wisata hobby dan lingkungan hidup

Kamis, 30 April 2015

“PANORAMA NGARAI SIANOK DAN LOBANG JEPANG”

Wisata Sumatra Barat lainnya : Lembah Anai Padang Bukittinggi , Lembah Harau dan Kelok Sembilan , Istana Pagaruyung dan Danau Singkarak


Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Hari pertama di Bukittinggi kami sudah melihat-lihat secara sepintas kota Bukittinggi. Istilahnya sudah lakukan “orientasi medan”. Karena kami menginap di sebuah hotel di jalan Sudirman yang persis di tengah kota, maka dengan berjalan kaki sebentar kami sudah lihat yang namanya pusat kota Bukittinggi, yaitu lokasi jam gadang atau jam besar. Di sekeliling taman jam gadang tersebut terletak pasar atas kota Bukittinggi, tempat penjualan berbagai barang, mulai dari keperluan sehari-hari sampai souvenir khas Bukittinggi atau Sumatra Barat.
Yang paling banyak dijual adalah pakaian dengan bordir khas Sumatra Barat. Sangat menarik. Pasar atas tersebut merupakan pusat wisata belanja disini. Pengunjungnya banyak para wisatawan nusantara dari berbagai daerah. Biasanya pada akhir pekan para wisatawan ramai mengunjungi pasar tersebut.  Dari Padang serta berbagai daerah berbondong memenuhi jalan raya Padang Bukittinggi, karena jarak Padang ke Bukittinggi adalah 91 km, malah dari Bandara Minangkabau lebih dekat lagi yaitu sekitar 70 km.
Pengunjung yang juga rutin dan banyak mengunjungi Bukittinggi adalah dari Pakan Baru. Jarak Pakan Baru Bukittinggi sekitar 200 km dan dapat ditempuh dengan mobil dalam waktu 5 jam, jadi relative dekat dari ibukota propinsi Riau tersebut. Apalagi seluruh daerah di Riau merupakan dataran rendah, jadi Bukittinggi yang terletak di pegunungan sejuk menjadi favorit warga Riau untuk berwisata pada akhir pekan. 
Sementara dari Mancanegara banyak berkunjung wisatawan Malaysia. Jadi tidak aneh kalau di pasar atas itu para pedagang sering menyapa dan menawarkan dengan logat Malaysia. Mungkin dikiranya kami orang Malaysia. Hal yang kami alami juga di Pasar Baru Bandung. Rupanya wisatawan Malaysia menjadi target yang potensial dalam memasarkan berbagai pernik pernik busana muslim.
Suasana pagi di Jam Gadang
Jadi pagi itu, kamis 19 Maret 2015, dalam suasana kota yang masih sepi kami keluar hotel dengan pakaian olah raga dan T-shirt, judulnya kan wisata olahraga pagi di Bukittinggi. Kami memakai t-shirt yang bergambarkan jam gadang yang kemarin kami beli di pasar atas Bukittinggi. Rute pertama, ya, ke jam gadang lagi yang jaraknya hanya sekitar 700 meter dari hotel, lalu kami nanya-nanya dimana arah ke Ngarai Sianok, kan informasinya jaraknya hanya sekitar 1 km dari pusat kota.  Kamipun jalan mengikuti petunjuk dari seorang bapak yang kami tanya di jalan.

Eh jalannya kok makin jauh dan menurun dan berbelok, rupanya ada kesalah pahaman. Beberapa tahun yang lalu kami sudah pernah melihat Ngarai Sianok yang terkenal tersebut, kok tidak seperti yang dulu. Rupanya yang dimaksud Bapak tadi adalah jalan menuju ngarai , atau ke bawah lembah. Sedang yang kami maksud adalah tempat melihat ngarai yang belakangan kami sadar bahwa namanya “Panorama”. Sedangkan Ngarai Sianok adalah Ngarai atau Lembah yang cukup luas dengan perkampungan, sungai dan hutan-hutan di dalamnya.
Jalan menurun menuju ngarai
Tapi jadi suatu kebetulan juga,  kami jadi tahu bahwa ada jalan ke Ngarai dan Ngarai tersebut merupakan daerah yang cukup luas. Dan setelah sekitar satu kilometer menyusuri jalan menurun, tiba-tiba di sisi kiri jalan kami melihat Lobang Jepang. Suatu objek wisata yang terkenal di Bukittinggi. Lobang Jepang, atau terowongan (bunker) perlindungan tentara Jepang, dibangun oleh Jepang pada tahun 1942 untuk keperluan pertahanan tentara Jepang pada Perang Dunia II. Menurut informasi, lobang atau terowongan tersebut memiliki ukuran diameter sekitar 2 meter dan panjang 1.470 meter. Dengan dua mulut terowongan, yang satu mengarah ke ngarai Sianok, yang kami temui pagi itu. Mulut terowongan yang satu lagi mengarah ke tengah kota Bukittinggi. Fungsinya selain tempat perlindungan dari serangan bom tentara sekutu, juga berfungsi untuk mengawasi pergerakan di luar
Gerbang Lobang Jepang
Pagi hari objek wisata lobang Jepang belum lagi dibuka, namun pada pos masuk kami bisa membaca  harga tiket masuk pada hari biasa sebesar Rp 5.000,- per orang, sedang hari libur tidak terbaca, hanya ada angka 0,000,- . Kira-kira taripnya Rp 6.000,- atau Rp 8.000,-.  Ternyata, di sisi gerbang lobang Jepang tersebut, berjarak sekitar 20 meter, terdapat anak tangga menuju ke atas. Kamipun mencoba menaiki anak tangga tersebut. Dengan hati-hati dan takut-takut, bukan karena anak tangganya sempit atau curam sekali. Tetapi di sekitar anak tangga dan pepohonan disamping tangga banyak “saudara jauh” atau monyet-monyet berkeliaran. Namanya juga monyet, kan binatang liar, biarpun kelihatan jinak, namun bisa saja tiba-tiba menyerbu.  Jadi penyusuran lewat tangga tersebut cukup memacu adrenalin dan keringat. Berkeringat panas karena jalan menanjak, ditambah berkeringat “dingin” karena takut tiba-tiba diserbu monyet. Alhamdulillah kami baik-baik, monyetnya juga baik-baik. Sesama “saudara” kan tidak boleh saling mengganggu.
Setelah sekitar 150 meter kami menaiki anak tangga, sampailah pada daerah yang datar yang merupakan rumah atau perkampungan penduduk, ternyata jalan tersebut menuju Panorama, yaitu lokasi wisata yang terletak pada bibir Ngarai Sianok. Dari panorama tersebutlah dapat melihat pemandangan Ngarai Sianok secara lepas. Pada lokasi tersebut juga dibangun menara pandang setinggi kira-kira 30 meter. Jadi dari atas menara pandang tersebut wisatawan dapat melihat lebih luas lagi pemandangan Ngarai dan kota Bukittinggi.
Melihat ngarai Sianok dari Panorama sungguh memberikan sensasi pemandangan yang sangat menakjubkan. Ngarai tersebut merupakan suatu lembah yang sangat indah, hijau dan mempesona. Suatu jurang sedalam 100 meter, lebar 200 meter dan membentang sepanjang 15 kilometer dengan liku-liku sungai batang Sianok mengalir dibawahnya. Pemandangan juga sangat indah dengan latar belakang Gunung Merapi dan Singgalang. Satu inspirasi yang menjadi nama grup band di tahun 1970- an, “Diamers” yang merupakan singkatan “diantara Merapi dan Singgalang”
Ngarai Sianok yang indah
Dari sisi atau pandangan geologi, Ngarai atau jurang  Sianok terbentuk akibat patahan yang memisahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian (Patahan Semangko). Patahan Semangko tersebut secara menakjubkan membentuk dinding dan jurang yang sangat curam, bahkan tegak lurus , yang indah, subur dan hijau. Pada dasar lembah tersebut mengalir Sungai (batang) Sianok yang airnya sangat jernih serta menjadi sumber penghidupan bagi penduduk di sepanjang perbatasan kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam yang bermukim di dalamnya.


Monyet-monyet berkeliaran di Panorama
Acara pagi itu kami akhiri kembali dengan berjalan kembali menuju hotel. Waktu menunjukkan pukul delapan pagi lumayan, bisa olahraga pagi di kota Wisata serta sekalian mengunjungi objek wisata panorama Ngarai Sianok. Keluar dari lokasi Panorama kami melewati jalan panorama dimana terdapat Istana Bung Hatta atau Gedung Triarga yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia. 
Istana Bung Hatta atau Gedung Triarga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.