Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik, Wisata Padang Sumatra Barat, Umroh Makkah Madinah, Wisata Singapore, Wisata Phuket Thailand, Wisata Karimunjawa, Wisata Malang Bromo, Wisata Ende Flores, Wisata Tidung Kepulauan Seribu, Wisata Pangandaran, Wisata Bandung, Wisata Malang Batu, Wisata Melaka Kuala Lumpur
Tanggal
5 maret 2013 saya ulang tahun ke lima puluh empat. Acara ulang tahun kali ini
sangat istimewa karena saya merayakannya dengan berwisata berdua istri tercinta
ke gunung Bromo.
Perjalanan
dimulai tanggal 4 maret 2013, dengan penerbangan Sriwijaya rute Jakarta - Malang. Sampai di bandara Abdulrahman Saleh
Malang sekitar jam 11.00 WIB dan dilanjutkan perjalanan ke hotel yang memerlukan
waktu sekitar tigapuluh menit.
Untuk
mencapai Bromo perjalanan dari kota malang dimulai pada pukul 01.30 dinihari
dengan mobil travel yang disewa. Waktu tempuh untuk perjalanan tersebut adalah
2,5 jam. Perjalanan malam hari berjalan lancar meskipun hujan turun secara
sporadis sepanjang perjalanan. Namun meskipun waktu menunjukkan pukul dua
sampai pukul tiga dinihari, lalu lintas disepanjang jalan antara Malang –
Pasuruan cukup ramai dengan kendaraan , baik kendaraan pribadi, bus penumpang
maupun truk-truk pengangkut barang. Keramaian lalu lintas semakin bertambah
setelah melewati Pasuruan karena jalur tersebut merupakan jalur jalan pantai
utara antara Surabaya menuju ujung Jawa Timur dan selanjutnya menyeberang ke
Pulau Bali. Berbagai bus penumpang dan kendaraan pribadi berebut melaju dengan
kecepatan tinggi. Sedangkan berbagai truk yang kecepatannya lebih rendah tidak
habis-habis melintas.
Menjelang
kota Probolinggo, jarum jam telah menunjukkan pukul tiga dinihari, Toyota
Avanza yang kami sewa berbelok ke kanan menuju arah Selatan. Jalan ini telah
memasuki kawasan wisata Gunung Bromo, dengan lalu lintas yang jauh lebih sepi,
namun jalan juga lebih kecil dan menanjak serta berbelok-belok. Perjalanan
memerlukan waktu setengah jam untuk sampai di Sukapura, dimana mobil berhenti
untuk istirahat sejenak pada sebuah SPBU. Sukapura adalah sebuah kota kecamatan
yang juga meliputi daerah Wisata Bromo. Di tempat pemberhentian
tersebut cukup banyak rombongan wisatawan yang beristirahat sejenak, baik yang
manggunakan mobil ataupun rombongan dengan kendaraan roda dua.
Setelah
beristirahat sekitar 20 menit kamipun melanjutkan perjalanan lewat jalan yang
semakin menanjak, sehingga pada pukul 04.00 sampailah kami ke Dusun Cemoro
Lawang yang merupakan pusat kawasan
wisata bromo. Namun cuaca yang saat itu hujan menyebabkan kami tidak dapat
segera berangkat. Ditambah informasi bahwa akibat hujan deras maka pada lokasi
atau jalan menuju kawah bromo dilanda banjir. Sehingga beberapa rombongan yang
telah berangkat lebih dahulu terpaksa kembali. Bahkan ada yang terjebak banjir.
Cemoro
Lawang
Cemoro
Lawang
Sebelum
berangkat kami sholat subuh dahulu pada mesjid yang terdapat di lokasi wisata
tersebut. Udara sangat dingin sehingga terasa menggigil saat terkena air wudlu.
Menurut informasi pemandu wisata yang mengantar kami pada dinihari tersebut
temperatur udara berkisar sekitar 10 derajat Celcius. Beruntung kami membeli
sarung tangan dan penutup kepala (kupluk) sehingga dapat mengurangi dinginnya
udara.
Setelah
selesai sholat dan menunggu beberapa lama, pada pukul 05.00 kamipun berangkat.
Perjalanan ke lokasi wisata harus menggunakan kendaraan off-road berupa jeep
wisata dari penduduk setempat karena melintasi medan jalan yang sulit dilalui
dengan mobil standar. Medan yang ekstrim tersebut berupa padang rumput atau
savanna yang digenangi air, padang pasir serta tanjakan dan turunan yang tajam.
Kendaraan
Jeep Off-Road siap menempuh medan ekstrim
Cuaca
masih gelap dan hujan gerimis ketika mobil jeep off-road yang kami sewa
berangkat dari Dusun Cemoro Lawang. Rute pertama yang ditempuh adalah melalui
lautan pasir yang kadang-kadang terdapat aliran air akibat hujan sehingga tidak
jelas yang mana rute jalan, namun air hujan yang turun ke pasir meskipun deras,
cepat merembes diantara pasir dan mengering. Dari sini kami memaklumi kenapa
perjalanan harus ditempuh dengan kendaraan off-road. Bayangan awalnya saya
mengira rutenya akan penuh tanjakan curam, namun ternyata relative datar. Tapi
meskipun jalannya datar, adanya lautan pasir membuatnya tidak akan dapat
ditempuh dengan kendaraan biasa.
Namun
pemandangan di sekeliling memang sangat eksotis dan menakjubkan. Bayangkan
cuaca yang sangat dingin dan berkabut, berada pada lautan pasir yang mungkin
hanya ada di gurun-gurun, bukit-bukit dan gunung-gunung di sekeliling muncul
dari balik kabut. Serasa berada di suatu tempat yang jauh dari Indonesia.
Mungkin bayangan gurun Gobi seperti itu, tapi ini di Bromo. Itu masih di
Indonesia !
Padang
Savana dan Bukit Teletubies.
Perjalanan
menempuh lautan pasir memakan waktu sekitar 20 menit, cuaca mulai terlihat
terang, lautan pasir berganti dengan padang savanna, yaitu padang padang datar
dengan tanaman rumput setinggi satu sampai dua meter. Sekeliling savanna
menghijau , dan kami melewati jalan yang merupakan rute yang sering dilalui
sehingga rumputnya telah hilang atau pendek sekali, jalan atau rute ini banyak
yang digenangi air, sehingga pengemudi kendaraan harus berhati-hati mengikuti
rute yang aman, karena salah memilih rute, maka kendaraan akan terperosok dan
terjebak tidak dapat jalan lagi. Namun sekeliling padang savanna tersebut pemandangan
bukit sangat indah. Penduduk disini ,atau mungkin asalnya dari para wisatawan, menyebutnya
sebagai Bukit Teletubies, karena pemandangannya sangat mirip dengan pemandangan
pada filem anak-anak terkenal Teletubies.
Padang
Savana
Berjalan
menuju Bukit Teletubies
Pasir berbisik
Pasir
berbisik adalah nama sebuah filem yang diambil dari nama tempat tersebut.
Karena pada tumpukan bukit pasir tersebut, jika kita berada di tempat tersebut
dan angin sedang bertiup, seolah terdengar orang sedang berbisik karena gesekan
diantara tumpukan pasir yang terkena angin.
Pada
lokasi Pasir Berbisik tersebut juga terdapat Patung Singa, yaitu batu karang
yang berada di tengah tengah lokasi lautan pasir tersebut. Bentuk batukarang
tersebut sepintas menyerupai patung singa, sehingga menjadi objek yang ramai
dikunjungi dan difoto oleh para wisatawan
Lokasi
pasir berbisik
Patung
Singa
Kawah
Bromo
Waktu
telah menjelang pukul 07.00 pagi, setelah puas menikmati pemandangan lautan
pasir dan “patung singa” perjalanan dilanjutkan menuju kawasan kaldera gunung
Bromo. Daerah kawasan kaldera gunung Bromo adalah kawasan yang dipenuhi oleh
lautan pasir yang luas. Dari tempat parkir mobil, di kejauhan di kaki gunung
Bromo kami dapat melihat Pura Bromo yang timbul tenggelam di Balik Kabut.
Memang saat kami mengunjungi kawasan kaldera Bromo di pagi tersebut cuaca
kembali diguyur hujan dan angin yang besar, sehingga kami hanya turun sebentar
di sekitar mobil dan melihat Pura dan Puncak Bromo dari kejauhan.
Dari lokasi parkir
tersebut tersedia kuda tunggangan yang dapat disewa untuk perjalanan sekeliling
lautan pasir sampai ke puncak Gunung. Namun cuaca yang hujan di pagi itu
menyebabkan jarang wisatawan yang memanfaatkannya untuk berkeliling. Meskipun
para penduduk setempat menawarkan untuk menyewa kuda. Mungkin kalau cuaca lebih
cerah akan kami akan betah berlama-lama di sana, namun hujan angin serta rasa
dingin yang menusuk menyebabkan kami memutuskan segera menuju objek berikutnya.
Rombongan
kuda menunggu penumpang
Puncak
Pananjakan.
Objek
terakhir kawasan wisata Bromo yang kami kunjungan adalah Puncak Pananjakan.
Jalan menuju puncak ini cukup memadai berupa jalan aspal dengan kondisi sedang.
Namun cukup curam dan sesuai namanya sangat menanjak, sehingga merupakan medan
yang cocok untuk dilalui kendaraan dengan penggerak 4 roda. Dari Puncak
Pananjakan ini kita dapat melihat ke seluruh kawasan Bromo.
Pemandangan
dari puncak Pananjakan sangat indah, Deretan gunung-gunung yang diselimuti kabut
di kejauhan, serta cahaya matahari yang mulai muncul menerangi dataran tinggi
tengger. Di lembah bromo terlihat daerah pertanian yang subur ditanami berbagai
macam sayuran yang menghijau. Deretan pohon cemara terdapat dimana-mana
melindungi lereng-lereng bukit dan lading-ladang pertanian sayur-mayur.
Pemandangan
dari puncak Penanjakan
Kembali
ke Malang
Pukul
delapan pagi kami kembali tiba di Dusun Cemoro Lawang. Cuaca telah berangsur
cerah dan matahari telah muncul dengan sinarnya yang hangat dari balik gunung.
Tiba saatnya bersiap-siap kembali ke kota Malang. Mata mulai terasa ngantuk
setelah semalaman terjaga. Lebih-lebih setelah mobil Avanza yang membawa kami
mulai meluncur dengan kecepatan sedang. Desa Cemoro Lawang mulai terlihat sibuk
dengan aktivitas penduduknya, baik anak-anak sekolah dengan kegiatan belajar.
Para petani mencangkul dan memelihara tanamannya, serta para pedagang dan
pekerja yang lalu lalang menuju ke tempat kerjanya.
Namun
perjalanan dari Bromo ke Malang ternyata membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan perjalanan berangkat dari Malang ke Bromo. Hal tersebut disebabkan
perjalanan tersebut dilakukan pada pagi sampai siang hari, pada jam-jam sibuk.
Sejak memasuki jalan negara Probolinggo ke arah Pasuruan, lalu lintas semakin
ramai, lebih-lebih lagi saat melintas kota Pasuruan, terjadi kemacetan. Kalau
saat berangkatnya pukul 01.30 dinihari kota malang terlihat sepi dan lalu
lintas lancar, jauh sebelum memasuki kota Malang , kami harus mengikuti antrian
kemacetan yang panjang. Alhasil jika perjalanan berangkat hanya membutuhkan
waktu selama dua setengah jam (termasuk istirahat selama 20 menit di Sukapura),
perjalanan pulang membutuhkan waktu lebih dari empat jam.
Alhamdulillah,
akhirnya pada pukul 12.25 kami sampai dengan selamat di kota Malang.
-------------------------
Jakarta, 24 Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.