Phuket 1 Perjalanan via Singapura
Phuket 2 Phi Phi Island
Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik, Wisata Padang Sumatra Barat, Umroh Makkah Madinah, Wisata Singapore, Wisata Phuket Thailand, Wisata Karimunjawa, Wisata Malang Bromo, Wisata Ende Flores, Wisata Tidung Kepulauan Seribu, Wisata Pangandaran, Wisata Bandung, Wisata Malang Batu, Wisata Melaka Kuala Lumpur
Hari Kamis 17 September 2015, kami berangkat dari hotel pada pukul 09.30
dengan kendaraan bus kecil berkapasitas 16 orang. Sebelum meninggalkan Patong,
kami masih berputar-putar dulu menjemput peserta yang lainnya. Perjalanan dari
Patong ke Phang Nga memerlukan waktu 1 jam 30 menit, cukup lama karena menuju
arah utara. Phang Nga adalah daerah daratan Thailand Selatan. Jadi bukan di
pulau Phuket lagi. Antara Phang Nga dan pulau Phuket dipisahkan oleh jembatan Sarasin
yang panjangnya hanya 350 meter.
Pelabuhan (Pier) untuk longtail boat di Phang Nga, yaitu Surakul Pier merupakan
pelabuhan di sungai di dekat pantai. Disana tersedia Long Tail Boat yang
jumlahnya puluhan atau mungkin ratusan buah. Setiap Long Tail Boat dapat memuat
penumpang sebanyak sekitar 15 orang. Berbeda dengan pelabuhan dari Phuket
menuju Phi-phi island, dari Surakul Pier kami melewati sisi-sisi pulau-pulau
kecil yang jumlahnya puluhan buah. Antara satu pulau dengan yang lain berjarak
dekat sekitar 20 sampai 50 meter, sehingga seolah-olah masih berlayar di sungai.
Daerah dengan pulau-pulau kecil tersebut merupakan bagian dari Taman Nasional Andaman, dan sebagian besar
ditumbuhi mangrove. Airnya merupakan air payau berwarna kecoklatan seperti air
sungai. Saat memasuki laut atau kepulauan Phanga, maka gunung-gunung batu dengan
berbagai bentuk seolah menyembul dari dalam laut. Sungguh memberikan
pemandangan yang indah.
Pukul 11.45 longtail boat mulai bergerak, perjalanan dari pelabuhan diiringi
cuaca mendung dan gerimis, maklum musim hujan. Kami melewati sungai dan melaju
di sela-sela tanaman mangrove. Sepanjang pantai sebelum menuju laut banyak
terdapat pulau-pulau di pinggir pantai. Pulau-pulau tersebut sangat indah
seperti pulau-pulau di Raja Ampat, yaitu pulau-pulau kecil, namun tinggi dan
curam dengan bukit-bukit berkecuraman sampai 90 derajat. Pulau-pulau seperti itu
banyak tersebar di sepanjang pantai. Demikian juga hamparan tanaman mangrove
sangat subur
Kondisi saat itu memang musim hujan, jadi
cuacanya berganti-ganti, sebentar cerah, lalu gerimis, lalu diseling dengan
hujan ringan. Karena pelayaran hanya menggunakan longtail boat yang berukuran
kecil, kami juga harus siap-siap setiap waktu basah oleh air yang menyembur ke
dalam perahu karena ombak laut tertabrak laju longtail boat.
Longtail boat |
Akhirnya
setelah berlayar sekitar 30 menit, kamipun sampai di suatu teluk yang indah
dengan air yang tenang. Lokasi tersebut adalah Talu island dimana di tempat
tersebut kami akan berlayar dengan menggunakan kano. Di teluk yang tenang dan
airnya jernih tersebut terdapat 3 buah kapal (big boat) yang merupakan
pangkalan untuk untuk rekreasi kano. Jadi longtail boat kami merapat pada big
boat tersebut, kami pun pindah dan naik ke big boat yang “mangkal” tersebut.
Di haluan bigboat |
Di big boat tersebut banyak rombongan lain yang tadinya juga dari long
tail boat. Selanjutnya di big boat tersebut banyak kano yang berpangkalan, jadi
kamipun naik ke kano. Masinbg-masing kano dapat dinaiki oleh dua orang ditambah
satu orang pendayung atau pengemudinya. Kami berdua pun turun dan menaiki kano
dengan pendayung yang kemudian memperkenalkan diri bernama Musa. Musa merupakan
penduduk asli kepulauan Phanga Thailand Selatan. Dari Musa kami mengetahui
bahwa hampir seluruh penduduk di propinsi Phang Nga dan Krabi beragama Islam.
Dengan kano yang dikemudikan Musa kamipun
berlayar menyusuri perairan di tepi bukit karang. Singgah sejenak membeli
kelapa muda pada perahu penjual kelapa yang mangkal. Kami membeli 2 butir
kelapa dengan harga 50 bath per buah. Satu untuk kami dan satu lagi untuk Musa.
Jadi sambil naik kano, sambil minum air kelapa muda yang manis dan segar.
Naik kano |
Kami
berlanjut berlayar dan memasuki gua yang cukup besar di bawah bukit-bukit batu.
Suasananya agak gelap, dengan batuan stalaktit di atasnya. Namun itu belum
seberapa. Setelah berlayar sekitar 200 meter di tempat terbuka, tiba-tiba Musa
menyuruh kami berbaring menempel pada kano, dan kami berbelok masuk ke gua yang
sangat kecil hanya pas-pasan saja menembus dinding batu. Hanya beberapa
sentimeter di atas kami yang berbaring rapat di perahu. Kalau kami bangun
sedikit saja pastilah hidung akan membentur batuan stalaktit di bagian atas
gua. Sungguh pengalaman yang sangat mendebarkan, meskipun gua tersebut hanya
sepanjang sekitar sepuluh meter
Lewat terowongan |
Keluar
melewati gua yang sempit tersebut, kami sampai pada bagian pantai yang penuh
dengan tumbuhan bakau. Beberapa kano seperti berhenti di pohon mangrove, air
nya juga tenang karena ombak laut terhalang deretan pohon mangrove. Sebenarnya
lokasi mangrove juga ada banyak di berbagai tempat. Kamipun berhenti sejenak,
Musa memetik beberapa daun bakau dan “memotong” bagian pohon mangrove.
Hasilnya, ternyata mampu membuat kami surprise. Pada daun mangrove tersebut
Musa membuat bentuk “hati” dan mempergunakannya sebagai lubang “diapraghma”
untuk mengambil foto kami dengan kamera. Sungguh kejutan yang menyenangkan
memperoleh foto-foto yang romantis hasil “diapraghma” daun mangrove.
Diantara mangrove |
"Love" daun mangrove |
Perlahan kami kembali bergerak menuju bigboat. Kembali berbaring melewati
gua yang sempit, melewati gua yang besar, singgah dulu di perahu tukang kelapa
muda untuk membelah buah kelapa sehingga dapat menikmati daging buah kelapa
muda yang lembut dan manis. Kami menunggu dulu di bigboat sambil melihat-lihat
pemandangan sekitar yang indah. Beruntung udara berubah cerah. Hujan dan
gerimis berhenti.
Pukul 13.20 kamipun kembali pindah ke longtail boat melanjutkan
perjalanan menuju James Bond Island. Inilah obyek utama perjalanan wisata kami
hari ini. Pulau yang nama aslinya adalah Koh Khao Ping Kan (pulau Khao Ping Kan,
Koh berarti pulau), sekitar 40 tahun yang lalu dipakai sebagai lokasi shooting
film James Bond yang berjudul “The Man with the Golden Gun” yang dibintangi
oleh Roger Moore. Sejak itulah pulau tersebut tenar sebagai pulau James Bond
dan ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia.
Ternyata jaraknya cukup dekat, hanya sekitar 15
menit kami sudah sampai. Terdapat dua buah pulau kecil, yang utama adalah Koh
Khao Pingkan. Dimana pada pulau tersebut terdapat dinding kapur yang sangat
tinggi dan seolah-olah dipotong rata dan bersandar ke tepi tebing. Potongan
dinding kapur tersebut disebut Khao Ping Kan. Pulau yang kedua jauh lebih kecil,
berbentuk seperti paku yang tertancap di laut dan berada pada teluk dari pulau
Khao Ping Kan. Pulau yang seperti paku menancap di tengah laut tersebut namanya
Koh Tapoo. Pulau inilah yang menjadi Icon filem James Bond. Seolah-olah pada
pulau ini terdapat markas dari musuhnya James Bond. Padahal pulaunya sangat
kecil. Lokasi shooting tempat perkelahian James Bond adalah di Koh Khao Ping
Kan, dan tentunya lebih banyak lagi di studio.James Bond Island |
Koh Tapoo |
Panyee Island |
Meskipun hari baru pukul 15.00, namun hari terasa gelap
karena mendung dan hujan. Pada pukul 15.30 kamipun kembali ke Pier dalam cuaca
yang hujan lebat. Kami basah kuyup karena kucuran hujan dari samping, maupun
akibat ombak yang masuk ke boat. Pukul 16.00 sampai di Pier. Acara berikutnya
adalah kembali ke mobil untuk pulang ke hotel di Patong, tetapi di jalan masih
ada acara mengunjungi monkey temple. Dimana terdapat monyet-monyet yang jinak.
Jadi kami baru sampai kembali ke hotel di Patong pada jam 18.30.