Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik, Wisata Padang Sumatra Barat, Umroh Makkah Madinah, Wisata Singapore, Wisata Phuket Thailand, Wisata Karimunjawa, Wisata Malang Bromo, Wisata Ende Flores, Wisata Tidung Kepulauan Seribu, Wisata Pangandaran, Wisata Bandung, Wisata Malang Batu, Wisata Melaka Kuala Lumpur
Dari tempat penginapan
kami berjalan ke Barat Pulau Tidung
dengan menyusuri jalan berupa paving block selebar 1,5 meter. Perlu diketahui
bahwa di pualu tidung tidak terdapat jalan untuk mobil atau kendaraan roda
empat. Transportasi di dalam pualu tersebut adalah dengan sepeda, becak dan
sepeda motor. Untuk para wisatawan tersedia sepeda yang dapat disewa secara
harian. Atau becak bermotor. Disamping itu lalu lalang sepeda motor.
Berbicara tentang
jembatan cinta, kita perlu mengetahui dulu tentang pulau tidung. Ada 2 buah
pulau tidung. Pulau tidung besar yang luasnya sekitar 50 hektar dan pulau
tidung kecil yang jauh lebih kecil, luasnya sekitar 10 hektar. Memang kalau
kita coba perhatikan pulau-pulau di kepulauan seribu (yang sebenarnya terdiri
dari 342 buah pulau) , banyak
pulau-pulau yang berpasangan. Selain Pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil. Ada
lagi yang namanya : Pulau Lancang Besar
dan Pulau Lancang Kecil, Pulau Panjang Besar dan Pulau Panjang Kecil, Pulau
Bira Besar dan Pulau Bira Kecil, Pulau Kotok Besar dan Pulau Kotok Kecil, dan
masih banyak lagi.
Pulau Tidung Kecil dari Jembatan Cinta |
Kembali ke Pulau
Tidung. Jarak antara Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung kecil adalah sekitar 1
km, yaitu dipisahkan oleh Selat yang dangkal dan jernih airnya. Untuk
menghubungkan kedua buah pulau tersebut dibangun sebuah jembatan sepanjang
sekitar 1km. Menurut cerita asalnya jembatan tersebut terbuat dari kayu dan untuk
melewatinya harus sangat berhati-hati. Namun saat kami mengunjungi pulau tidung
pada 11 dan 12 Maret 2014, jembatan kayu tersebut telah diganti dengan jembatan
beton berpagar besi yang kokoh dan indah. Menurut informasi Jembatan yang baru
tersebut dibangun pada tahun 2012. Sehingga kondisinya masih sangat baik karena
umurnya masih di bawah 2 tahun.
Dengan kondisi jembatan
yang indah, aman dan menyenangkan untuk berjalan-jalan santai bersama pasangan,
memang sesuailah dengan nama yang disandangnya “Jembatan Cinta”. Karena
berjalan-jalan di jembatan tersebut sangat menyenangkan dengan pemandangan yang
indah, ombak yang berdebur, dan angin yang sejuk. Kami juga merasakan indahnya
air laut yang jernih tersebut, ikan-ikan kecil dapat terlihat, demikian juga
burung-burung beterbangan di sekitar pantai pulau Tidung. Di kejauhan terdapat
beberapa perahu nelayan sedang mencari ikan.
Di tengah-tengah
jembatan tersebut ada bagian yang tinggi sepanjang sekitar 20 meter. Dibawah bagian
jembatan tersebut airnya lebih dalam dan sering menjadi alur pelayaran perahu.
Namun bagian yang menjadi ikon tersebut lebih sering dijadikan tempat para
wisatawan terjun ke laut. Saat kami melintasi bagian tengah-tengah jembatan
tersebut terlihat serombongan remaja sedang ramai-ramai terjun bergantian, beberapa
temannya mengabadikan lewat kamera foto atau video, sedangkan yang lain
bersorak memberi semangat atau mentertawai temannya yang masih takut-takut
untuk melompat.
Disekitar jembatan
tersebut pemandangannya sangat indah. Kami dapat melihat berbagai kegiatan
wisata laut seperti snorkeling, banana boat, memancing ikan dan sebagainya. Sepanjang
jembatan kami dapat melihat ke bawah dan melihat ikan-ikan kecil yang berseliweran
di air laut yang jernih. Serombongan burung juga lalu lalang mencari makan.
Akhirnya kami pun
sampai ke seberang ke pulau Tidung Kecil. Berbeda dengan Pulau Tidung Besar,
Pulau Tidung Kecil merupakan Pulau yang tidak berpenghuni. Pulau ini ditumbuhi
oleh berbagai tanaman mangrove yang rimbun. Namun sebagaimana di Pulau Tidung
Besar, di Tidung Kecil ini juga dilengkapi dengan jogging track berupa paving
block sehingga para wisatawan dapat berkeliling menikmati keasriannya.
Di atas Jembatan Cinta |
Tadinya pulau tidung
merupakan pulau yang hanya dihuni oleh para nelayan, serta menjadi tempat
persinggahan kapal-kapal yang mencari ikan di teluk Jakarta. Namun dalam lima
tahun terakhir pulau tersebut telah berkembang dengan pesat sebagai daerah
tujuan wisata, Perekonomian penduduk pulau tersebut terlihat cukup baik. Ditandai
dengan banyaknya sepeda motor yang lalu lalang. Lalu lalang sepeda motor
tersebut terasa mengganggu juga kenyamanan pengunjung yang berjalan kaki
(jogging) atau bersepeda, serta menyebabkan polusi udara yang lumayan. Padahal
jarak antar tempat di pulau tersebut kan dekat-dekat, sehingga sangat terjangkau jika ditempuh dengan berjalan kaki
atau bersepeda saja. Mungkin perlu pengaturan agar lalulalangnya kenderaan
bermotor tersebut tidak mengganggu wisatawan yang berjalan kaki atau naik
sepeda. Juga agar polusi udara yang dikeluarkan dapat dibatasi.
Di ujung barat pulau Tidung Besar sebelum
jembatan cinta merupakan lokasi pantai yang bersih dan indah. Tempat tersebut
merupakan tempat lokasi wisata air dimana para pengunjung dapat menikmati
berbagai jenis wisata dan olahraga air. Termasuk juga berbagai kedai dan rumah
makan untuk menikmati hidangan makanan dan minuman.
Kegiatan Wisata Air |
Hari sudah menunjukkan
jam 13.30, berarti hampir 2 jam kami meningggalkan pengfinapan dan menyusuri
jembatan pulau tidung. Kaki mulai terasa capek, badan berkeringat dan terasa
bergaram. Perut juga mulai keroncongan. Pelan-pelan kami berjalan kearah
penginapan sambil mencari tempat untuk mengisi perut. Akhirnya sebelum
penginapan kami temukan restoran sea food yang memiliki lokasi di pinggir
pantai. Jadi sambil nunggu makanan dan makan kami dapat melihat ombak pantai.
Di kejauhan ada beberapa perahu nelayan yang sedang mencari ikan.
Berbicara tentang
fasilitas makanan, cukup lumayanlah. Karena cukup banyak restoran dan warung
btersedia. Jadi kita tidak perlu takut kelaparan. Harganya juga lumayanlah,
tidak terlalu mahal. Misalnya nasi goring sea food seharga rp 25 ribu seporsi,
lemon tea rp 5 ribu. Cumi goreng krispi rp 30 ribu per porsi. Udang asam manis
rp 30 ribu.
Cukupanlah harganya.
Ada juga warung-warung yang menjual makanan dengan harga yang lebih murah.
Demikian juga kalau kita ingin membeli berbagai makanan ringan seperti roti
atau biscuit, cukup tersedia. Jadi ketersediaan makanan di pulau tidung
tersebut tidak menjadi masalah. Sore hari kami membeli air mineral, karena kami
membawa yang ukuran 600 ml, maka kami membeli ukuran yang besar, yaitu 1,5
liter, harganya cukupan, yaitu rp 7.000,- , cukup pantas, karena kalau kita beli
di mini market di Jakarta atau bandung harganya rp 4.500,-. Tidak terlalu
memberatkan. Bandingkan dengan harga di airport atau restoran yang untuk ukuran
600 ml harganya rata-rata rp 10.000,-.
Setelah beristirahat di
penginapan, sore hari pukul 17.20 kami lanjutkan dengan jalan-jalan kea rah dermaga
atau arah timur. Ternyata jaraknya tidak jauh, hanya memerlukan waktu selama 10
menit jalan secara santai. Berarti jaraknya hanya sekitar 500 meter dari
penginapan. Padahal tadi waktu naik becak serasa jauh dan kayak berputar-putar.
Yah karena tidak tahu arah jadi memang dibuat seolah-olah jauh.
Jadi sebenarnya di pulau
tidung tersebut tidak susah. Kalau kita kesana secara backpacker. Begitu keluar
pelabuhan mungkin baik juga kalau kita jalan kaki saja, lihat-lihat sambil cari
penginapan yang cocok. Kalau ada yang menarik, misalnya bersih dan mungkin
dipinggir pantai, bisa didatangi dan ditanyakan harganya. Dan ditawar-tawar.
Kuncinya ya kita akan lebih mudah menawar jika kita datang bukan pada puncak
musim liburan karena banyak yang kosong. Kalau kita datang saat liburan anak
sekolah yah siap-siap aja dengan harga yang lebih mahal.
Di sekitar dermaga
tersebut merupakan pusatnya pulau tidung, kami melihat ada puskesmas yang cukup
besar. Juga terdapat kantor kelurahan Pulau Tidung yang cukup megah dan
bertingkat dua. Di depan kantor kelurahan terdapat taman yang cukup asri untuk
tempat bersantai. Di halaman kantor keluran terdapat ATM bank DKI. Jadi mungkin
hal tersebut akan sangat membantu jika kita kehabisan uang tunai. Namun mungkin
sebaiknya perlu juga berjaga-jaga membawa uang tunai secukupnya. Kalau-kalau
ATM tersebut sedang macet. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ada lagi bank lain
yang memasang ATM.
Kantor Kelurahan Pulau Tidung |
Hari kedua :
Pada hari kedua
petualangan kami mulai dengan melihat sunrise dari gazebo tempat kami menginap,
cahaya matahari mulai muncul dari langit sebelah Timur.
Pemandangan Sunrise dari Penginapan |
Selanjutnya kami
kembali berjalan menuju jembatan Cinta. Namun kali ini suasananya masih sepi.
Kegiatan olahraga air belum lagi dimulai. Jadi kami dapat jalan lebih santai
sepanjang jembatan menuju ke pulau Tidung kecil. Baru pada saat kami kembali
dari pulau Tidung kecil kami berpapasan dengan rombongan wisatawan yang baru
memulai menuju jembatan.
Sunrise dari balik Tidung Kecil |
Pada pukul 09.00 pagi kamipun siap-siap dan
berangkat ke pelabuhan untuk kembali ke Jakarta. Sama seperti saat membeli
tiket di dermaga Muara Angke. Disini sistemnya juga harus menunggu dan sudah
ada yang antre karcis. Kali ini yang antre bukan ransel, tetapi kresek atau
kantong plastik. Jadi selain kami titip u ntuk beli karcis, akhirnya kami
nyari-nyari kantong plastic. Kami isi pakaian kotor dan “antre karcis”. Kami
pikir sebaiknya system antrenya perlu diperbaiki. Karena dengan system tersebut
kan gampang tiba-tiba ada penyusup yang menerobos antrean dan akhirnya akan
menimbulkan keributan. Tiketnya juga masih menunggu lama karena baru dibuka
pada pukul 11.30.
Bangunan gedung kantor pelabuhan pulau Tidung
cukup megah dan indah, termasuk juga dermaganya. Namun kekurangannya adalah
tidak ada toilet yang dapat dipakai oleh umum. Kami menunggu di kantor dermaga
tersebut selama 3 jam lebih. Mau ke toilet , ternyata hanya ada toilet yang
ditulis khusus untuk karyawan, jadi kami tidak bisa memakainya. Ada papan
petunjuk untuk ke toilet yang terletak di sayap barat kantor dermaga. Kamipun
pergi kesana, tapi toilet tersebut tertutup dan dikunci. Padahal banyak pengunjung yang memerlukan toilet.
Alangkah baiknya jika di dermaga tersebut selalu disediakan toilet yang terbuka
untuk umum. Mungkin dengan tarip yang jelas untuk biaya perawatan, Pasti para
pengunjung tidak akan keberatan untuk membayarnya, misalnya dengan tiket
seharga Rp 1.000,- atau Rp 2.000,-.
Akhirnya kami terpaksa ke luar pelabuhan untuk
mencari toilet. Kami menemukan papan petunjuk mesjid, siapa tahu kami bisa ke
toiletnya. Kepada seorang bapak kami menanyakan. Dia bilang ke kantor kelurahan saja. Kamipun
masuk kekantor kelurahan untuk numpang ke toilet, dan dipersilahkan dengan
ramah. Terima kasih kepada kelurahan Pulau Tidung atas keramahan tersebut.
Kantor Pelabuhan Pulau Tidung |
Akhirnya pada pukul 12.30 kapal motor kerapu yang
kami tumpangi bergerak meninggalkan pulau Tidung. Berbeda dengan saat berangkat
dari Muara Angke, pada saat pulang ini kami tidak menyinggahi pulau payung,
sehingga perjalanan lebih cepat. Kapal kerapu menyinggahi pulau lancing dan
pulau Untung Jawa. Cuaca juga lebih cerah dengan goncangan ombak yang kecil
sehingga perjalanan lebih tenang dengan hanya sedikit goncangan.
Dengan kecepatan yang sama serta dengan hanya
singgah di dermaga pulau lancang dan pulau untung jawa, maka lama pelayaran
lebih singkat. Pukul 13.55 kamipun merapat di dermaga kali adem muara angke. Selamat datang di Jakarta. Sampai jumpa pada
kesempatan yang lain.
Back to Jakarta |