turun dan naik ke tebing di tepi air terjun. Sebagian pengunjung juga bisa berenang di lokasi tersebut, baik di tepi sungai atau di bawah air terjun.

Terowongan
Air terjun


Terasa gemercik air serta tetesan air yang memercik hingga ke dalam perahu. Pemandangan yang sangat indah, di kejauhan ke hulu air terjun kecil sekitar jarak 100 meter terdapat air terjun yang tinggi yang sangat indah karena dari atasnya muncul cahaya. Berbeda denga lokasi perahu parkir (di hilir air terjun kecil) yang gelap, lokasi di hulu terlihat terang. Kebanyakan pengunjung turun dari perahu dan naik ke bukit di sisi air terjun mini, sebagian lain termasuk kami menunggu di perahu karena takut licin, menikmati indahnya pemandangan sekitar dari atas perahu.

Keindahan air dan tepian sungai
Setelah sekitar 20 menit kami singgah di lokasi air terjun, serta naik ke bukit di sisi air terjun, maka anak dan menantu kami pun kembali ke perahu. Mereka cukup puas melihat keindahan Green Canyon, mengambil foto-foto. Sementara kami tidak ikut karena batu-batu dan jalan ke air terjun cukup licin. Perahu layar kami memutar arah dan kembali berlayar menyusuri sungai kembali ke pangkalan atau dermaga Green Canyon. Kami sampai kembali menjelang pukul 16.00 atau menjelang tutup tempat wisata itu. Jadi memang waktu yang diperlukan untuk wisata sekitar 1 jam 20 menit, tanpa berenang. Kalau ditambah dengan berenang akan memerlukan waktu sekitar 2jam. Hal tersebut harus diperhitungkan karena tempat wisata tersebut tutup pada pukul 16.00. Oh iya, jadual lengkap tempat wisata Green Canyon adalah sebagai berikut : Hari Senin sampai Kamis pukul 07.30 sampai 16.00. Jumat : 13.00 16. Sabtu dan Minggu  pukul 07.00 sampai 16.00.


Kembali ke pangkalan
Alhamdulillah kami cukup puas menikmati keindahan wisata Green Canyon. Kecuali masalah baju pelampung, system pentaripan dimana biaya ditentukan sebesar Rp 150.00,- per perahu, dibayar di loket, tanpa tawar menawar lagi dengan awak perahu sangat baik dan memudahkan wisatawan. Namun di tempat parkir taripnya tidak jelas. Tidak ada loket atau gardu parkir seperti yang ada di mal-mal atau Bandara misalnya. Jadi taripnya hanya ngasih ke petugas dan tidak ada tanda terima. Saya nyari-nyari pengumuman berapa sebenarnya tarip parkir, tapi tidak ketemu. Mudah-mudahan penyelenggara dapat memperbaiki soal keselamatan (baju pelampung) dan tarip parkir sehingga pengunjung akan lebih senang datang dan pemerintah mendapat pemasukan yang lebih baik dari pariwisata.
-----------------------------------------------------------
Tulisan terkait : Dari Bandung ke Pangandaran , Melihat Sunset dan Sunrise di Pangandaran  Tempat Wisata Pangandaran  Cagar Alam Pangandaran  Wisata Green Canyon

Minggu, 24 Juli 2016

REVIEW WISATA CAGAR ALAM PANANJUNG PANGANDARAN

Silahkan Klik Topik Lainnya :

Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Pantai Pangandaran merupakan kawasan wisata terkenal yang terletak di Selatan Jawa barat. Pemandangan pantai yang indah dengan ombaknya, serta adanya lokasi untuk melihat matahari terbit (sunrise) dan matahari tenggelam (sunset) menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam negeri dan mancanegara untuk berkunjung ke daerah itu.
Salah satu objek yang cukup menarik di Pangandaran adalah Cagar Alam Pananjung. Di kawasan Pananjung tersebut kita dapat berpetualang menyusuri sejumlah objek seperti batu Kalde. Jembatan, Pantai Pasir Putih, serta benteng pertahanan peninggalan tentara Jepang. Pengunjung juga dapat menyaksikan berbagai hewan liar seperti rusa, biawak, monyet ekor panjang dan burung-burung laut.
Kami mengunjungi lokasi wisata alam tersebut pada hari Jumat tanggal 22 Juli 2016. Berikut adalah review tentang objek wisata alam Pananjung.




Pantai Barat dan Pantai Timur Pangandaran dipisahkan sebuah tanjung atau semenanjung yang menjorok ke arah Selatan. Bentuk tanjung yang cukup luas tersebut mirip paha ayam seperti yang ada di bagian Selatan pulau Bali. Pada tanjung tersebut terletak Taman wisata alam (Nature Recreation Park) dan Cagar Alam (Nature Reserve) Pananjung, yang merupakan  objek wisata dengan nuansa hutan, pantai dan laut.
Cagar alam Pananjung dapat dicapai dengan berjalan kaki, baik dari pantai Barat maupun pantai Timur karena lokasinya persis diapit oleh pantai Barat dan Pantai Timur. Selain berjalan kaki di dalam cagar alam, kita juga dapat mengelilingi semenanjung ini dengan menyewa perahu nelayan dan singgah di pantainya yang berpasir putih.


Peta Cagar Alam Pananjung


Kami sampai di pintu gerbang Cagar Alam sekitar pukul 06.45. Di loket belum ada petugas, namun tercantum jadual buka taman wisata, yaitu antara pukul 07.00 sampai 17.00. Pada pukul 07.00 petugas masuk ke gardu penjualan tiket, dan kamipun membeli tiket dengan harga Rp 16.000,- per orang.

Pintu Gerbang
Jalan masuk utama menuju taman terlihat kumuh dengan adanya gerobak-gerobak yang diparkir sembarangan, serta trotoar yang menjadi tempat penjemuran ikan. Saat masuk, di sisi kanan jalan terdapat kantor pengelola taman dengan halaman yang sangat bersih. 
Bangunan Kantor
Papan petunjuk arah objek wisata ada, tetapi tidak ada informasi jarak. Padahal informasi jarak sangat penting karena akan menjadi petunjuk yang mencegah pengunjung tersesat. Contohnya kami waktu mencari jalan ke pasir putih yang terletak di pantai barat, setelah melewati jembatan ada dua alternative ke pasir putih, arah ke kanan atau ke kiri. Kami memilih belok ke kiri, mula-mula ada jalan setapak, tapi lalu tidak ada tanda jalan yang jelas, tanah berlumpur memasuki hutan dan bukit. Setelah sempat kami ikuti sekitar 200 meter, arahnya makin tidak jelas. Akhirnya kami kembali ke jembatan, lalu coba memilih arah jalan ke kanan, mula-mula memang jalannya tidak jelas, tapi lalu ketemu jalan memutar dan mendaki, akhirnya setelah sekitar 200 atau 300 meter sampailah di lokasi pasir putih.

Penunjuk arah

Jalur Tracking
Batu Kalde
Sekitar 200 meter menyusuri taman wisata, sampailah di lokasi situs Batu Kalde. Di situs tersebut terdapat batu berbentuk sapi gumarang yang merupakan tempat bersembahyang umat hindu pada zaman Kerajaan Pananjung. Terlihat  reruntuhan candi dengan arca sapi serta lima buah makam kuno. Makam kuno tersebut diperkirakan merupakan makam para pembesar Kerajaan. Disebut batu Kalde karena arca sapi berukuran sekitar 1 x 0,6 m2  dengan tinggi 0,5 m tersebut mirip dengan kijang yang dalam Bahasa Sunda disebut kalde. Batu Kalde tersebut konon merupakan nisan seorang menteri kerajaan yang bernama Arya Sapi Gumarang.

Batu Kalde
Selepas situs Batu kalde, perjalanan menyusuri jalur track dilanjutkan. Kami melewati Gua Lanang, Gua Jepang dan Wisma Ciborok. Di sekitar Wisma terdapat banyak pepohonan dan sekawanan rusa sedang memakan rumput. Selanjutnya kami menyeberangi jembatan menuju lokasi pantai pasir Putih. Jembatan di atas sungai tersebut memiliki konstruksi yang sangat bagus, namun terlihat lusuh, padahal kalau dicat dan dirawat akan sangat indah. Jembatan tersebut juga tidak memiliki nama. Padahal nama yang menarik sangat perlu untuk menambah daya tarik jembatan yang bagus tersebut. Misalnya bisa saja diberi nama “Jembatan Cinta” seperti di pulau Tidung, Kepulauan  Seribu. Atau dapat diberi nama “Jembatan Pelangi” (rainbow bridge) karena bentuknya yang melengkung seperti pelangi. Dengan bentuk yang indah serta nama yang unik pasti jembatan tersebut akan menjadi spot yang menarik untuk berfoto-foto.

Jembatan Batu
Gua Jepang
Setelah melewati jembatan batu, kami sempat “tersesat” karena memilih arah kiri. Namun kemudian kami kembali ke jembatan dan memilih arah kanan. Kami menyusuri jalan kecil yang menanjak dan akhirnya sampai di lokasi pantai Pasir Putih. Sebelum sampai di Pasir Putih, terdapat bukit dimana terdapat Gua Jepang. Jadi di lokasi Pananjung terdapat beberapa lokasi Gua Jepang. Gua terbentuk dari beton yang tertimbun tanah sebagai benteng pertahanan, dan berfungsi sebagai gudang amunisi. Pada bagian depan gua terdapat parit-parit  pertahanan untuk pengintaian pendaratan dari laut oleh pihak sekutu.

Gua Jepang

Pemandangan dari bukit Gua Jepang
Gua jepang yang berlokasi di dekat pasir putih tersebut merupakan tempat yang sangat baik jika dijadikan menara pandang, pemandangan dari atas bukit tersebut sangat indah karena kita bisa melihat pantai pasir putih, laut serta pantai barat pangandaran. Namun pada saat ini kita harus sangat berhati-hati saat mengambil foto karena tidak terdapat pagar pengaman. Juga banyak pohon dan dedaunan yang menghalangi pandangan laut dan pantai. Kalau tempat itu dirapihkan, diberi pagar pengaman, serta pembersihan sekitar Gua Jepang, maka tempat itu akan menjadi lokasi yang sangat istimewa.

Pantai Pasir Putih
Pada lokasi yang bersebelahan dengan bukit yang menjadi tempat Gua Jepang, terdapat Pantai Pasir Putih dengan pasirnya yang bersih, gelombang laut yang kecil serta pemandangan indah. Selain dapat dicapai dengan menyusuri cagar alam, wisatawan biasa mengunjungi lokasi ini dengan perahu motor dari lokasi Pantai Barat Pangandaran. Di tempat ini para wisatawan dapat bermain air di pasir serta berjalan-jalan berkeliling. Rombongan wisatawan dengan perahu bermotor biasa singgah selama satu atau dua jam di tempat ini, menikmati pasirnya yang putih, bermain bola, berenang, ataupun bermain pasir.

Pantai Pasir Putih

Pantai Barat sebagai latar belakang
---------------------------------------------------