wisata hobby dan lingkungan hidup

Sabtu, 10 Oktober 2015

WISATA PHUKET THAILAND 3 : JAMES BOND ISLAND

Tulisan Wisata Phuket lain :
Phuket 1 Perjalanan via Singapura
Phuket 2 Phi Phi Island

Silahkan Klik Topik Lainnya :

Hari Kamis 17 September 2015, kami berangkat dari hotel pada pukul 09.30 dengan kendaraan bus kecil berkapasitas 16 orang. Sebelum meninggalkan Patong, kami masih berputar-putar dulu menjemput peserta yang lainnya. Perjalanan dari Patong ke Phang Nga memerlukan waktu 1 jam 30 menit, cukup lama karena menuju arah utara. Phang Nga adalah daerah daratan Thailand Selatan. Jadi bukan di pulau Phuket lagi. Antara Phang Nga dan pulau Phuket dipisahkan oleh jembatan Sarasin yang panjangnya hanya 350 meter.
Pelabuhan (Pier) untuk longtail boat di Phang Nga, yaitu Surakul Pier merupakan pelabuhan di sungai di dekat pantai. Disana tersedia Long Tail Boat yang jumlahnya puluhan atau mungkin ratusan buah. Setiap Long Tail Boat dapat memuat penumpang sebanyak sekitar 15 orang. Berbeda dengan pelabuhan dari Phuket menuju Phi-phi island, dari Surakul Pier kami melewati sisi-sisi pulau-pulau kecil yang jumlahnya puluhan buah. Antara satu pulau dengan yang lain berjarak dekat sekitar 20 sampai 50 meter, sehingga seolah-olah masih berlayar di sungai. Daerah dengan pulau-pulau kecil tersebut merupakan bagian dari  Taman Nasional Andaman, dan sebagian besar ditumbuhi mangrove. Airnya merupakan air payau berwarna kecoklatan seperti air sungai. Saat memasuki laut atau kepulauan Phanga, maka gunung-gunung batu dengan berbagai bentuk seolah menyembul dari dalam laut. Sungguh memberikan pemandangan yang indah.
Pukul 11.45 longtail boat mulai bergerak, perjalanan dari pelabuhan diiringi cuaca mendung dan gerimis, maklum musim hujan. Kami melewati sungai dan melaju di sela-sela tanaman mangrove. Sepanjang pantai sebelum menuju laut banyak terdapat pulau-pulau di pinggir pantai. Pulau-pulau tersebut sangat indah seperti pulau-pulau di Raja Ampat, yaitu pulau-pulau kecil, namun tinggi dan curam dengan bukit-bukit berkecuraman sampai 90 derajat. Pulau-pulau seperti itu banyak tersebar di sepanjang pantai. Demikian juga hamparan tanaman mangrove sangat subur
Kondisi saat itu memang musim hujan, jadi cuacanya berganti-ganti, sebentar cerah, lalu gerimis, lalu diseling dengan hujan ringan. Karena pelayaran hanya menggunakan longtail boat yang berukuran kecil, kami juga harus siap-siap setiap waktu basah oleh air yang menyembur ke dalam perahu karena ombak laut tertabrak laju longtail boat.
Longtail boat
Akhirnya setelah berlayar sekitar 30 menit, kamipun sampai di suatu teluk yang indah dengan air yang tenang. Lokasi tersebut adalah Talu island dimana di tempat tersebut kami akan berlayar dengan menggunakan kano. Di teluk yang tenang dan airnya jernih tersebut terdapat 3 buah kapal (big boat) yang merupakan pangkalan untuk untuk rekreasi kano. Jadi longtail boat kami merapat pada big boat tersebut, kami pun pindah dan naik ke big boat yang “mangkal” tersebut.
Di haluan bigboat
Di big boat tersebut banyak rombongan lain yang tadinya juga dari long tail boat. Selanjutnya di big boat tersebut banyak kano yang berpangkalan, jadi kamipun naik ke kano. Masinbg-masing kano dapat dinaiki oleh dua orang ditambah satu orang pendayung atau pengemudinya. Kami berdua pun turun dan menaiki kano dengan pendayung yang kemudian memperkenalkan diri bernama Musa. Musa merupakan penduduk asli kepulauan Phanga Thailand Selatan. Dari Musa kami mengetahui bahwa hampir seluruh penduduk di propinsi Phang Nga dan Krabi beragama Islam.
Dengan kano yang dikemudikan Musa kamipun berlayar menyusuri perairan di tepi bukit karang. Singgah sejenak membeli kelapa muda pada perahu penjual kelapa yang mangkal. Kami membeli 2 butir kelapa dengan harga 50 bath per buah. Satu untuk kami dan satu lagi untuk Musa. Jadi sambil naik kano, sambil minum air kelapa muda yang manis dan segar.  
Naik kano
Kami berlanjut berlayar dan memasuki gua yang cukup besar di bawah bukit-bukit batu. Suasananya agak gelap, dengan batuan stalaktit di atasnya. Namun itu belum seberapa. Setelah berlayar sekitar 200 meter di tempat terbuka, tiba-tiba Musa menyuruh kami berbaring menempel pada kano, dan kami berbelok masuk ke gua yang sangat kecil hanya pas-pasan saja menembus dinding batu. Hanya beberapa sentimeter di atas kami yang berbaring rapat di perahu. Kalau kami bangun sedikit saja pastilah hidung akan membentur batuan stalaktit di bagian atas gua. Sungguh pengalaman yang sangat mendebarkan, meskipun gua tersebut hanya sepanjang sekitar sepuluh meter
Lewat terowongan
Keluar melewati gua yang sempit tersebut, kami sampai pada bagian pantai yang penuh dengan tumbuhan bakau. Beberapa kano seperti berhenti di pohon mangrove, air nya juga tenang karena ombak laut terhalang deretan pohon mangrove. Sebenarnya lokasi mangrove juga ada banyak di berbagai tempat. Kamipun berhenti sejenak, Musa memetik beberapa daun bakau dan “memotong” bagian pohon mangrove. Hasilnya, ternyata mampu membuat kami surprise. Pada daun mangrove tersebut Musa membuat bentuk “hati” dan mempergunakannya sebagai lubang “diapraghma” untuk mengambil foto kami dengan kamera. Sungguh kejutan yang menyenangkan memperoleh foto-foto yang romantis hasil “diapraghma” daun mangrove.
Diantara mangrove


"Love" daun mangrove
Perlahan kami kembali bergerak menuju bigboat. Kembali berbaring melewati gua yang sempit, melewati gua yang besar, singgah dulu di perahu tukang kelapa muda untuk membelah buah kelapa sehingga dapat menikmati daging buah kelapa muda yang lembut dan manis. Kami menunggu dulu di bigboat sambil melihat-lihat pemandangan sekitar yang indah. Beruntung udara berubah cerah. Hujan dan gerimis berhenti.
Pukul 13.20 kamipun kembali pindah ke longtail boat melanjutkan perjalanan menuju James Bond Island. Inilah obyek utama perjalanan wisata kami hari ini. Pulau yang nama aslinya adalah Koh Khao Ping Kan (pulau Khao Ping Kan, Koh berarti pulau), sekitar 40 tahun yang lalu dipakai sebagai lokasi shooting film James Bond yang berjudul “The Man with the Golden Gun” yang dibintangi oleh Roger Moore. Sejak itulah pulau tersebut tenar sebagai pulau James Bond dan ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia.
Ternyata jaraknya cukup dekat, hanya sekitar 15 menit kami sudah sampai. Terdapat dua buah pulau kecil, yang utama adalah Koh Khao Pingkan. Dimana pada pulau tersebut terdapat dinding kapur yang sangat tinggi dan seolah-olah dipotong rata dan bersandar ke tepi tebing. Potongan dinding kapur tersebut disebut Khao Ping Kan. Pulau yang kedua jauh lebih kecil, berbentuk seperti paku yang tertancap di laut dan berada pada teluk dari pulau Khao Ping Kan. Pulau yang seperti paku menancap di tengah laut tersebut namanya Koh Tapoo. Pulau inilah yang menjadi Icon filem James Bond. Seolah-olah pada pulau ini terdapat markas dari musuhnya James Bond. Padahal pulaunya sangat kecil. Lokasi shooting tempat perkelahian James Bond adalah di Koh Khao Ping Kan, dan tentunya lebih banyak lagi di studio.
James Bond Island
Koh Tapoo
Setelah satu jam kami berada di pulau James Bond, pada pukul 14.30 kamimun naik kembali ke longtail boat, tujuan berikutnya adalah Panyee Island yang ditempuh dalam waktu sekitar setengah jam. Panyee adalah sebuah pulau kecil yang dihuni para nelayan. Di pulau tersebut terdapat restoran. Jadi kamipun singgah dan makan di restoran tersebut. Makanannya cukup enak, ada tom yam, ada udang goreng, ayam goreng dan sayur. Selain lezat makanan di kampung Panyee tersebut merupakan makanan halal karena di tempat tersebut memang dihuni oleh orang-orang muslim.
Panyee Island
Meskipun hari baru pukul 15.00, namun hari terasa gelap karena mendung dan hujan. Pada pukul 15.30 kamipun kembali ke Pier dalam cuaca yang hujan lebat. Kami basah kuyup karena kucuran hujan dari samping, maupun akibat ombak yang masuk ke boat. Pukul 16.00 sampai di Pier. Acara berikutnya adalah kembali ke mobil untuk pulang ke hotel di Patong, tetapi di jalan masih ada acara mengunjungi monkey temple. Dimana terdapat monyet-monyet yang jinak. Jadi kami baru sampai kembali ke hotel di Patong pada jam 18.30.

WISATA PHUKET THAILAND 2 : PELAYARAN KE PHI PHI ISLAND

Tulisan Wisata Phuket lain :
Pagi-pagi 15 September 2015 , sesuai perjanjian malamnya dengan agen travel kami, Mr Puttachat, kami makan pagi pada pukul 07.00. Pukul 07.40 kami sudah stand by di lobby hotel, karena menurut jadualnya kami akan dijemput antara pukul 07.45 sampai 08.10.
Benar saja tak lama menunggu pada pukul 07.55 kami dijemput oleh minibus yang berpenumpang 16 orang. Di mobil baru terisi setengahnya. Kamipun naik dan mengambil tempat. Perjalanan menuju Pier memakan waktu setengah jam. Dalam perjalanan kami melewati kota Phuket sebelum melanjutkan ke pelabuhan speed boat (Pier). Akhirnya pada pukul 08.35 kami pun sampai di Pier atau dermaga. Sudah banyak orang yang berkumpul disana menunggu giliran untuk menaiki speed boat. Dan beberapa minibus terus berdatangan membawa wisatawan yang akan berlayar ke Phi phi island.
Tempat berkumpul tersebut juga merangkap sebagai warung, dimana disediakan air minum kopi dan teh hangat yang dapat diambil secara bebas. Di warung tersebut juga dijual berbagai barang, seperti snack, T-shirt, pembungkus HP atau kamera kedap air, berbagai macam souvenir,  dan sebagainya. Selanjutnya semua penumpang dicatat dan diabsen kehadirannya di tempat tersebut. Juga dibagikan pelampung yang harus dipakai sebelum menaiki speed boat.
Pukul 09.00 dilaksanakan brifing tentang perjalanan dan keselamatan, serta acara perjalanan hari itu. Kemana saja rute perjalanan dan tempat-tempat yang akan dikunjungi. Akhirnya pukul 09.15 satu persatu kami menaiki speed boat dan pelayaran pun dimulai. Crew yang menangani perjalanan ini adalah tour leader dengan asistennya, satu orang pengemudi speed boat dan 2 orang awak lainnya. Peserta wisatawan sekitar 20 orang, selain kami berdua, ada srombongan terdiri dari 6 orang laki-laki muda yang berasal dari Arab, beberapa orang India, Malaysia serta turis dari Eropa.


Speed boat di Pier
Kami naik speed boat setelah diabsen nama-namanya terlebih dahulu, diperiksa perlengkapan keselamatan (jaket pelampung) dan tidak lupa masing-masing rombongan difoto dengan latar belakang speed boat. Perjalananpun dimulai dan speed boat melaju dengan cukup kencang. Dengan ombak yang lumayan serta udara yang sekali-kali masih bergerimis, kami terguncang-guncang oleh ombak laut Andaman. Sekali-sekali ombaknya cukup besar sehingga perjalanan tersebut cukup seru memacu adrenalin peserta tour.
Tujuan pertama perjalanan adalah menuju Phi-phi island yang terdiri dari dari 2 area yaitu Koh Phi-phi Ley dan Koh Phi-phi Don. “Koh” dalam bahasa Thailand berarti pulau. Phi-phi Ley adalah gugusan pulau yang tidak berpenghuni dengan Laguna Maya yang terkenal. Sedangkan Phi-phi Don merupakan pulau yang berpenghuni dengan adanya perkampungan dan hotel-hotel, penginapan dan restoran. Laut di area Phi-phi island tersebut sangat jernih, yaitu bir terang hingga kehijauan atau turquoise sehingga sangat menyejukkan mata memandangnya. Uniknya pulau-pulau tersebut umumnya merupakan bukit batu karang (lime stone)  yang tinggi dan curam, dengan tumbuhan yang menghijau sebagai ciri khasnya. Sebagian pantainya merupakan pantai yang landai dengan pasir yang bersih dan ombak yang tenang.
Laut jernih di sisi karang
Di sekitar kawasan Phi-phi island speed boat kami melaju perlahan-lahan menyusuri tepian pulau yang penuh dengan gunung batu yang curam dengan air yang berwarna biru muda kehijauan. Akhirnya pada pukul 10.05 sampai di Maya Bay yaitu suatu pantai yang terletak di laguna. Atau sebenarnya teluk. Teluk tersebut sangat tenang ombaknya dan sangat indah karena seolah-olah sangat terlindung seperti kantong. Untuk memasuki teluk tersebut terdapat  “pintu”  yang diapit dua buah bukit yang tinggi dengan kemiringan sembilanpuluh derajat. Memang itulah Maya Bay yang tersohor tersebut yang sangat indah dan menjadi lokasi pembuatan filem 'The Beach' yang diperankan oleh artis terkenal Leonardo Di Caprio.
Speed boat merapat di Maya Bay tersebut dan kami diberi waktu selama satu jam untuk menikmati pantai, foto-foto dan berendam di pantai tersebut. Tour leader beberapa kali menekankan bahwa waktu untuk “bermain-main” di Maya Bay tersebut adalah 1 jam, nanti tepat jam 11.10 semua harus kumpul, naik kembali ke speed boat dan langsung berangkat. Kalau terlambat, terpaksa ditinggal, silahkan menginap di pulau tidak berpenghuni tersebut. “See you tomorrow morning, the same time !”.
Serius ? yang terlambat akan ditinggal ? Bisa jadi. Karena lalu lintas speed boat yang merapat di Maya Bay tersebut begitu padatnya. Jadi begitu speed boat kami merapat di pantai dan menurunkan penumpang. Langsung ke tengah teluk lagi dan menunggu disana. Speed boat yang lain giliran menurunkan penumpang dan kembali ke laut di tengah teluk. Sesudah satu jam speed boat tersebut merapat lagi, dan mungkin hanya punya waktu lima menit untuk menaikkan penumpang dan berlayar. Jadi memang mungkin saja yang terlambat dan tidak disiplin terpaksa ditinggal karena waktu merapat speed boat hanya sekitar 5 menit.
Maya Bay
Saat kami merapat di Maya Bay pada pukul 10.05, kondisinya belum terlihat ramai, baru ada beberapa speed boat yang menurunkan penumpang. Namun tidak lama kemudian silih berganti speed boat dating dan menurunkan penumpang sehingga suasana disana menjadi penuh sesak dengan wisatawan. Tak sampai setengah jam kami disana tempat parkir speed boat sudah sangat padat. Sehingga begitu datang harus segera menurunkan penumpang dan kembali ke laut. Kamipun mengisi waktu dengan berjalan-jalan di pantai, berendam dan main air di pasir pantai yang bersih tersebut. Dan tentunya tidak lupa sebanyak mungkin mengambil foto-foto. Beruntung selama kami di Maya Bay cuaca sangat cerah
Wisatawan memadati Maya Bay
Pukul 11.10 kami naik speed boat dan berlayar meninggalkan Maya Bay. Kami berlayar melewati Viking Cave, yaitu gua batu yang terbentuk akibat kikisan air. Menurut pemandu wisata di dalam gua batu tersebut hidup ribuan burung walet. 
Viking cave
Jam 12.00 sampai di pulau Phi Phi Don, di pulau ini acaranya adalah makan siang. Karena pulau ini merupakan pulau yang berpenghuni. Di pulau ini terdapat beberapa restoran, sehingga memang menjadi tempat wisatawan yang berlayar di sekitar kepulauan Phipi untuk beristirahat dan makan siang. Dipulau ini juga terdapat toko-toko yang menjual souvenir. Restoran dan toko souvenir tersebut terletak di pinggir pantai, sehingga selesai makan, sambil menunggu perjalanan dengan speed boat kembali, kami masih bisa berjalan-jalan, melihat souvenir dan berenang lagi, bermain air dan pasir di pantai.
Restoran di Phi phi don
Jam tangan menunjukkan waktu 13.15, cuaca yang cerah mulai saat kami di Maya Bay, tiba-tiba berubah, sebentar angin kencang dan hujan sehingga kami harus berlindung di tenda-tenda di tepi pantai. Tak lama cuaca kembali cerah dan diseling hujan gerimis. Kamipun bersiap-siap dan kembali naik speed boat dan berlayar menuju pulau berikutnya, yaitu pulau Khai yang ditempuh dalam kondisi laut bergelombang dan hujan gerimis.
Dalam cuaca mendung, hujan gerimis dan laut bergelombang, pada pukul 13.45 kamipun sampai di Khai Island. Speed boat pun merapat dan kami turun ke pulau tersebut.  Cuaca masih tetap sama, berubah-ubah antara cerah, gerimis dan hujan. Namun lebih banyak hujannya dibandingkan cerah. Langit juga tetap dipenuhi awan tebal dan gelap. Kami berjalan-jalan di pinggir pantai pulau tersebut serta bermain air dan sesekali dibasahi oleh ombak. Saat hujan lebat semuanya berlari dan berteduh di warung-warung yang ada di pulau kecil tersebut.
Merapat di pulau Khai
Suasana pantai pulau Khai
Selama di pulau Khai awak perahu menyiapkan buah-buahan berupa nenas dan semangka untuk dimakan, serta air mineral dan soft drink. Suasana disana tetap ramai, dan sesekali riuh rendah saat hujan dan angin menerjang. Seluruh pakaian sudah basah kuyup karena sejak meninggalkan Phi phi don sering terguyur hujan, udara dingin, mendung, gerimis dan sesekali hujan.
Pukul 15.00 kami naik kembali ke speed boat untuk kembali berlayar menuju Pier dan mengakhiri perjalanan hari ini. Hujan yang lumayan lebat kembali mengguyur. Tour leader menyampaikan perjalanan pulang memerlukan waktu empat puluh menit sampai satu jam tergantung cuaca. Benar saja hujan makin besar, laut bergelombang besar, sehingga speed boat harus terbanting-banting.  Pengemudi boat harus melakukan manufer sedemikian rupa untuk mengendalikannya agar tidak terbalik atau terbawa ombak kembali ke tengah laut. Suasananya sangat seru dan membangkitkan adrenalin.
Dengan seluruh badan basah kuyup, pada pukul 16.00 speed boat merapat di Pier. Hujan berhenti sejenak dan kamipun turun. Masing-masing menuju tempat parkir mobil dan menaiki mobil untuk kembali ke Patong. Berbeda dengan perjalanan pada pagi harinya yang hanya memerlukan waktu 40 menit, perjalanan di sore hari memerlukan waktu 1 jam karena kondisi jalan yang lebih rame dan macet.
-----------------------------------------------

WISATA PHUKET THAILAND 1 : PERSIAPAN DAN PERJALANAN DARI JAKARTA VIA SINGAPORE

Tulisan Wisata Phuket lain :

Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Phuket adalah daerah wisata yang popular di Thailand. Bagi orang Indonesia mungkin lebih mengenal Bangkok, karena lebih mudah mencapainya dan tersedia penerbangan langsung dari Jakarta. Berlainan dengan ke Phuket, untuk mencapainya, pesawat harus transit dulu di Bangkok, Singapore atau Kuala Lumpur.
Rencana perjalanan kami untuk berlibur ke Phuket dimulai dengan pertanyaan awal. Phuket itu dimana sih ?  Bagaimana cara mencapainya ?. Ternyata Phuket adalah nama pulau yang terletak di selatan daratan Thailand, luasnya hanya kira2 sebesar Singapore. Tetapi jumlah wisatawan yang mengunjunginya luar biasa, yaitu sebanyak 9,5 juta wisatawan (data tahun 2013). Bandingkan dengan Indonesia (seluruhnya) yang pada tahun 2013 dikunjungi oleh 8,8 juta wisatawan.
 Sebenarnya antara Phuket dengan daratan Thailand hanya dipisahkan oleh selat yang sangat sempit, dan dihubungkan jembatan yang terkenal sebagai jembatan Sarasin yang panjangnya hanya sekitar 350 meter. Phuket merupakan daerah wisata utama di Thailand. Berbeda dengan Bangkok yang kaya dengan wisata budaya berupa bangunan-bangunan candi / istana kerajaan. Di Phuket meskipun terdapat bangunan-bangunan bersejarah, tapi hanya sedikit. Andalan utama Phuket adalah wisata laut nya yang indah dan dikelola dengan baik.
Untuk mencapai Phuket kami melakukan pencarian tiket pesawat di internet, ada 3 alternatif rute pesawat yang umum untuk mencapai pulau tersebut dari Jakarta. Pertama, Jakarta – Phuket dengan transit di Bangkok, kedua Jakarta-Phuket dengan transit di Singapore, dan ketiga Jakarta – Phuket dengan transit di Kuala Lumpur. Untuk memilih penerbangan dilakukan dengan membandingkan harganya. Harga pada akhir pekan untuk rute Jakarta – Phuket mulai hari Kamis akan lebih mahal. Demikian juga untuk rute kembali, untuk hari minggu lebih mahal.
Bulan Agustus sampai Oktober untuk wisata Phuket juga merupakan periode low season, dimana wisatawan yang bepergian, termasuk juga ke Phuket sedikit. Jadi harga tiket pesawat dan juga tarip hotel lebih murah. Jadi kamipun memilih untuk berangkat tanggal 14 September (senin) dan kembali 18 September (Jumat). Cuma memang risiko terhadap cuaca cukup besar. Bulan September cuaca disana musim hujan, dan kalau di Phuket sering hujan cukup lebat dan bisa seharian, paket wisata utama disana berupa wisata laut bisa bubar. Diganti dengan tidur-tiduran di hotel, karena kapal besar dan speed boat tidak bisa beroperasi.
Kalau mau aman ke Phuket adalah mulai bulan Februari karena periode peak season wisatawan (akhir Nopember sampai akhir Februari) sudah lewat. Demikian juga musim hujan sudah berlalu. Tapi apa boleh buat, kami menanggung risiko berangkat pada musim hijan. Karena kalau menunggu bulan Februari atau Maret tahun depan, masih lama sekali, disamping itu, juga ada acara kegiatan yang lain. Jadi kamipun memesan tiket untuk berangkat tanggal 14 September 2015,  dengan rute transit di Singapore. Sedang kembali ke Jakarta tanggal 18 September 2015. Juga dengan transit di Singapore.
Kenapa kami memilih transit di Singapore, dibanding transit di Bangkok atau Kuala Lumpur. Pertama dari harga tiket yang lebih murah. Kedua di Bandara Changi Singapore lebih banyak yang bisa di lihat-lihat selama menunggu penerbangan lanjutan. Harap berhati-hati mengecek penerbangan dan lama waktu transit tersebut. Lama transit tersebut ada yang 6 jam, 9 jam, 15 jam, bahkan ada yang 23 jam.  Yang bahaya misalnya kita salah memilih yang transit 23 jam dan kita mengira  transitnya sangat singkat. Kenapa bisa salah gitu ? Karena gini, misal jadual berangkat dari pukul 09.00  jadual sampai di Phuket pukul 12.00 (+1). Bahayanya kita terlewat memperhatikan tanda (+1) tersebut. Kita mengira lama perjalanan 3 jam, padahal lama perjalanan tersebut 27 jam ( 3 jam ditambah 1 hari).
Enchanted Garden
Singkat cerita kamipun berangkat dari Bandara Cengkareng terminal 2D pada hari Senin 14 September 2015 dengan jadual penerbangan pukul 11.50. Penerbangannya cukup lancar dan tepat waktu, pukul 14.40 waktu Singapore (berarti pukul 13.40 WIB) pesawat mendarat dengan mulus di Bandara Changi Singapore. Disini kami transit selama 3 jam 30 menit, sebelum melanjutkan penerbangan ke Phuket, sehingga cukuplah waktu untuk melihat-lihat keindahan Bandara Changi yang terkenal tersebut.
Orchid Garden
Selama di Changi kami memiliki waktu yang cukup untuk melihat-lihat dan berkeliling. Disamping merupakan pusat wisata belanja yang sangat lengkap, yang tidak kalah menarik Bandara Changi juga banyak dihiasi dengan taman-taman yang indah.   ada Orchid Garden, Enchanted Garden dan Sunflower Garden. Jadi sebenarnya waktu menunggu selama 3,5 jam tersebut tidak terasa lama, karena kami juga harus makan siang, dan di bandara banyak pilihan makanan di restoran atau food court. 
Sunflower Garden
Sesuai jadual penerbangan, pada pukul 17.50 penumpang dipersilahkan untuk menaiki pesawat dan tepat pukul 18.20 waktu Singapore pesawatpun take off. Perjalanan cukup lancar, meskipun beberapa kali menjelang Phuket terjadi guncangan karena bulan September tersebut di Phuket sudah musim hujan,  dan tepat pukul 19.00 Waktu Thailand (sama dengan WIB) mendarat di Bandara Phuket. Proses pengambilan bagasi, serta imigrasi di Bandara berjalan cukup lancar sehingga dalam 45 menit kami sudah keluar gedung terminal Bandara, menunggu taksi yang akan mengantar ke hotel di daerah pantai Patong.
Di luar terminal sudah menunggu petugas travel, dengan tulisan nama saya di karton. Jadi tinggal memperkenalkan diri dan dia mengatur taksi yang akan membawa ke hotel.  Perjalanan dari Bandara ke Patong sekitar 50 menit, dengan cuaca yang dingin, sekali-sekali hujan gerimis. Perjalanan yang melewati kota Phuket (sekitar 25 menit dari Bandara), lalu dilanjutkan dan sekitar pukul 21.00 kami sampai di Hotel, yang terletak di tengah-tengah daerah Patong.
Pantai Patong
Persiapan lain sebelum ke Phuket, adalah menentukan akan menginap dimana di Phuket. Terdapat pilihan apakah di kota Phuket, pantai Patong, atau Pantai Kamala. Kota Phuket adalah Pusat Pemerintahan di Propinsi Phuket. Terletak di tengah-tengah pulau Phuket pada daerah yang berbukit dan agak jauh dari pantai. Suasana di daerah tersebut relatif tenang dan harga hotel lebih murah dibandingkan dengan daerah Patong.
Patong adalah daerah di Pantai Barat Pulau Phuket dan paling terkenal dan banyak dipilih wisatawan untuk menginap. Suasana di Patong mirip dengan Pantai Kuta di Bali, dimana di daerah tersebut terdapat banyak hotel, perkotaan, pusat kuliner, hiburan, supermarket dan mall yang dipenuhi wisatawan. Suasana di Patong sangat ramai, baik siang hari sampai tengah malam. Sedangkan Pantai Kamala adalah pantai dengan suasana yang lebih sepi dibandingkan Patong. Wisatawan yang menginap disana juga lebih sedikit. Terbatas hanya bagi wisatawan yang menginginkan suasana yang lebih tenang dan jauh dari hingar bingar.
Kami memilih untuk menginap di daerah Patong, dengan pertimbangan lokasi tersebut cukup ramai, sehingga mudah untuk berkeliling. Baik melihat pantai, mencari makanan serta membeli oleh-oleh. Bayangkan kalau kita di Bali, dengan menginap di Kuta jelas kita sangat mudah untuk berjalan-jalan ke pinggir pantai, termasuk juga membeli oleh-oleh. Kalau kita menginap di Denpasar dan ingin ke pantai, kita masih harus mencari taksi, meskipun kalau nyari yang tenang bisa milih nginap di Denpasar. Analoginya di Phuket seperti itu. Patong seperti pantai Kuta, sedang kota Phuket seperti kota Denpasar.
Paket Wisata
Kemudian juga perlu direncanakan adalah paket wisata yang akan kita kunjungi. Ada dua objek alam yang paling terkenal di sana, pertama paket Phi phi island dan yang lain paket pelayaran James Bond Island. Sebaiknya rencana perjalanan disiapkan di Indonesia dengan memesan paket wisata terlebih dahulu. Atau bisa juga baru memesan di sana, namun harus ada waktu satu hari tambahan untuk jalan-jalan di sekitar Hotel. Biasanya di hotel-hotel atau di sekitarnya banyak counter kecil yang menjual paket wisata. Paket wisata tersebut ada daftar harganya, namun masih bisa ditawar. Jadi sambil jalan-jalan kaki di sekitar hotel kita bisa Tanya-tanya dan membandingkan satu dengan yang lain.
Kami memilih memesan paket wisata tersebut secara omline sejak dari Indonesia. Sekalian kami juga memesan jemputan taksi dari airport, serta pengantaran taksi ke Airport saat pulang. Sehingga tidak repot-repot, begitu keluar dari Airport sudah ada yang menjemput, dan besoknya tanggal 15 September 2015, pukul 08.00 sudah dijemput untuk berangkat ke Phi phi island.
----------------------------

Jumat, 09 Oktober 2015

WIJAYA KUSUMA, BUNGA YANG PENUH MAKNA


Silahkan Klik Topik Lainnya :

Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Wijayakusuma merupakan bunga yang memiliki mitos atau kepercayaan yang diyakini banyak orang. Ada 2 tumbuhan yang dikenal masyarakat sebagai wijayakusuma, yaitu Epiphyllum oxypetalum dan Pisonia grandis var Silvestris.
Pisonia grandis var Silvestris
Pisonia, yang berbunga pada siang hari dan berbau harum ini merupakan jenis wijayakusuma yang di keramatkan oleh kasunanan Surakarta2) ini  tumbuh di Kepulauan Seribu, Pulau karang di Nusakambangan, Kepulauan Karimunjawa, Bali dan Ambon. Dapat tumbuh setinggi 13 meter , bentuk bunga mirip terompet,kelopaknya berwarna hijau dan mahkotanya putih.diameter bunga sangat kecil. Dalam satu tangkai bunganya akan mekar secara bertahap. Daya mekarnya hanya satu hari setelah itu layu dan kering, dari satu tangkai, sedikit sekali bunga yang menjadi buah.
Epiphyllum oxypetalum
Yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai Wijayakusuma adalah dari jenis kaktus dari spesies Epiphyllum oxypetalum, berwarna putih mekarnya hanya tengah malam sehingga  dikenal juga dengan nama Ratu malam (Queen of the night).Julukan lainnya untuk bunga ini adalah Midnight Flower (bunga tengah malam) dan Orchid Cactus (kaktus anggrek). Sebutan untuk kaktus anggrek, beralasan karena tanaman yang tergolong sukulen ini, bunganya mirip anggrek.
Saat ini , kecantikan bunga wijayakusuma dapat dinikmati dalam berbagai warna selain varietas aslinya yang berwarna putih, varietas inji dinamakan Wijaya kusuma hybrid, diantaranya pink, merah, merah marun, kuning, oranye, merah dan putih (bagian mahkota luarnya berwarna merah, bagian dalamnya berwarna putih), ungu, merah ungu, kuning – putih dan putih-ungu.
Tanaman ini berasal dari hutan-hutan tropis Amerika Selatan, datang ke Asia Tenggara tahun 1920 lewat China. Di India, bunga ini memiliki mitos bahwa orang yang berdoa kepada Yang Maha Kuasa ketika bunga ini mekar, keinginannya akan terpenuhi. Di kalangan masyarakat Tionghoa, bunga ini terkenal dengan sebutan Keng Hwah, yang berarti “ bunga yang indah dan agung”. Keng Hwah dipercaya sebagai bunga yang membawa hoki, barangsiapa yang melihat bunga ini mekar, akan mendapatkan keberuntungan, sehingga ada yg rela menunggu hingga tengah malam untuk melihat mekarnya sang ratu malam


Pustaka :
1.Trubus, Edisi Oktober 1991

2.www.angelnurserry.com
Wijayakusuma (Epiphyllum oxypetalum)
Bunga sedang mekar
Daun Wijayakusuma

Minggu, 09 Agustus 2015

WISATA MENYUSURI JEJAK BUNG KARNO DI KOTA ENDE , FLORES

Tulisan Sebelumnya :  JAKARTA ENDE VIA DENPASAR DAN LABUAN BAJO

Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Hari Rabu, tanggal 1 Oktober 2014, pukul 16.30, setelah menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan pada hari itu, cuaca di kota Ende masih sangat cerah, jadi masih ada waktu untuk berwisata menikmati keindahan kota Ende. Pak Syahrun Nur Rodja dari PLN Area Flores Bagian Barat, berbaik hati mengantar saya mengunjungi situs-situs bersejarah di kota Ende. Kamipun meluncur meninggalkan kantor menyusuri kota Ende.
Dari segi sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia Ende memiliki peran yang cukup penting, karena kota Ende adalah kota tempat Bung Karno diasingkan pemerintah kolonial antara tahun 1934 sampai tahun 1938. Tentunya maksud belanda mengasingkan Bung Karno agar pergerakan kemerdekaan Indonesia berhenti dan Bung Karno jauh dari para pengikutnya, namun selama 4 tahun diasingkan di Ende, Bung Karno mengisinya dengan mengajak para penduduk untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Selama masa pengasingan di Ende Bung Karno merenungkan tentang Negara Indonesia yang dicita-citakan dan menyusun konsep dasar Negara Pancasila.


Suasana kota Ende


Segera saja kami meluncur menuju jalan Perwira yang merupakan rumah tempat kediaman Bung Karno selama pengasingan di kota Ende. Sayang sekali karena hari sudah sore, lokasi rumah pengasingan Bung Karno tersebut sudah ditutup untuk umum. Petugas penjaga rumah tersebut juga sudah pulang dan rumah, termasuk pintu gerbangnya terkunci. Jadi kami hanya bisa melihat rumah pengasingan tersebut dari luar. Menurut Pak Syahrun di dalam bangunan tersebut disimpan barang-barang peninggalan Bung karno seperti lemari, kursi dan meja yang dipakai beliau dahulu. Termasuk juga foto-foto Bung Karno, biola, tongkat kayu dan beberapa naskah drama yang disusun beliau dan dimainkan pada saat tersebut.

Rumah pengasingan Bung Karno
Jadi selama masa pengasingan di Ende tersebut Bung Karno tetap teguh berjuang untuk kemerdekaan Negara Indonesia. Tetap bergaul dan membina masyarakat. Termasuk juga menanamkan jiwa patriotisme kepada generasi muda dengan kegiatan-kegiatan belajar, serta kesenian seperti menulis dan mementaskan drama perjuangan. Menurut sejarah, di sela-sela waktunya Bung Karno merenungkan dan menyusun rencana tentang dasar Negara Indonesia nantinya saat kemerdekaan sudah diraih.
Perenungan Bung karno tersebut dilakukan di lapangan di bawah pohon sukun yang terletak dekat dermaga ende. Saat ini pohon sukun tempat bung Karno sering merenungkan dasar Negara (yang nanti menjadi pancasila) telah lama mati. Namun Pemda setempat menanam kembali pohon yang baru dan membentuknya hampir menyerupai yang asli.  Pada tempat tersebut juga dibangun patung Bung Karno yang sedang duduk.
Jadi setelah mengunjungi situs rumah pengasingan Bung Karno, kamipun menuju lokasi Taman Bung Karno tempat tumbuhnya pohon sukun yang bersejarah tersebut. Lokasi taman tersebut sangat asri dan bersih serta terawat. Karena sudah direnovasi oleh pemerintah. Sambil melihat pohon sukun dan patung Bung Karno, kami membayangkan delapanpuluh tahun yang lalu saat Bung Karno merenungkan dasar-dasar Negara dan berjuang demi kemerdekaan Indonesia di bawah pohon sukun tersebut.


Patung Bung Karno dan Pohon Sukun bersejarah


Puas menikmati taman yang asri serta melihat-lihat patung Bung Karno dan pohon sukun beersejarah tersebut, kami berjalan menuju dermaga Ende. Iya, untuk menuju dermaga, cukup ditempuh dengan berjalan kaki. Karena jarak antara Taman Bung Karno dengan lokasi dermaga hanya dipisahkan oleh jalan raya, hanya sekitar 200 meter. Jadi tidak sampai sepuluh menit berjalan kami sudah sampai di dermaga Ende.


Dermaga Ende dengan latar belakang Gunung Meja


Matahari sudah berada di ufuk Barat saat kami sampai di dermaga. Menjelang pukul 18.00. Sebentar lagi matahari akan tenggelam, jadi saatnya untuk melihat “sunset” atau tenggelamnya matahari di langit Barat. Banyak juga masyarakat kota Ende yang berada di dermaga menikmati pemandangan yang indah. Beberapa terlihat sedang memancing ikat. Kelihatannya mudah sekali mendapat ikan disini, sebentar-sebentar menarik kailnya, dan seekor ikan telah terpancing. Ada yang bersepeda atau berjalan-jalan. Mungkin juga diantara pengunjung tersebut ada beberapa “turis” seperti saya.

Sunset di pelabuhan Ende
Akhirnya sedikit demi sedikit mataharipun tenggelam di ufuk Barat. Sungguh pemandangan yang sangat indah, langit di Barat merah dengan matahari yang kekuning-kuningan. Matahari sedikit demi sedikit turun dan tenggelam di laut. Lebih-lebih jauh disana terlihat pulau Ende. Suasana pantai mulai gelap, namun penerangan disana cukup dengan mulai menyalanya lampu merkuri menghiasi dermaga dan jalan raya.

Acara terakhir kami hari itu adalah berjalan dan singgah di sebuah restoran atau “café” yang memang banyak terdapat di pinggir pantai Ende. Kami memilih duduk di halaman, dipinggir pantai, sehingga dapat menonton deburan ombak yang bergemuruh, yang saling berkejar-kejaran dan memecah di pantai. Kopi hangat, pisang goreng dan beberapa kue kecil, cukup untuk mengisi perut kami sebelum kembali ke penginapan.

Pulau Ende jauh di tengah

-------------------------------------------

JAKARTA – ENDE , VIA DENPASAR DAN LABUAN BAJO

Tulisan lain :  JEJAK BUNG KARNO DI ENDE

Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Kabupaten Ende adalah salah satu kabupaten yang terletak di bagian tengah pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur.  Sedangkan kota Ende adalah salah satu kecamatan di kabupaten Ende yang menjadi ibukota kabupaten. Satu hal yang menarik di kabupaten Ende  juga terdapat Pulau Ende, yaitu pulau kecil tidak jauh di selatan kota Ende yang merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Ende. Dari segi sejarah Indonesia Ende juga memiliki peran yang besar sebagai kota tempat Bung Karno diasingkan antara tahun 1934 sampai tahun 1938, sehingga Ende juga dikenal sebagai tempat Bung Karno merenungkan tentang Negara Indonesia yang dicita-citakan. Jadi ketika bulan Oktober 2014 yang lalu ditugaskan oleh kantor untuk ke Ende, saya sangat gembira karena berkesempatan melihat jejak sang Proklamator di kota tersebut.
Untuk mencapai Ende saya menempuhnya dengan pesawat dari Jakarta ke Denpasar yang ditempuh dalam waktu 1 jam 40 menit. Selanjutnya dari Denpasar ganti dengan pesawat berbaling-baling dengan kapasitas sekitar 60 penumpang menuju Ende. Awalnya saya mengira pesawat tersebut dari Denpasar terbang langsung ke Ende. Karena pada tiket dan juga boarding pass hanya tercantum penerbangan Denpasar – Ende. Tapi ternyata pesawat tersebut transit dahulu di Labuan Bajo sekitar setengah jam lamanya.  Setelah sempat delay selama satu jam di Bandara Ngurah Rai Denpasar, pada pukul 14.00 Wita kamipun boarding, dan pesawat langsung take-off menuju Ende dengan transit di Labuan Bajo.

Di Labuan Bajo, yang turun hanya penumpang dengan tujuan Labuan Bajo saja. Sedang kami yang bertujuan ke Ende menunggu di dalam pesawat. Sekitar 40 penumpang yang mayoritas merupakan turis asing turun di Labuan Bajo, karena Labuan Bajo merupakan kota terdekat untuk kunjungan ke pulau Komodo yang merupakan destinasi wisata yang sangat popular bagi turis asing. Bandara di Labuan Bajo juga diberi nama Bandara Komodo.

Terminal Bandara Komodo
Setelah penumpang tujuan Labuan Bajo turun, maka giliran penumpang tujuan Ende naik ke pesawat. Berbeda dengan penumpang yang turun didominasi oleh para turis bule, penumpang tujuan Ende kebanyakan penduduk setempat dengan tujuan Ende, atau lebih banyak lagi yang tujuan Kupang, ibukota Propinsi Nusa Tenggara Timur, karena tujuan akhir pesawat adalah ke Kupang. Sepanjang perjalanan sejak dari Denpasar cuaca cukup cerah, karena akhir bulan September tersebut masih merupakan puncak musim kemarau sehingga jarang turun hujan. Antara Labuan Bajo menuju Ende pesawat terbang tidak terlalu tinggi sehingga kami dapat melihat daratan pulau Flores yang di apit oleh laut membiru yang sangat indah, dengan banyak pulau-pulau kecil di sekitarnya. Dari segi vegetasi atau tanaman yang tumbuh di daratan Flores terlihat di sekitar Labuan Bajo atau bagian Barat pulau Flores kondisinya lebih kering dan sedikit ditumbuhi pohon-pohon, namun menuju arah Ende kondisi daratannya lebih subur ditumbuhi pohon-pohon menghijau.

Gunung Iya (kiri) dan Gunung Meja
 Pukul 16.30 Wita, pesawat kami mulai menurunkan ketinggian untuk mendarat di Bandara Ende. Dari ketinggian terlihat kota Ende yang terletak di pinggir pantai, Namun di sekitar kota Ende tersebut terdapat pegunungan, termasuk juga yang langsung berbatasan dengan laut. Yaitu Gunung Iya yang mengepulkan asap putih karena merupakan gunung berapi, serta gunung Meja di sebelahnya yang pada puncaknya terlihat datar seperti puncak gunung Tangkuban Parahu di Bandung. Gunung lain yang terletak di sebelah utara kota Ende adalah Gunung Wongge yang terlihat biru kehijauan karena ditumbuhi oleh pohon-pohon yang subur.

Gunung Wongge dilihat dari Bandara
Akhirnya setelah hampir tiga jam perjalanan dari bandara Ngurah Rai, pesawat yang membawa kami mendarat dengan mulus di bandara Haji Hasan Aroeboesman. Haji Hasan Aroeboesman adalah bupati pertama kabupaten Ende, dan adanya pembangunan bandara di Ende merupakan jasa beliau yang menyumbangkan tanah milik keluarganya untuk dibangun bandara. Waktu menunjukkan pukul 16.45, dan kami siap-siap keluar dari pesawat dan menuju terminal kedatangan bandara Ende. Alhamdulillah, kami telah sampai di Ende.

Terminal Bandara Haji Hasan Aroeboesman, Ende
--------------------------------------------

Rabu, 05 Agustus 2015

WISATA KE MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

Tulisan tentang Bandung yang lain : Alun-alun dan Gedung MerdekaFarmhouse Lembang, Pasar Terapung LembangTempat Wisata Bandung

Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Museum Geologi adalah salah satu objek wisata di kota Bandung yang menarik untuk dikunjungi. Lokasi Museum Geologi sangat mudah dijangkau, boleh dibilang di tengah kota Bandung, persis pada lokasi “pusat wisata kota Bandung”. Bagi wisatawan dari luar kota juga sangat gampang mencapainya, “pasti” para wisatawan dari Jakarta sudah sering lalu lalang di depan Museum tersebut. Tapi mungkin karena tidak tahu, mereka belum mengunjunginya, padahal Museum tersebut sangat bagus dan menarik untuk dikunjungi.
Misalnya anda masuk Bandung lewat pintu tol Pasteur, terus saja naik melewati jembatan layang Pasupati. Setelah melewati jembatan layang Pasupati, anda  sudah sampai di depan Lapangan Gasibu. Selanjutnya setelah lampu lalu lintas, langsung belok kanan menyusuri jalan di sisi lapangan Gasibu. Ketemu gedung sate yang terkenal, di jalan diponegoro. Dari sana belok kiri, dan hanya sekitar 200 meter, kita sudah sampai di Museum Geologi Bandung.
Saya mengunjung kembali Museum tersebut pada tanggal 4 Agustus 2015, berikut adalah oleh-oleh dari kunjungan tersebut.
Asal mula Museum yang awalnya didirikan oleh Belanda pada tanggal 16 Mei 1928 tersebut terkaitan dengan kebutuhan bahan tambang sebagai bahan dasar atau bahan baku industri di Eropa. Pemerintah Belanda melihat pentingnya dan besarnya potensi Indonesia dalam menyediakan bahan tambang sehingga mendirikan jawatan yang bertugas meneliti dan mempelajari potensi geologi tersebut.


Gedung Museum Geologi
Tulisan terkait : Alun-alun dan Gedung MerdekaFarmhouse Lembang, Pasar Terapung LembangTempat Wisata Bandung

Selanjut setelah awalnya berfungsi menjadi pusat penelitian untuk mendukung pertambangan oleh Pemerintah Belanda, diambil alih Jepang, direbut pejuang kemerdekaan Indonesia dengan perjuangan yang sangat heroik penuh pengorbanan dan berperan bagi pembangunan Indonesia. Perkembangan terakhir Museum tersebut telah direnovasi secara besar-besaran dengan dana dari JICA (Jepang) dan dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI (saat itu), Megawati Soekarnoputri pada 23 Agustus 2000. Jadi Museum Geologi yang sekarang ini benar-benar merupakan tempat yang sangat indah, menarik dan membanggakan untuk dipromosikan sebagai objek Wisata di kota Bandung.
Apa yang ada di Museum Geologi ?
Untuk masuk ke Museum, kita cukup membeli tiket masuk yang sangat murah, yaitu Rp 3.000,- untuk Dewasa, Rp 2.000.- untuk anak-anak dan Rp 10.000,- untuk orang asing.  Begitu masuk di lobby utama kita disuguhkan pemandangan fosil gajah purba dalam ukuran yang cukup besar. Ruang lobby tersebut disebut sebagai ruang orientasi dimana ada resepsionis, layar TV berukuran raksasa yang menayangkan berbagai informasi yang terkait geologi, misalnya tentan terbentuknya bumi, pulau-pulau, gunung api, termasuk juga proses terjadinya tsunami.


Kerangka gajah purba


Dari Lobby di lantai 1, kita bisa langsung terlebih dahulu melihat peragaan di lantai 1, ke sebelah kiri atau arah sayap Barat atau ke sebelah kanan (sayap Timur). Kita bisa juga langsung naik tangga untuk melihat ruang peragaan yang ada di lantai 2. Di sebelah tangga terdapat juga lift, tetapi hanya boleh dipakai oleh kaum difabel atau para lansia.
Pada Sayap Barat, merupakan ruangan ruangan tempat peragaan asal mula terjadinya bumi, proses geologi bumi, keadaan geologi Indonesia, batuan kartz, gunung api dan cekungan geologi. Salah satu yang menarik bagi saya misalnya peragaan tentang Sesar Besar Sumatra  yang memanjang dari Utara ke Selatan. Adanya Sesar tersebut menimbulkan kondisi geologi yang unik pada daerah yang dilaluinya, misalnya di  Lembah Harau, Payakumbuh Sumatra Barat.  Lembah Harau merupakan daerah yang dilewati Sesar Besar Sumatra, membentuk lembah dengan lereng yang terjal. Keadaan Lembah Harau yang unik tersebut merupakan hal yang sangat menarik dan indah sehingga para Wisatawan mulai berduyun-duyun mengunjunginya.

Lembah Harau


Jadi kami yang kebetulan mengunjungi Lembah Harau pada bulan Maret 2015 yang lalu dan sangat terpesona dengan keindahannya, menemukan jawabannya di Museum Geologi. Pada zaman dahulu Lembah ini asalnya terletak di dalam laut. Karena disana juga ditemukan batu kapur yang berasal dari terumbu karang. Padahal lokasinya berada di tengah-tengah dataran tinggi di Sumatra Barat.


Berpose di Harau


Berbelok ke sayap Timur atau arah ke kanan lantai 1, peragaan yang ada lebih menarik lagi. Disana dipamerkan tentang binatang purba yang sangat terkenal, yaitu dinosaurus, manusia purba, mamalia purba, lengkap dengan gambar-gambar, replica fosil. Salah satu yang menarik para pengunjung adalah tentang Tyrex, atau  Tyrannosaurus Rex Oxborne , Kadal yang Kejam. Tyrex adalah dinosaurus pemakan daging yang terkejam dan terbuas yang paling terkenal, yang mempunyai kepala sangat besar dengan gigi-gigi yang panjang dan tajam.


Tyrex, Kadal yang kejam


Hampir 20 tahun yang lalu saat filem Jurassic Park meledak, banyak Bapak-bapak , termasuk anak laki-laki sangat menggemari filem yang secara realistis menggambarkan keganasan Tyrex tersebut. Anak laki-laki kami saat itu masih di bangku SD, berfoto dan dibuat gambar seolah-olah dimakan tyrex. Foto yang sangat menarik sampai sekarang “masih laku” dipamerkan di ruang tamu kami.  Dari dulu banyak anak laki-laki (dan orang tuanya) menanyakan dimana membuatnya. Tapi ya apa boleh buat, tak lama setelah kami membuat, toko pembuat animasi tersebut tutup. Kayaknya sebentar lagi cucu pertama kami yang sudah hampir dua tahun akan minta dibuatkan gambar animasi seperti Bapaknya tersebut. Kami enggak ikut-ikut, itu tanggung jawab bapak dan ibunya sajalah


Animasi digondol Tyrex


Beralih ke Lantai dua Museum, pada sayap sebelah Barat merupakan ruangan peragaan tentang minyak dan gas bumi, batubara, panas bumi serta mineral logam. Sedangkan pada ruangan di sayap Timur memperagakan keadaan bumi sejak pembentukan, zaman pra sejarak dan berlanjut pada zaman sejarah.  Terdapat juga peragaan yang sangat menarik berupa simulasi berbagai kondisi alam, seperti  tsunami, tanah longsor, gempa bumi, simulasi gempa.
Bagi penggemar batu Akik , museum Geologi bisa juga jadi referensi untuk belajar ilmu tentang batu-batu berharga. Darimana asal usulnya, bagaimana proses pembentukan batu-batu berharga tersebut, serta contoh-contoh batu berharga yang ada.


Batu-batu berharga
Sejarah Bandung
Terakhir yang tidak kalah menariknya bagi warga Bandung dan Jawa Barat adalah tentang proses atau sejarah terbentuknya dataran tinggi Bandung. Menurut penelitian geologi, di dataran tinggi Bandung terdapat danau Purba yang sangat luas, yaitu berukuran 15 km x 50 km. Danau Bandung yang dialasi oleh batuan Tersier tersebut, terbentuk sekitar 135.000 tahun yang lalu, sebagai akibat tersumbatnya aliran Sungai Citarum oleh endapan dari letusan Gunungapi Sunda. Danau Bandung terbagi atas 2 buah sub cekungan, yaitu sub cekungan Batujajar di bagian Barat dan sub cekungan Bandung di bagian Timur.
Danau Bandung mulai surut sekitar 16.000 tahun yang lalu, akibat merembesnya air danau melalui rekahan yang ada di Pasir Larang dan Pasir Kiara. Menurut ahli geologi daerah tepian danau Bandung telah dihuni oleh manusia prasejarah sekitar 6.000 tahun yang lalu, misalnya yang ditemukan jejaknya di gua Pawon Citatah. Hal tersebut juga menimbulkan dugaan munculnya legenda Sangkuriang oleh nenek moyang yang tinggal di tepi danau tersebut.
Jadi tunggu apalagi, ternyata banyak hal-hal menarik yang akan kita temui jika berwisata ke Museum. Khususnya Museum Geologi Bandung. Gedungnya bagus, suasana di dalamnya nyaman. Terbukti banyak orang asing yang datang berkunjung, dan mereka betah berlama-lama menikmati indahnya berbagai koleksi di dalamnya. Sampai jumpa.

Tulisan terkait : Alun-alun dan Gedung MerdekaFarmhouse Lembang, Pasar Terapung LembangTempat Wisata Bandung

--------------------------