Artikel Malang Batu yang lain :
Dari Bandung ke Malang , Jatim Park dan Museum Angkut , Kampung Warna Warni dan Alun-alun Tugu
Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik, Wisata Padang Sumatra Barat, Umroh Makkah Madinah, Wisata Singapore, Wisata Phuket Thailand, Wisata Karimunjawa, Wisata Malang Bromo, Wisata Ende Flores, Wisata Tidung Kepulauan Seribu, Wisata Pangandaran, Wisata Bandung, Wisata Malang Batu, Wisata Melaka Kuala Lumpur, Wisata Penang Malaysia Wisata Bogor
Hari ketiga, Jumat 17 Maret 2017.
Dari Bandung ke Malang , Jatim Park dan Museum Angkut , Kampung Warna Warni dan Alun-alun Tugu
Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik, Wisata Padang Sumatra Barat, Umroh Makkah Madinah, Wisata Singapore, Wisata Phuket Thailand, Wisata Karimunjawa, Wisata Malang Bromo, Wisata Ende Flores, Wisata Tidung Kepulauan Seribu, Wisata Pangandaran, Wisata Bandung, Wisata Malang Batu, Wisata Melaka Kuala Lumpur, Wisata Penang Malaysia Wisata Bogor
Hari ketiga, Jumat 17 Maret 2017.
Hari ini acara kami adalah mengunjungi Kampung Warna Warni. Jadi
pagi-pagi selesai breakfast di hotel maka kami siap-siap berangkat. Sekitar
pukul 08,30 kami berangkat ke lokasi wisata tersebut. Jarak dari hotel hanya
sekitar 3 km dan sekitar pukul 09.00 kami sudah sampai. Kampung warna warni
terletak di beberapa RT yaitu RT 06, 07 dan 08 RW 02 Kampung Juanda Kelurahan Jodipan
Kecamatan Belimbing, Kota Malang. Nama sebenarnya adalah Kampung Wisata Jodipan
(KWJ) namun lebih dikenal sebagai Kampung Warna Warni. Lokasi ini hanya
berjarak sekitar 500 meter dari stasiun kereta api malang, dan sekitar 1 km
dari alun-alun tugu dan alun-alun kota malang.
Menurut ceritanya kampong jodipan tersebut tadinya merupakan daerah
permukiman yang kumuh di kota malang. Namun kemudian ada beberapa mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang dengan bimbingan dosennya menjadikan daerah itu
sebagai lokasi kerja praktek. Mereka melihat bahwa meskipun kumuh tetapi lokasi
tersebut bisa bagus untuk berfoto karena ada sungai Brantas, ada jembatan
kereta api yang kokoh dan lembah. Jadinya mereka mencari dukungan da nada
perusahaan cat yang bersedia membantu dengan menyumbangkan cat termasuk tukang
cat untuk mengecat rumah-rumah yang ada. Akhirnya dengan gotong royong berbagai
lapisan masyarakat maka terwujutlah pemandangan kampong dan rumah-rumah yang
indah sehingga menjadi tempat kunjungan wisata yang menarik.
Waktu kami masuk ke kampunt itu masyarakatnya cukup ramah, kami hanya
dikenakan biaya sebesar dua ribu rupiah per orang, itu juga ada semacam sufenir
sebagai gantinya. Kelihatannya dengan adanya kampong yang indah tersebut dan
banyak pengunjung yang dating, maka masyarakat disana juga terlihat bersemangat
menjaga kebersihan kampong. Mereka juga ramah kepada para wisatawan dan
mempersilahkan wisatawan berkeliling kampong dan mengambil foto-foto pada spot
yang menarik. Selain rumah yang dicat warna-warni juga terdapat banyak mural
untuk berfoto, diantaranya misalnya kita bisa berfoto seolah-olah mengecat
dinding dan berbincang dengan pemiliknya dari jendela rumah.
Setelah puas berkeliling dan foto-foto di kampong warna warni maka
kamipun naik angkut menuju ke alun-alun tugu, jaraknya tidak jauh hanya sekitar
1 km maka kami sampai di alun-alun tugu. Alun-alun tersebut terletak pada
bundaran yadi depan kantor walikota malang. Berbeda dengan alun-alun malang yang
kami datangi pada hari pertama sampai di malang, di alun-alun tugu itu
suasananya juga lebih sepi. Dan kayaknya tidak dimaksudkan sebagai pusat
rekreasi dan kegiatan seperti alun-alun malang. Tidak terdapat kursi-kursi atau
tempat bermain, namun berupa taman bunga yang indah dan dihiasi dengan berbagi
ornament. Tapi bagus juga untuk tempat jalan-jalan, olahraga jogging atau
sekedar jalan. Suasananya segar dan menyenangkan pemandangan, juga cocok untuk
foto-foto.
Taman yang indah
Ciri khasnya adalah terdapat monument tugu di tengah, dikelilingi kolam
air dan bunga-bunga teratai, taman kana, rumput yang hijau, bunga-bunga,
termasuk juga hiasan bunga matahari dari besi yang dicat dengan indah dan
serasi dengan bunga-bunga dan tanaman yang ada di taman.
Tugu di tengah kolam teratai
Saat selesai keliling-keliling dan berfoto di alun-alun atau taman
tersebut, kami melewati jalan depan kantor walikota dan melihat bus wisata
seperti bus Bandros di bandung yang sedang parkir. Kami lalu nanya ke sekuriti
yang ada di kantor walikota apakah bisa naik bus wisata tersebut dan kapan
jadualnya ? Ternyata tidak ada jadual yang jelas. Sekuriti malah nyarankan
besok pagi aja datang, tapi tidak ada kepastian apakah kita bisa ikut naik.
Karena bus wisata itu sering sudah dipesan berbagai rombongan instansi
pemerintah atau masyarakat tertentu, jadi untuk umum tidak ada kepastian bisa
ikut.
Sayang sekali kami pikir, fasilitas yang mestinya bisa berguna untuk umum
ternyata sulit untuk dinikmati masyarakat umum. Kayaknya sama seperti bus Bandros
di Bandung yang sampai saat ini tidak bisa dinikmati oleh wisatawan secara
bebas. Masih harus pesan untuk rombongan dan hanya untuk kalangan tertentu.
Mudah-mudahan dengan semakin majunya perkembangan kota Bandung dan Malang,
nanti dapat menyediakan bus wisata regular keliling kota yang dapat dinikmati
seluruh wisatawan. Hal itu akan sangat membantu bagi pengunjung untuk wisata
keliling kota dan pasti akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang.
Seperti yang kami nikmati saat berkunjung ke Kuala Lumpur, di kota itu bus nya
malah disediakan gratis dan melalui rute wisata dan tempat belanja yang
popular.
Bus Wisata Malang
Tidak berhasl naik bus wisata yang bagus, tersebut, kami meneruskan wisata
dengan berjalan kaki. Ke arah barat, melewati jalan Simpang Mojopahit, sekitar 500 meter sampai di toko Oen yang
sudah ada sejak tahun 1930, Toko Oen tersebut menjual makanan seperti es krim
dan berbagai roti serta snack. Ciri khas toko Oen tersebut adalah menu makanan
yang ditulis dalam bahasa Belanda. Memang toko atau restoran tersebut merupakan
tempat makan yang terkenal sejak zaman belanda. Dan memang toko itu juga
menjadi tempat nostalgia wisatawan belanda yang dating, yang mungkin pada masa
kecilnya pernah dtinggal di malang atau mungkin orang tua atau kakek neneknya pernah
tinggal di malang.
Toko Oen ini mirip dengan toko Sumber Hidangan yang ada di jalan Braga
kota Bandung. Makanan yang dijual juga mirip, yaitu es krim dan berbagai roti,
snack bernuansa jaman dulu. Jadi ada suasana nostalgia bagi pengunjungnya, yang
juga banyak dikunjungi oleh orang-orang tua. Di dinding kedua toko tersebut
juga dihiasi dengan foto-foto kota pada zaman Belanda.
Mencicipi es krim
Apel Strudel Malang
Jumat sore (17 Maret 2017) kami lewatkan dengan bersantai-santai di hotel
karena besok hari sabtu kami akan meninggalkan Malang dan kembali ke Bandung. Kami
akan naik kereta api Malabar yang berangkat dari kota Malang sekitar pukul
16.00. Sudah lumayan banyak objek wisata yang kami kunjungi di kota ini, jadi sore
hari terakhir ini menikmati suasana hotel dan jalan-jalan di sekitarnya.
Misalnya untuk makan malam kami cukup ke kedai Mie Soetoyo yang letaknya
bersebelahan dengan hotel. ada kedai mie
soetoyo yang cukup enak. Di kedai kami memesan nasi goreng, mie Kwetiau dan
minuman hangat. Demikian juga Citra dan Tyas juga berjalan-jalan di sekitar
hotel, mereka mencari kuliner khas Malang yang lain.
Esok paginya selesai breakfast dan sebelum check out, acara kami adalah
melengkapi oleh-oleh untuk dibawa pulang. Setelah pada hari Rabu kami membeli berbagai
oleh oleh-oleh kripik tempe di toko Bu Noer, maka pada kesempatan ini kami membeli
makanan atau kue yang sedang popular di kota Malang yaitu Malang Strudel.
Strudel dengan berbagai varian tersebut dijual oleh perusahaan yang didirikan
oleh artis atau selebriti terkenal Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar. Letak salah
satu outletnya dekat dari hotel Amaris, yaitu di sebelah rumah sakit Lavalete, hanya
berjarak sekitar 250 meter dari hotel.
----------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.