wisata hobby dan lingkungan hidup

Selasa, 05 September 2017

WISATA MELAKA 2 : SUNGAI ASRI, PORTA DE SANTIAGO DAN ISTANA SULTAN

Jam delapan pagi kami keluar hotel untuk mulai menjelajah kota Melaka. Hotel tersebut terletak di jalan Merdeka. Sedang belakang hotel tersebut, mempunyai pemandangan yang indah ke Malaka River. Yang sudah kami lihat dari balkon pada malam harinya. Dari balkon kami juga bisa melihat para wisatawan lalu lalang di jalan / pedestrian di sisi sungai. Jadi begitu turun kamipun menuju pedestrian di sisi sungai Melaka tersebut. Ternyata pedestrian tersebut sungguh indah dengan pemandangan sungai yang bersih serta bangunan-bangunan hotel dan café dsb di seberangnya.
Satu hal yang menarik, meskipun hotel-hotel mewah serta bangunan café berada di sisi sungai, namun sisi sungai tetap tersedia pedestrian yang indah dan menjadi milik public yang bisa dinikmati oleh masyarakat dan wisatawan umum. Tidak tersekat oleh bangunan hotel-hotel mewah yang menyebabkan tidak dapat diakses oleh masyarakat  umum.
Yang menarik sungai Melaka yang tidak terlalu besar tersebut dan menjadi alur Melaka River Cruise sebenarnya tidak terlalu panjang, namun karena ditata dengan bersih, termasuk juga  bangunan-bangunan di kanan kirinya diatur menjadi rapi, maka akan tercipta daya tarik wisata berupa wisata naik perahu. Jadi dari sekitar jam 9 pagi sampai jam 9 malam perahu-perahu wisata hilir mudik. Fungsi perahu beralih dari hanya sebagai alat transportasi menjadi sarana wisata. Berarti ada nilai tambah yang besar. Bayangan penulis jika suatu bagian atau segmen sungai Ciliwung (misalnya sepanjang 4 atau 5 km) di kota Jakarta ditata seperti sungai Melaka dan dipakai sebagai objek wisata, maka akan sangat indah. Sungai akan bersih, wisatawan datang dan banyak orang yang akan mendapat lapangan pekerjaan, baik sebagai awak perahu, petugas karcis di darat, serta pedagang makanan dan sufenir.
Bukan hanya Jakarta, di kota seperti Bandung misalnya, bisa saja lokasi wisata Teras Cikapundung yang sudah ada sekarang diperluas 2 atau 3 km ke hulu dan hilir, dilengkapi wisata berlayar seperti di Melaka, dikasih nama yang menjual, misalnya “ Sangkuriang River Exploration” sehingga akan menjadi magnit menarik wisatawan untuk dating. Sepanjang sungai sekitar 4 km tersebut misalnya di lengkapi dengan jalur pedestrian sehingga orang bisa berolah raga jogging atau jalan kaki dengan bebas. Disepanjang tepi sungai juga bisa menjadi tempat café, restoran , hotel , maka sungai akan menjadi tempat rekreasi dengan pemandangan yang indah. Bukan menjadi tempat sampah atau “toilet gratis” seperti yang sering kita temui. Adanya berbagai kafe, restoran, hotel, toko sufenir di sepanjang sungai juga akan menciptakan banyak lapangan kerja baru.
Sungai Melaka
Selanjutnya karena karena hari masih pagi, tujuan kami adalah mencari tempat makan atau sarapan. Masih di jalan merdeka berseberangan dengan hotel sekitar 100 meter jauhnya terdapat pujasera atau mereka menyebutnya medan selera. Medan samudra. Di seberang medan selera terdapat museum samudra (museum maritime). Museum Samudra tersebut mempunyai bentuk yang sangat unik berupa kapal perang pada zaman kerajaan, lengkap dengan tiang-tiangnya, layar, dan meriam, sehingga menjadi objek fotografi yang menarik.

Medan Samudra
Museum Maritim
Selesai makan nasi dengan minuman teh tarik, kami kembali lagi ke dutch square, yang merupakan titik nol nya Melaka. Kita bisa melihat jarak Melaka dengan kota-kota besar dunia. Meskipun hari masih pagi para wisatawan sudah pada berdatangan. Banyak bus-bus yang menurunkan penumpang di dutch square. Kelihatannya mereka berangkat dari kuala lumpur. Termasuk juga rombongan keluarga atau anak-anak sekolah. Rombongan wisatawan asing. Dan sebagainya.

Titik nol Melaka
Dutch Square (Red Square) merupakan tempat yang sentral yang harus dikunjungi oleh setiap orang yang berkunjung ke Melaka. Tempat ini dikenal sebagai Red Square atau Bangunan Merah karena dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang dicat dengan warna merah. Mulai dari Stadhuys yang dibangun pada tahun 1650, Christ Church Melaka, Melaka Art Gallery, Victoria Fountain, Malaysia Youth Museum.
Pagi-pagi sudah ramai
Tempat pertama yang menjadi tujuan kami kami ingin melihat Porta de Santiago atau Afamousa, benteng portugis atau belanda yang terkenal. Kami lihat terdapat petunjuk jalan jaraknya sekitar 300 meter dari Red Square. Jadinya kami berjalan, ternyata di lokasi tersebut banyak bangunan-bangunan sejarah yang terawatt dengan baik. Jadi kami melewati beberapa bangunan seperti Museum Arsitektur, Museum Islam, Museum UMNO, Museum Perangko, Museum Malaysia dan Dunia Islam. Salah satunya kami tertarik dengan adanya hiasan patung dinosaurus yang terletak di halaman Museum UMNO. Lumayan, bisa berakting sama dinosaurus dan ngirim fotonya ke cucu.
Bersama Dinosaurus
Akhirnya kami sampai di Porta de Santiago yang merupakan benteng pertahanan Portugis di Melaka. Benteng pertahanan Porta de Santiago ini disebut juga A’Famousa yang berarti The Famous. Benteng ini dibangun  oleh Portugis pada tahun 1511, sempat diambil alih oleh Belanda pada tahun 1641 dan kemudian dikuasai Inggris pada tahun 1795-1807.
Menurut hasil ekskavasi sejarahnya porta de Santiago merupakan bagian dari kota atau benteng Melaka yang dipakai oleh portugis atau belanda. Benteng tersebut terletak di bagian selatan kota Melaka dan dipakai untuk mempertahankan diri dari serangan baik dari arah daratan maupun dari arah laut. Kota atau benteng Melaka tersebut dibuat dikelilingi oleh parit dengan ukuran lebar dan dalam 5 meter yang bersisi air sehingga melindungi dari serangan pihak musuh. Benteng tersebut juga dilengkapi oleh 7 meriam untuk mempertahankan diri.
Porta de Santiago
Karena bentuk benteng yang sangat menarik tersebut, maka Porta de Santiago merupakan objek yang sangat laku menjadi latar belakang foto bagi para wisatawan dan pengunjung sehingga untuk berfoto dengan latar belakang Meriam misalnya, harus antri menunggu kosong. Benteng itu juga sering menjadi tempat pre wedding bagi calon pengantin. Jadi kamipun minta tolong kepada pengunjung lainnya untuk mengambil foto kami berdua berpose dengan Meriam di depan benteng. Anggap saja foto pre wedding tigapuluh satu tahun yang lalu.
"Pre Wedding"
Museum Kesultanan Melaka
Terletak bersebelahan dengan Porta de Santiago, Museum Istana Kesultanan Melaka merupakan replica istana kesultanan Melaka di zaman Sultan Mansur Syah (1456 – 1477). Pembangunan replica istana kesultanan ini dimulai pada 27 Oktober 1984 dan selesai pada 15 April 1986. Ukuran bangunan ini adalah 240 x 40 kaki. Bangunan tersebut mempunyai keunikan karena tidak memakai paku, namun memakai system pasak dari kayu. Lantainya dari kayu Bulian dari Serawak, sedangkan atapnya dari kayu Resak. Untuk masuk ke dalam kompleks istana kesultanan Melaka tersebut dikenakan tiket masuk sebesar 5 RM per orang.
Museum istana kesiltanan Melaka tersebut terdiri dari enam buah anjung yang dibuat sebagai tempat pameran benda2 seni seperti lukisan, patung atau diorama. Pada zaman sultan Mansur Syah, anjung-anjung tersebut dipakai Sultan untuk menerima tamu-tamu yang datang ke istana.
Museum Kesultanan Melaka
Sedangkan di depan istana kesultanan Melaka terdapat taman yang disebut sebagai Taman Larangan (Forbidden Garden). Taman tersebut merupakan rekaan atau replica dari taman larangan yang tercantum pada sejarah kerajaaan Melaka, yaitu suatu kawasan atau taman yang menjadi tempat bagi putri-putri raja untuk bermain. Selain para putri raja atau pengasuhnya, taman atau kawasan tersebut merupakan daerah terlarang untuk dimasuki oleh siapapun (saat itu). Di taman larangan ditanam berbagai pohon-pohon peneduh serta bunga-bunga seperti melur, kamboja, kenanga. Serta tanaman-tanaman herbal seperti serai, tongkat ali tanaman herbal lainnya.
Taman Larangan
Sementara jika kita masuk ke dalam Museum atau istana kesultanan Melaka tersebut, maka kita akan disuguhi berbagai ruang yang memamerkan benda-benda bersejarah di kesultanan Melaka, seperti berbagai senjata, lukisan dan peralatan yang di pergunakan pada zaman kesultanan tersebut, maupun foto-foto dan berbagai dokumen. Salah satu yang menarik adalah suasana di balairung yang menggambarkan posisi sultan dan pejabat-pejabat kerajaan pada saat menerima tamu-tamu Negara di istana tersebut. Antara lain terlihat sultan yang duduk di singgasananya dan diapit oleh dua hakim agung, Laksamana, Bendahara kerajaan, Putra mahkota, Hulubalang, para menteri. Serta utusan-utusan dari Negara-negara sahabat seperti dari Tiongkok, Jawa, India dan sebagainya.
Balairung
Keluar dari kompleks Museum Istana Kesultanan Melaka, maka kami kembali ke lokasi Porta de Santiago, dan menemuai bangunan yang cukup menarik di seberang jalan di depan Porta de Santiago. Bangunan megah dan antic itu adalah bangunan Proclaimation of Independence Memorial. Dinamakan Proclaimation of Independence Memorial karena di Padang Pahlawan yang terletak di seberang jalan gedung tersebut merupakan tempat Pengumuman Kemerdekaan Tanah Melayu oleh Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj, Perdana Menteri Malaysia yang pertama.
Proclaimation of Independence Memorial
Semakin siang kami melihat suasana di lokasi tersebut terlihat semakin ramai. Banyak rombongan yang datang mengunjungi berbagai objek yang ada. Termasuk kami melihat rombongan anak-anak sekolah baik tingkat sekolah dasar maupun sekolah lanjutan dengan guru-gurunya. Termasuk juga rombongan turis-turis asing, seperti dari China atau Taiwan, juga dari Indonesia. Kelihatannya mereka berangkat pagi-pagi dengan bus dari Kuala Lumpur  karena lama perjalanan dari Kuala Lumpur hanya sekitar 2 jam, sehingga memungkinkan dicapai dengan bus dan dirangkai dengan kunjungan ke tempat-tempat yang lain.
--------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.