wisata hobby dan lingkungan hidup

Selasa, 01 April 2014

JEMBATAN CINTA PART-2 : MENYUSURI TIDUNG BESAR – TIDUNG KECIL

Tulisan terkait : Dari Angke Jakarta ke Pulau Tidung


Silahkan Klik Topik Lainnya :

Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala Lumpur

Hari menunjukkan jam  11.30, masih belum siang.  Sudah beristirahat sejenak. Sebelum makan siang , saatnya untuk observasi keadaan di sekitar penginapan. kami siap siap untuk keluar lagi. Karena tempat menginapnya sudah di arah jembatan cinta, maka ya sekalian saja kami berjalan kearah sana.
Dari tempat penginapan kami berjalan ke Barat  Pulau Tidung dengan menyusuri jalan berupa paving block selebar 1,5 meter. Perlu diketahui bahwa di pualu tidung tidak terdapat jalan untuk mobil atau kendaraan roda empat. Transportasi di dalam pualu tersebut adalah dengan sepeda, becak dan sepeda motor. Untuk para wisatawan tersedia sepeda yang dapat disewa secara harian. Atau becak bermotor. Disamping itu lalu lalang sepeda motor.
Berbicara tentang jembatan cinta, kita perlu mengetahui dulu tentang pulau tidung. Ada 2 buah pulau tidung. Pulau tidung besar yang luasnya sekitar 50 hektar dan pulau tidung kecil yang jauh lebih kecil, luasnya sekitar 10 hektar. Memang kalau kita coba perhatikan pulau-pulau di kepulauan seribu (yang sebenarnya terdiri dari 342  buah pulau) , banyak pulau-pulau yang berpasangan. Selain Pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil. Ada lagi yang namanya :  Pulau Lancang Besar dan Pulau Lancang Kecil, Pulau Panjang Besar dan Pulau Panjang Kecil, Pulau Bira Besar dan Pulau Bira Kecil, Pulau Kotok Besar dan Pulau Kotok Kecil, dan masih banyak lagi.
Pulau Tidung Kecil dari Jembatan Cinta

Kembali ke Pulau Tidung. Jarak antara Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung kecil adalah sekitar 1 km, yaitu dipisahkan oleh Selat yang dangkal dan jernih airnya. Untuk menghubungkan kedua buah pulau tersebut dibangun sebuah jembatan sepanjang sekitar 1km. Menurut cerita asalnya jembatan tersebut terbuat dari kayu dan untuk melewatinya harus sangat berhati-hati. Namun saat kami mengunjungi pulau tidung pada 11 dan 12 Maret 2014, jembatan kayu tersebut telah diganti dengan jembatan beton berpagar besi yang kokoh dan indah. Menurut informasi Jembatan yang baru tersebut dibangun pada tahun 2012. Sehingga kondisinya masih sangat baik karena umurnya masih di bawah 2 tahun.
Dengan kondisi jembatan yang indah, aman dan menyenangkan untuk berjalan-jalan santai bersama pasangan, memang sesuailah dengan nama yang disandangnya “Jembatan Cinta”. Karena berjalan-jalan di jembatan tersebut sangat menyenangkan dengan pemandangan yang indah, ombak yang berdebur, dan angin yang sejuk. Kami juga merasakan indahnya air laut yang jernih tersebut, ikan-ikan kecil dapat terlihat, demikian juga burung-burung beterbangan di sekitar pantai pulau Tidung. Di kejauhan terdapat beberapa perahu nelayan sedang mencari ikan.
Di tengah-tengah jembatan tersebut ada bagian yang tinggi sepanjang sekitar 20 meter. Dibawah bagian jembatan tersebut airnya lebih dalam dan sering menjadi alur pelayaran perahu. Namun bagian yang menjadi ikon tersebut lebih sering dijadikan tempat para wisatawan terjun ke laut. Saat kami melintasi bagian tengah-tengah jembatan tersebut terlihat serombongan remaja sedang ramai-ramai terjun bergantian, beberapa temannya mengabadikan lewat kamera foto atau video, sedangkan yang lain bersorak memberi semangat atau mentertawai temannya yang masih takut-takut untuk melompat.
Disekitar jembatan tersebut pemandangannya sangat indah. Kami dapat melihat berbagai kegiatan wisata laut seperti snorkeling, banana boat, memancing ikan dan sebagainya. Sepanjang jembatan kami dapat melihat ke bawah dan melihat ikan-ikan kecil yang berseliweran di air laut yang jernih. Serombongan burung juga lalu lalang mencari makan.
Akhirnya kami pun sampai ke seberang ke pulau Tidung Kecil. Berbeda dengan Pulau Tidung Besar, Pulau Tidung Kecil merupakan Pulau yang tidak berpenghuni. Pulau ini ditumbuhi oleh berbagai tanaman mangrove yang rimbun. Namun sebagaimana di Pulau Tidung Besar, di Tidung Kecil ini juga dilengkapi dengan jogging track berupa paving block sehingga para wisatawan dapat berkeliling menikmati keasriannya.
Di atas Jembatan Cinta
 Tadinya pulau tidung merupakan pulau yang hanya dihuni oleh para nelayan, serta menjadi tempat persinggahan kapal-kapal yang mencari ikan di teluk Jakarta. Namun dalam lima tahun terakhir pulau tersebut telah berkembang dengan pesat sebagai daerah tujuan wisata, Perekonomian penduduk pulau tersebut terlihat cukup baik. Ditandai dengan banyaknya sepeda motor yang lalu lalang. Lalu lalang sepeda motor tersebut terasa mengganggu juga kenyamanan pengunjung yang berjalan kaki (jogging) atau bersepeda, serta menyebabkan polusi udara yang lumayan. Padahal jarak antar tempat di pulau tersebut kan dekat-dekat, sehingga sangat  terjangkau jika ditempuh dengan berjalan kaki atau bersepeda saja. Mungkin perlu pengaturan agar lalulalangnya kenderaan bermotor tersebut tidak mengganggu wisatawan yang berjalan kaki atau naik sepeda. Juga agar polusi udara yang dikeluarkan dapat dibatasi.

Di ujung barat pulau Tidung Besar sebelum jembatan cinta merupakan lokasi pantai yang bersih dan indah. Tempat tersebut merupakan tempat lokasi wisata air dimana para pengunjung dapat menikmati berbagai jenis wisata dan olahraga air. Termasuk juga berbagai kedai dan rumah makan untuk menikmati hidangan makanan dan minuman.
Kegiatan Wisata Air
 Hari sudah menunjukkan jam 13.30, berarti hampir 2 jam kami meningggalkan pengfinapan dan menyusuri jembatan pulau tidung. Kaki mulai terasa capek, badan berkeringat dan terasa bergaram. Perut juga mulai keroncongan. Pelan-pelan kami berjalan kearah penginapan sambil mencari tempat untuk mengisi perut. Akhirnya sebelum penginapan kami temukan restoran sea food yang memiliki lokasi di pinggir pantai. Jadi sambil nunggu makanan dan makan kami dapat melihat ombak pantai. Di kejauhan ada beberapa perahu nelayan yang sedang mencari ikan.
Berbicara tentang fasilitas makanan, cukup lumayanlah. Karena cukup banyak restoran dan warung btersedia. Jadi kita tidak perlu takut kelaparan. Harganya juga lumayanlah, tidak terlalu mahal. Misalnya nasi goring sea food seharga rp 25 ribu seporsi, lemon tea rp 5 ribu. Cumi goreng krispi rp 30 ribu per porsi. Udang asam manis rp 30 ribu.
Cukupanlah harganya. Ada juga warung-warung yang menjual makanan dengan harga yang lebih murah. Demikian juga kalau kita ingin membeli berbagai makanan ringan seperti roti atau biscuit, cukup tersedia. Jadi ketersediaan makanan di pulau tidung tersebut tidak menjadi masalah. Sore hari kami membeli air mineral, karena kami membawa yang ukuran 600 ml, maka kami membeli ukuran yang besar, yaitu 1,5 liter, harganya cukupan, yaitu rp 7.000,- , cukup pantas, karena kalau kita beli di mini market di Jakarta atau bandung harganya rp 4.500,-. Tidak terlalu memberatkan. Bandingkan dengan harga di airport atau restoran yang untuk ukuran 600 ml harganya rata-rata rp 10.000,-.
Setelah beristirahat di penginapan, sore hari pukul 17.20 kami lanjutkan dengan jalan-jalan kea rah dermaga atau arah timur. Ternyata jaraknya tidak jauh, hanya memerlukan waktu selama 10 menit jalan secara santai. Berarti jaraknya hanya sekitar 500 meter dari penginapan. Padahal tadi waktu naik becak serasa jauh dan kayak berputar-putar. Yah karena tidak tahu arah jadi memang dibuat seolah-olah jauh.
Jadi sebenarnya di pulau tidung tersebut tidak susah. Kalau kita kesana secara backpacker. Begitu keluar pelabuhan mungkin baik juga kalau kita jalan kaki saja, lihat-lihat sambil cari penginapan yang cocok. Kalau ada yang menarik, misalnya bersih dan mungkin dipinggir pantai, bisa didatangi dan ditanyakan harganya. Dan ditawar-tawar. Kuncinya ya kita akan lebih mudah menawar jika kita datang bukan pada puncak musim liburan karena banyak yang kosong. Kalau kita datang saat liburan anak sekolah yah siap-siap aja dengan harga yang lebih mahal. 
Di sekitar dermaga tersebut merupakan pusatnya pulau tidung, kami melihat ada puskesmas yang cukup besar. Juga terdapat kantor kelurahan Pulau Tidung yang cukup megah dan bertingkat dua. Di depan kantor kelurahan terdapat taman yang cukup asri untuk tempat bersantai. Di halaman kantor keluran terdapat ATM bank DKI. Jadi mungkin hal tersebut akan sangat membantu jika kita kehabisan uang tunai. Namun mungkin sebaiknya perlu juga berjaga-jaga membawa uang tunai secukupnya. Kalau-kalau ATM tersebut sedang macet. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ada lagi bank lain yang memasang ATM.
Kantor Kelurahan Pulau Tidung

Hari kedua :
Pada hari kedua petualangan kami mulai dengan melihat sunrise dari gazebo tempat kami menginap, cahaya matahari mulai muncul dari langit sebelah Timur.
Pemandangan Sunrise dari Penginapan

Selanjutnya kami kembali berjalan menuju jembatan Cinta. Namun kali ini suasananya masih sepi. Kegiatan olahraga air belum lagi dimulai. Jadi kami dapat jalan lebih santai sepanjang jembatan menuju ke pulau Tidung kecil. Baru pada saat kami kembali dari pulau Tidung kecil kami berpapasan dengan rombongan wisatawan yang baru memulai menuju jembatan.
Sunrise dari balik Tidung Kecil

Dermaga Pulau Tidung
Pada pukul 09.00 pagi kamipun siap-siap dan berangkat ke pelabuhan untuk kembali ke Jakarta. Sama seperti saat membeli tiket di dermaga Muara Angke. Disini sistemnya juga harus menunggu dan sudah ada yang antre karcis. Kali ini yang antre bukan ransel, tetapi kresek atau kantong plastik. Jadi selain kami titip u ntuk beli karcis, akhirnya kami nyari-nyari kantong plastic. Kami isi pakaian kotor dan “antre karcis”. Kami pikir sebaiknya system antrenya perlu diperbaiki. Karena dengan system tersebut kan gampang tiba-tiba ada penyusup yang menerobos antrean dan akhirnya akan menimbulkan keributan. Tiketnya juga masih menunggu lama karena baru dibuka pada pukul 11.30.
Bangunan gedung kantor pelabuhan pulau Tidung cukup megah dan indah, termasuk juga dermaganya. Namun kekurangannya adalah tidak ada toilet yang dapat dipakai oleh umum. Kami menunggu di kantor dermaga tersebut selama 3 jam lebih. Mau ke toilet , ternyata hanya ada toilet yang ditulis khusus untuk karyawan, jadi kami tidak bisa memakainya. Ada papan petunjuk untuk ke toilet yang terletak di sayap barat kantor dermaga. Kamipun pergi kesana, tapi toilet tersebut tertutup dan dikunci.  Padahal banyak pengunjung yang memerlukan toilet. Alangkah baiknya jika di dermaga tersebut selalu disediakan toilet yang terbuka untuk umum. Mungkin dengan tarip yang jelas untuk biaya perawatan, Pasti para pengunjung tidak akan keberatan untuk membayarnya, misalnya dengan tiket seharga Rp 1.000,- atau Rp 2.000,-.
Akhirnya kami terpaksa ke luar pelabuhan untuk mencari toilet. Kami menemukan papan petunjuk mesjid, siapa tahu kami bisa ke toiletnya. Kepada seorang bapak kami menanyakan.  Dia bilang ke kantor kelurahan saja. Kamipun masuk kekantor kelurahan untuk numpang ke toilet, dan dipersilahkan dengan ramah. Terima kasih kepada kelurahan Pulau Tidung atas keramahan tersebut.
Kantor Pelabuhan Pulau Tidung

Akhirnya pada pukul 12.30 kapal motor kerapu yang kami tumpangi bergerak meninggalkan pulau Tidung. Berbeda dengan saat berangkat dari Muara Angke, pada saat pulang ini kami tidak menyinggahi pulau payung, sehingga perjalanan lebih cepat. Kapal kerapu menyinggahi pulau lancing dan pulau Untung Jawa. Cuaca juga lebih cerah dengan goncangan ombak yang kecil sehingga perjalanan lebih tenang dengan hanya sedikit goncangan.
Dengan kecepatan yang sama serta dengan hanya singgah di dermaga pulau lancang dan pulau untung jawa, maka lama pelayaran lebih singkat. Pukul 13.55 kamipun merapat di dermaga kali adem muara angke. Selamat datang di Jakarta. Sampai jumpa pada kesempatan yang lain.
Back to Jakarta