Wisata Sumatra Barat lainnya :
Lembah Anai Padang Bukittinggi ,
Lembah Harau dan Kelok Sembilan ,
Istana Pagaruyung dan Danau Singkarak
Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik, Wisata Padang Sumatra Barat, Umroh Makkah Madinah, Wisata Singapore, Wisata Phuket Thailand, Wisata Karimunjawa, Wisata Malang Bromo, Wisata Ende Flores, Wisata Tidung Kepulauan Seribu, Wisata Pangandaran, Wisata Bandung, Wisata Malang Batu, Wisata Melaka Kuala Lumpur
Hari pertama di Bukittinggi kami
sudah melihat-lihat secara sepintas kota Bukittinggi. Istilahnya sudah lakukan “orientasi
medan”. Karena kami menginap di sebuah hotel di jalan Sudirman yang persis di
tengah kota, maka dengan berjalan kaki sebentar kami sudah lihat yang namanya
pusat kota Bukittinggi, yaitu lokasi jam gadang atau jam besar. Di sekeliling
taman jam gadang tersebut terletak pasar atas kota Bukittinggi, tempat
penjualan berbagai barang, mulai dari keperluan sehari-hari sampai souvenir khas
Bukittinggi atau Sumatra Barat.
Yang paling banyak dijual adalah
pakaian dengan bordir khas Sumatra Barat. Sangat menarik. Pasar atas tersebut
merupakan pusat wisata belanja disini. Pengunjungnya banyak para wisatawan
nusantara dari berbagai daerah. Biasanya pada akhir pekan para wisatawan ramai
mengunjungi pasar tersebut. Dari Padang
serta berbagai daerah berbondong memenuhi jalan raya Padang Bukittinggi, karena
jarak Padang ke Bukittinggi adalah 91 km, malah dari Bandara Minangkabau lebih
dekat lagi yaitu sekitar 70 km.
Pengunjung yang juga rutin dan
banyak mengunjungi Bukittinggi adalah dari Pakan Baru. Jarak Pakan Baru
Bukittinggi sekitar 200 km dan dapat ditempuh dengan mobil dalam waktu 5 jam,
jadi relative dekat dari ibukota propinsi Riau tersebut. Apalagi seluruh daerah
di Riau merupakan dataran rendah, jadi Bukittinggi yang terletak di pegunungan
sejuk menjadi favorit warga Riau untuk berwisata pada akhir pekan.
Sementara dari Mancanegara banyak berkunjung
wisatawan Malaysia. Jadi tidak aneh kalau di pasar atas itu para pedagang
sering menyapa dan menawarkan dengan logat Malaysia. Mungkin dikiranya kami
orang Malaysia. Hal yang kami alami juga di Pasar Baru Bandung. Rupanya
wisatawan Malaysia menjadi target yang potensial dalam memasarkan berbagai
pernik pernik busana muslim.
|
Suasana pagi di Jam Gadang |
Jadi pagi itu, kamis 19 Maret
2015, dalam suasana kota yang masih sepi kami keluar hotel dengan pakaian olah
raga dan T-shirt, judulnya kan wisata olahraga pagi di Bukittinggi. Kami
memakai t-shirt yang bergambarkan jam gadang yang kemarin kami beli di pasar
atas Bukittinggi. Rute pertama, ya, ke jam gadang lagi yang jaraknya hanya
sekitar 700 meter dari hotel, lalu kami nanya-nanya dimana arah ke Ngarai Sianok,
kan informasinya jaraknya hanya sekitar 1 km dari pusat kota.
Kamipun jalan mengikuti petunjuk dari seorang
bapak yang kami tanya di jalan.
Eh jalannya kok makin jauh dan menurun dan
berbelok, rupanya ada kesalah pahaman. Beberapa tahun yang lalu kami sudah
pernah melihat Ngarai Sianok yang terkenal tersebut, kok tidak seperti yang
dulu. Rupanya yang dimaksud Bapak tadi adalah jalan menuju ngarai , atau ke
bawah lembah. Sedang yang kami maksud adalah tempat melihat ngarai yang
belakangan kami sadar bahwa namanya “Panorama”. Sedangkan Ngarai Sianok adalah
Ngarai atau Lembah yang cukup luas dengan perkampungan, sungai dan hutan-hutan di
dalamnya.
|
Jalan menurun menuju ngarai |
Tapi
jadi suatu kebetulan juga, kami jadi
tahu bahwa ada jalan ke Ngarai dan Ngarai tersebut merupakan daerah yang cukup
luas. Dan setelah sekitar satu kilometer menyusuri jalan menurun, tiba-tiba di
sisi kiri jalan kami melihat Lobang Jepang. Suatu objek wisata yang terkenal di
Bukittinggi. Lobang Jepang, atau terowongan (bunker) perlindungan tentara
Jepang, dibangun oleh Jepang pada tahun 1942 untuk keperluan pertahanan tentara
Jepang pada Perang Dunia II. Menurut informasi, lobang atau terowongan tersebut
memiliki ukuran diameter sekitar 2 meter dan panjang 1.470 meter. Dengan dua
mulut terowongan, yang satu mengarah ke ngarai Sianok, yang kami temui pagi
itu. Mulut terowongan yang satu lagi mengarah ke tengah kota Bukittinggi.
Fungsinya selain tempat perlindungan dari serangan bom tentara sekutu, juga berfungsi
untuk mengawasi pergerakan di luar
|
Gerbang Lobang Jepang |
Pagi hari objek wisata lobang
Jepang belum lagi dibuka, namun pada pos masuk kami bisa membaca
harga tiket masuk pada hari biasa sebesar Rp
5.000,- per orang, sedang hari libur tidak terbaca, hanya ada angka 0,000,- .
Kira-kira taripnya Rp 6.000,- atau Rp 8.000,-.
Ternyata, di sisi gerbang lobang Jepang tersebut, berjarak sekitar 20
meter, terdapat anak tangga menuju ke atas. Kamipun mencoba menaiki anak tangga
tersebut. Dengan hati-hati dan takut-takut, bukan karena anak tangganya sempit
atau curam sekali. Tetapi di sekitar anak tangga dan pepohonan disamping tangga
banyak “saudara jauh” atau monyet-monyet berkeliaran. Namanya juga monyet, kan
binatang liar, biarpun kelihatan jinak, namun bisa saja tiba-tiba menyerbu.
Jadi penyusuran lewat tangga tersebut cukup
memacu adrenalin dan keringat. Berkeringat panas karena jalan menanjak,
ditambah berkeringat “dingin” karena takut tiba-tiba diserbu monyet.
Alhamdulillah kami baik-baik, monyetnya juga baik-baik. Sesama “saudara” kan
tidak boleh saling mengganggu.
Setelah sekitar 150 meter kami
menaiki anak tangga, sampailah pada daerah yang datar yang merupakan rumah atau
perkampungan penduduk, ternyata jalan tersebut menuju Panorama, yaitu lokasi
wisata yang terletak pada bibir Ngarai Sianok. Dari panorama tersebutlah dapat
melihat pemandangan Ngarai Sianok secara lepas. Pada lokasi tersebut juga
dibangun menara pandang setinggi kira-kira 30 meter. Jadi dari atas menara
pandang tersebut wisatawan dapat melihat lebih luas lagi pemandangan Ngarai dan
kota Bukittinggi.
Melihat ngarai Sianok dari Panorama sungguh
memberikan sensasi pemandangan yang sangat menakjubkan. Ngarai tersebut
merupakan suatu lembah yang sangat indah, hijau dan mempesona. Suatu jurang sedalam
100 meter, lebar 200 meter dan membentang sepanjang 15 kilometer dengan
liku-liku sungai batang Sianok mengalir dibawahnya. Pemandangan juga sangat
indah dengan latar belakang Gunung Merapi dan Singgalang. Satu inspirasi yang
menjadi nama grup band di tahun 1970- an, “Diamers” yang merupakan singkatan “diantara
Merapi dan Singgalang”
|
Ngarai Sianok yang indah |
Dari sisi atau pandangan geologi,
Ngarai atau jurang Sianok terbentuk
akibat patahan yang memisahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian (Patahan
Semangko). Patahan Semangko tersebut secara menakjubkan membentuk dinding dan
jurang yang sangat curam, bahkan tegak lurus , yang indah, subur dan hijau.
Pada dasar lembah tersebut mengalir Sungai (batang) Sianok yang airnya sangat
jernih serta menjadi sumber penghidupan bagi penduduk di sepanjang perbatasan
kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam yang bermukim di dalamnya.
|
Monyet-monyet berkeliaran di Panorama |
Acara
pagi itu kami akhiri kembali dengan berjalan kembali menuju hotel. Waktu
menunjukkan pukul delapan pagi lumayan, bisa olahraga pagi di kota Wisata serta
sekalian mengunjungi objek wisata panorama Ngarai Sianok. Keluar dari lokasi
Panorama kami melewati jalan panorama dimana terdapat Istana Bung Hatta atau
Gedung Triarga yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
|
Istana Bung Hatta atau Gedung Triarga |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.